Cuma karena Makanan dan Minuman Ini, Bencana Besar Terjadi. Waduh, Kok Bisa?
23 Februari 2021 by Muhammad Sidiq PermadiWah, bagaimana bisa terjadi bencana ini?
Makanan adalah anugerah yang diberikan Tuhan untuk makhluk hidup. Dengan adanya makanan, makhluk hidup dapat bertahan hidup. Begitu pun dengan minuman. Berapa pun banyaknya jumlah makanan, kalau tidak ada minuman tentu manusia tidak akan bisa bertahan hidup. Setuju?
Namun ternyata beberapa abad yang lalu, makanan dan minuman menjadi dalang di balik sebuah bencana besar, lho. Waduh, kok bisa? Seperti apa kronologi bencana yang terjadi? Berikut ulasannya untuk kamu semua!
Banjir Tetes Gula (Molase) di Boston
Pada musim panas tahun 1919, bencana besar yang tak terduga menimpa warga Boston. Seperti biasa, pada musim panas tersebut warga Kota Boston tengah menikmati liburan musim panas ataupun sekadar berjalan-jalan di kota.
Namun, di tengah suasana tersebut, terjadi ledakan keras yang disusul cairan berwarna hitam dan berbau manis yang kemudian membanjiri seisi kota. Ternyata cairan misterius tersebut merupakan Molase atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Tetes Gula”.
Molase ini sendiri merupakan produk sampingan yang dihasilkan oleh produksi gula tebu dan bit yang umumnya dimanfaatkan dalam produksi pemanis buatan, alkohol, msg, hingga etanol. Lalu, bagaimana caranya cairan tersebut bisa meledak dan membanjiri seisi kota Boston?
Baca juga: Misteri Area 51, Tempat Paling Terlarang Bagi Umat Manusia
Usut punya usut, penyebab cairan lengket tersebut dapat membanjiri Kota Boston adalah karena meledaknya tangki penampungan yang berisi kurang lebih 8.7 juta liter Molase. Ledakan ini terjadi akibat kualitas tangki penyimpanan yang buruk serta faktor cuaca panas yang terjadi pada saat itu.
Hasilnya bisa ditebak. Ledakan tersebut memuntahkan cairan Molase yang begitu banyak yang kemudian memporak-porandakan seluruh pabrik dan bangunan yang ada di sekitarnya. Setidaknya 21 nyawa melayang serta 150 orang terluka akibat bencana tersebut.
Menurut kesaksian warga sekitar, bau manis dari sisa banjir Molase terus tercium dengan sangat kuat. Barulah setelah satu tahun bau tersebut menghilang. Meski begitu, bau manis masih bisa tercium di sisa-sisa puing sekitar pabrik hingga beberapa tahun kemudian. Bahkan pemerintah setempat membuat plakat khusus untuk mengenang bencana tersebut.
Tsunami Bir di Inggris
Orang Inggris dengan bir memiliki kedekatan khusus. Bahkan saking gemarnya muncul istilah bahwa orang Inggris dapat tenggelam dalam bir yang mereka konsumsi. Nyatanya istilah tersebut bukanlah isapan jempol belaka karena bencana tersebut benar-benar pernah terjadi.
Pada tanggal 17 Oktober 1814, sebuah distrik miskin yang ada di Kota London secara tiba-tiba digulung oleh sebuah gelombang besar yang ternyata berasal dari minuman favorit mereka, yakni bir. Saking besarnya, segala sesuatu yang ada di Great Russel Street pun tersapu oleh gelombang tersebut. Bagaimana bencana tersebut bisa terjadi?
Ternyata gelombang besar bir terjadi karena dipicu oleh pecahnya salah satu cincin logam yang biasa digunakan sebagai penahan tong bir. Adalah perusahaan bir Meux and Co. Brewery yang memiliki bir-bir tersebut.
Pecahnya salah satu cincin logam penahan tong bir ternyata memicu reaksi berantai hingga seluruh tong bir yang ada di pabrik perusahaan tersebut satu persatu meledak.
Sekitar 1.47 juta liter bir tumpah hingga merobohkan dinding pabrik yang kemudian merambat hingga menyapu perkampungan yang ada di sekitar pabrik. Menurut laporan, bencana tersebut menyebabkan sedikitnya delapan orang tewas, termasuk seorang pelayan bar yang tengah bekerja di samping pabrik.
Kebanyakan korban tewas merupakan orang-orang yang berada di gang dan terjebak dalam derasnya arus tsunami bir. Meski demikian, warga yang berada di lokasi sekitar masih saja ada yang menyempatkan diri untuk menikmati bir gratis dari sisa reruntuhan yang ada di Great Russel Street.
Bencana Puding Tapioka di Wales
Pada tahun 1972 kapal barang Swiss yang bernama The Cassarete nyaris saja tenggelam karena tak sengaja memasak puding tapioka di bagian lambung kapal. Sebenarnya kapal tanker ini hanya mengangkut kayu dan biji-bijian menuju Wales.
Namun, secara tiba-tiba kebakaran terjadi di geladak kayu. Kebakaran ini menyebar dengan sangat cepat hingga para kru harus terus menyiram geladak yang terbakar selama kurang lebih 25 hari dengan harapan api tidak meluas.
Meski mampu menahan api agar tidak meluas, ternyata muncul bencana lainnya. Siraman air yang dilakukan justru merembes masuk ke geladak bawah yang menyimpan biji tapioka.
Karena panas yang disebabkan oleh kebakaran itu membuat air yang merembes mendidih dan mulai memasak biji tapioka hingga menjadi cairan kental yang mirip dengan puding.
Cairan ini terus bertambah banyak karena biji tapioka yang terus terendam air. Bahkan jumlah puding tapioka yang terendam diperkirakan cukup untuk memberi makan satu juta orang.
Dengan jumlah sebanyak ini, tidak hanya kapal yang menjadi semakin berat, namun juga lambung kapal yang terancam meledak karena tekanan dari tapioka yang terus berkembang.
Untungnya kapal tersebut dapat sampai ke pelabuhan yang ada di Kota Cardif, Wales sebelum bencana besar terjadi. Segera setelah sampai pelabuhan, petugas pemadam kebakaran langsung beraksi memadamkan api yang membakar geladak tempat penyimpanan kayu.
Meski telah berhasil memadamkan api, para petugas pemadam harus berurusan dengan masalah lain, yakni lautan puding tapioka yang siap meledak di lambung kapal.
Menurut laporan yang ada, jumlah puding tapioka yang ada di lambung kapal The Cassarete mencapai lebih dari 500 truk dan butuh berhari-hari untuk dapat mengangkut semua puding tapioka tersebut.
Itu dia beberapa makanan dan minuman yang menimbulkan bencana besar. Kalau tidak hati-hati, ternyata makanan dan minuman seperti itu bisa berakibat fatal, ya!