Warung Bakso di Surabaya Diduga Pakai Penglaris, Karyawan Temukan Celana Dalam di Kuali!
09 Januari 2020 by Dea DezellyndaTak sengaja temukan rendaman celana dalam di dalam kuali kuah bakso
Bisnis kuliner dengan penglaris atau pesugihan memang tak asing lagi di Indonesia. Beragam jenis pesugihan dipakai para pebisnis ini untuk menarik pelanggan, salah satunya adalah penglaris celana dalam.
Akhir-akhir ini sebuah posting-an di Twitter membuat netizen heboh karena memperlihatkan pengakuan dari seorang karyawan warung bakso di Surabaya. Karyawan itu mengaku menemukan celana dalam di kuali tempat kuah bakso. Karyawan itu pun berasumsi jika pemilik warung memakai semacam pesugihan agar warungnya laris manis diserbu pembeli.
Warung bakso laris manis
bayangin baso favorit kalian ternyata punya resep rahasia kek gini?
— ajey (@gulasekilo) January 4, 2020
sc : anonim quora pic.twitter.com/iFO194smT5
Pengakuan karyawan yang bekerja di sebuah warung bakso ini mengejutkan para netizen. Bagaimana tidak? Karyawan ini mengaku temukan celana dalam terendam di dalam kuah bakso. Lantas ia memberanikan diri untuk menceritakan pengalamannya itu di situs tanya jawab Quora beberapa waktu lalu.
Karyawan yang tak menyebutkan identitasnya itu bekerja di sebuah warung bakso di Surabaya, Jawa Timur. Menurut keterangannya, warung bakso itu sangat sederhana dengan hanya terdapat beberapa meja saja, namun sangat laris diburu pembeli. Dalam satu hari, warung bakso itu bisa menghabiskan 400 mangkuk.
Baca juga: 8 Misteri Makam Raja Imogiri, Salah Satu Tempat Pesugihan Terbesar di Pulau Jawa
Ia menjelaskan jika warung bakso tersebut sudah buka sejak tahun 2004, namun ia baru mulai bekerja sekitar 6 tahun lalu. Karyawan itu mengaku berasal dari Gresik dan rela merantau ke Surabaya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Karyawan tak boleh buka kuali bakso
Selama bekerja menjadi karyawan di warung bakso tersebut, pekerjaan karyawan itu antara lain berbelanja ke pasar, mengantar pesanan, dan bersih-bersih saat berjualan. Ia merasa janggal saat pemilik warung tak pernah mengizinkan para karyawan untuk membuka kuali yang berisi kuah bakso.
"Jangankan membuka, melihat saja kami akan diomeli habis-habisan," tulisnya.
Baca juga: Dikira Meninggal, Korban Kecelakaan Tiba-Tiba Bangun dan Teriak: Tumbalku Jangan Dibawa Pergi!
Rasa penasaran itu terungkap pada tahun 2018 lalu saat ia terpaksa membuka kuali tersebut. Saat itu warung bakso mulai berjualan usai libur panjang Lebaran. Biasanya pengunjung akan membludak usai libur Lebaran.
Saat itu wanita pemilik warung sedang menerima telepon di belakang, sementara suaminya sedang ada keperluan lain. Karena didesak oleh pembeli yang sudah banyak mengantre, karyawan itu pun berinisiatif untuk menuangkan kuah sendiri ke dalam mangkuk bakso.
Temukan celana dalam
Karyawan itu akhirnya membuka tutup kuali. Sebelum menuangkan kuah ke dalam mangkuk bakso, karyawan itu melakukan hal yang biasa dilakukan pemilik warung yaitu dengan mengaduk-aduk kuah bakso hingga sampai di bagian bawah kuali.
Baca juga: Jangan Main-main! Inilah Bahaya Ritual Pesugihan yang Akan Mengintai Kamu
Sampai pada akhirnya ia merasa ada sesuatu yang berat saat diangkat. Awalnya ia berpikir jika benda itu adalah tulang sapi. Namun saat diangkat, karyawan itu sangat terkejut saat melihat celana dalam berwarna hitam di dalam kuali tersebut.
"Betapa kagetnya saya ketika mengangkat ada sesuatu yang berat yang awalnya saya kira tulang sapi untuk kaldunya. Setelah saya angkat tapi tidak sampai keluar kuali ternyata adalah pakaian dalam berwarna hitam," tulisnya.
Ia pun langsung menyimpulkan jika larisnya warung tersebut karena memakai penglaris celana dalam. Karyawan itu kemudian menceritakan penemuan celana dalam itu kepada sepupunya yang juga bekerja di warung bakso tersebut.
Meski tahu jika warung tempat ia bekerja memakai pesugihan, ia tetap bekerja di warung bakso tersebut hingga saat ini. Karyawan itu sering merasa berdosa setiap kali melihat para pelanggan menyantap bakso di warung tersebut. Sayangnya ia tak punya pilihan lain untuk tetap bekerja lantaran masalah ekonomi.