Cerita Pilu Korban Banjir yang Terjebak 18 Jam di Genteng, Ditemani Kegelapan dan Ular Kobra!
04 Januari 2020 by Dea DezellyndaSelama 18 jam bertahan tanpa makan minum
Banjir di Jakarta dan sekitarnya tak hanya menimbulkan kerugian materil saja, namun juga rasa trauma yang dirasakan para korban banjir. Banyak dari warga yang terjebak di rumah mereka karena terbatasnya alat evakuasi hingga bertahan tanpa makan dan minum.
Kebanyakan korbannya adalah warga Perumahan Villa Nusa Indah, Bekasi. Salah seorang warga mengaku harus bertahan di atap rumah karena air sudah sangat tinggi. Tanpa makan dan minum, ia hidup dalam kegelapan di genteng rumah selama 18 jam lamanya.
Tenggelamkan rumah
Dilansir dari Kompas.com, Jumat (03/01/20), air bah itu datang membawa bermacam masalah termasuk masalah bagaimana Irianti (57) keluar dari rumahnya yang mulai terendam air setinggi 60 sentimeter di Villa Nusa Indah Blok F5 Nomor 12A, Jatiasih, Bekasi.
Saat itu Irianti berniat menjadikan rumahnya tempat pengungsian, namun upaya itu pupus karena rumahnya juga ikut terendam banjir. Irianti yang sedang menolong warga di kampung sebelah kaget saat pulang, rumahnya sudah kebanjiran.
Baca juga: Jakarta Banjir Besar! Aksi Warga Ini Viral Usai Berdoa di Tengah Genangan Air
“Saya baru nolong kampung sebelah, eh pulang-pulang tahunya air sudah masuk,” ujar Irianti saat ditemui di posko penampungan, Kamis (02/01/20).
Temukan ular kobra
Kejadian yang sama juga menimpa Widyarsih yang juga tinggal di Villa Nusa Indah, Bekasi. Widyarsih mengaku rumahnya sudah benar-benar terendam rumah usai air sungai meluap ke pemukiman. Dalam jangka waktu satu jam ketinggian air sudah setinggi leher orang dewasa.
“Sudah seleher, padahal baru sekitar satu jam,” ujar Widyarsih.
Baca juga: Kelewat 'Santuy', Begini Kelakuan Nyeleneh Warga +62 Saat Banjir!
Widyarsih khawatir karena ia memiliki anak berusia 7 tahun. Sementara ia hanya bisa bertahan di lantai rumah karena arus kian deras. Saat air mencapai tinggi 2 meter, Widyarsih semakin panik. Ia pun berusaha mengevakuasi anaknya, namun ia takut karena sudah banyak hewan yang mengapung, salah satunya adalah ular cobra.
“Kobra mas, kobra, beruntung ada polisi waktu itu, waktu evakuasi saya dan anak saya,” ujar Widyarsih.
Bertahan di atap rumah
Pengalaman tak menyenangkan juga dialami oleh Nursifa, tetangga Widyarsih. Ia harus rela bertahan di genteng rumahnya karena evakuasi tak dilanjutkan mengingat sudah malam. Nursifa dan para tetangganya harus menunggu datangnya bantuan karena air semakin tinggi. Selama bertahan di genteng, Nursifa tidak makan dan minum bahkan hidup dalam kegelapan selama 18 jam.
Baca juga: Sedih! Akibat Banjir Jabodetabek, Hewan Pun Terekam Terjebak Banjir di Beberapa Tempat
“Dari jam delapan saya enggak ada yang nolongin,” kata Nursifa.
Pada pukul 01.00 dini hari, ketinggian banjir mulai surut hingga 40 sentimeter. Nursifa dan para tetangganya memberanikan diri menerjang banjir dengan kondisi gelap menuju posko bantuan karena perut kosong akibat tak makan dan tak minum. Sesampainya di posko, Nursifa langsung diberi mie instan dari dapur umum.
“Kalau enggak surut, kami mungkin enggak keluar, ini sudah surut baru bisa keluar,” imbuhnya.
Banyak pengalaman buruk yang dialami para warga saat banjir melanda pemukiman penduduk. Pemerintah telah mengirimkan bantuan berupa makanan dan perlengkapan lainnya. Pemerintah setempat juga menurunkan psikolog untuk mengatasi trauma yang dialami para korban, terutama anak-anak.