Heboh Madrasah Khusus LGBT di Pakistan. Kepala Sekolah, Guru, dan Muridnya Waria
25 Maret 2021 by Ike DewiRata-rata mereka adalah korban bullying.
Komunitas Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer (LGBTQ) merupakan minoritas yang dikucilkan di berbagai negara, termasuk negara muslim. Tapi siapa sangka, ternyata di Pakistan ada madrasah khusus untuk kaum LGBT yang didirikan oleh seorang waria.
Mengutip Suarajatim.id (24/3/2021), Hampir semua murid di antara 25 siswa di dalam sekolah itu adalah waria, bahkan guru dan kepala sekolahnya juga waria.
BACA JUGA: Diberhentikan Secara Paksa, Tentara Transgender Korea Selatan Ditemukan Tewas Bunuh Diri
Sebagaimana kehidupan para kaum transgender di beberapa tempat, di negara itu mereka juga dikucilkan. Sang kepala sekolah yang bernama Rani Khan menceritakan tentang bagaimana ia akhirnya mendirikan madrasah tersebut.
Sekolah yang menjadi tonggak untuk mendukung para kaum LGBT di Pakistan itu dididirikan di Islamabad, kota yang berada di pinggiran Islamabad.
Di Pakistan, transgender dikucilkan. Meskipun tak ada larangan resmi untuk belajar di madrasah atau sekolah agama Islam lainnya, atau shalat di masjid, namun mereka tak diterima," ungkap Rani.
Para waria yang sekolah di madrasah tersebut memiliki usia yang cukup muda, yaitu antara 16 sampai 19 tahun. Rata-rata dari mereka adalah korban bullying dan hidup sebagai tunawisma.
BACA JUGA: Sadis! Detik-Detik Mira Transgender di Jakut, Tewas Dibakar Hidup-Hidup Oleh Warga
Sebelumnya mereka bertahan untuk menghadapi kerasnya hidup dengan cara mengemis, mengamen, bahkan bergabung di dunia prostitusi. Rani menambahkan bahwa sulit sekali menjalani kehidupan sebagai waria di Pakistan.
Bahkan banyak juga keluarga yang tidak mau menerima transgender.
"Kebanyakan keluarga tidak menerima orang transgender. Mereka mengusir orang-orang transgender dari rumah. Mereka mengadakan pesta-pesta, mereka mulai menari dan mengemis, dan melakukan perbuatan keliru lainnya," ungkapnya.
Khan merasa bahwa dirinya juga diperlakukan dengan kejam dulu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuka madrasah trasngender.
BACA JUGA: Dulu Dihujat dan Diusir Keluarga, Pria Transgender ini Sekarang Hidup Nyaman Bersama Suami
Sebagai transgender, keluarganya enggan mengakuinya sehingga di usianya yang masih sangat muda, yaitu 13 tahun Khan terpaksa mengemis. Di usia 17 tahun ia bergabung dengan komunitas transgender dan mulai menari di beberapa pesta untuk bertahan hidup.
Setelah itu, ia mengaku bermimpi dengan teman trsnagendernya yang telah meninggal dan memberi pesan bahwa Khan harus melakukan sesuatu untuk komunitas mereka.
Khan memang sempat mendalami pendidikan Agama Islam di beberapa madrasah. Ia kemudian mendirikan madrasah yang terdiri dari 2 ruangan tersebut pada Oktober lalu.
Khan mengaku bahwa biaya madrasah itu berasal dari usaha kerasnya sendiri ketika dulu masih menari dan mengemis.
"Saya gunakan uang itu untuk menjalankan madrasah ini. Saya menghabiskan semua tabungan. Kami belum menerima dukungan keuangan dari pemerintah sejauh ini," lanjutnya.
Di madrasah itu, Khan mengajari para muridnya untuk menjahit dan membordir. Ia berharap nanti bisa mengumpulkan uang dengan menjual pakaian. Khan juga masih kerap turun ke jalan untuk menemukan siswa baru yang menjadi pengemis.