Gokil! Sampah Plastik di Madura 'Disulap' Menjadi Solar
06 Oktober 2019 by Muchamad Dikdik R. AripiantoDengan mesin rakitan seorang warga berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar di Madura
Sampah plastik akan menjadi bencana ketika masyarakat tidak mampu mengolahnya. Dalam hal ini ketika kerusakan lingkungan terjadi, mungkin bukan salah sampah tapi karena kemalasan manusia untuk mencari dan terus mengembangkan cara pengolahan sampah. Sebab lainnya bisa jadi karena jumlah produksi dan pemakaian sampah plastik yang juga tinggi.
Kondisi yang berbeda terjadi di beberapa kepulauan di Madura, seperti di Kangayan dan Sapeken. Sampah-sampah yang banyak tersebar di bibir pantai mereka kumpulkan. Kemudian, dengan menggunakan sebuah mesin rakitan yang diciptakan secara otodidak, serakan sampah tadi 'disulap' menjadi solar.
Dilansir dari Mongabay (30/09/19), Imam Al-Faqih adalah pemuda perakit mesin pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar. Dia belajar merakit mesin itu secara otodidak, baik dengan diskusi bersama teman-teman maupun lewat literatur sejauh yang bisa ia jangkau.
Saya belajar, belajar di jalan aja ilmunya, dengan kawan-kawan yang ada di Jawa, ngobrol, oh ayo kita buat riset dan semacamnya. Terus tukar pengalaman,” papar Imam alias Dondon.
Baca juga: Jepang Berhasil Bikin Alat Anti Pelecehan Seksual Hanya dari Tinta
Dondon menambahkan bahwa selain menjadi solar, olahan sampah plastik pun dapat diubah menjadi jenis bahan bakar lainnya, yakni bensin dan minyak tanah.
Pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak ini disebut dengan sistem firoris. Lebih lanjut Dondon menjelaskan tentang cara kerja mesin tersebut.
Tabung reaktor dipanaskan, ketika sampah pada suhu 100 derajat celcius, material dalam tabung mulai menggelembung, berubah jadi gas. Kemudian tersalurkan dari tabung reaktor ke pipa, dalam pipa gas bertemu dengan pendingin, hingga dalam titik tertentu berubah jadi minyak," jelasnya.
Baca juga: Ada Pohon Keramat, Desa Kecil di India Wajibkan Warganya "Nyeker" dan Melarang Sepatu
Minyak atau bahan bakar dari hasil sistem pengolahan itu, kata Dondon mengandung unsur air 6%, selebihnya didominasi unsur solar. Sedangkan khusus untuk menghasilkan tiga bahan bakar sekaligus, yakni, minyak tanah, solar, dan bensin, dari tabung reaktor tersebut ia pasang kondensasi bertingkat.
Menurut Dondon, proses pendaurulangan sampah ini menghasilkan limbah yang lebih ramah, yakni black carbon. Limbah pengolahan plastik itu ditimbun dalam tanah, lalu akan terurai secara alami dalam waktu satu sampai dua bulan.
Perakitan mesin daur ulang yang dikerjakan oleh Dondon ini bukan bertujuan komersial. Ia menolak untuk menjual mesin rakitannya. Dondon hanya ingin membantu nelayan dengan penyediaan bahan bakar, serta berusaha menjaga kelestarian lingkungan dengan mengurangi sampah-sampah plastik.
Baca juga: Hobi Naik Kuda Tapi Tak Kuat Beli, Wanita Ini Pilih Sapi Sebagai Gantinya
Dia melihat kebutuhan solar sebagai bahan bakar perahu para nelayan setempat. Di daerahnya, mayoritas masyarakat memang bekerja sebagai nelayan. Maka, untuk saat ini Dondon lebih fokus untuk menghasilkan solar. Menurutnya, satu kilogram sampah plastik kering, bisa menghasilkan satu liter solar.
Dondon menghabiskan ongkos sekitar Rp 25 juta rupiah untuk perakitan mesinnya itu. Sekali lagi, Dia tidak berniat mengkomersialkan mesin itu.
“Kami tidak mau jualan, mau berkontribusi kepada bangsa dan negara saja,” terang Dondon bersama rekannya, Doddy.
Jika terus dikembangkan, apa yang dilakukan oleh Dondon di Madura tentu akan berdampak besar pada pengendalian sampah plastik yang kini dianggap telah mengkhawatirkan. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2016 sampah di Indonesia mencapai 65 juta ton/tahun dari 261 juta penduduk Indonesia.
Dalam prediksi BPS, tahun 2025 nanti jumlah sampah di perkotaan akan terus bertambah menjadi 1,42 kg/orang/hari atau 2,2 miliar ton sampah/tahun yang berasal dari penduduk Indonesia. Tampaknya, angka itu juga bukan hanya isapan jempol belaka.