Mengharukan! Bocah 14 Tahun Ini Rela Kerja 19 Jam Sehari untuk Rawat Saudaranya
08 Agustus 2021 by Mabruri Pudyas SalimMungkin kisah bocah ini bisa menjadi contoh untuk kita semua.
Kebanyakan bocah berusia 14 tahun pasti lebih senang untuk menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dan bermain bersama teman sebayanya. Namun tidak bagi Harry Lowe. Jangankan untuk bermain bersama teman sebayanya, dia bahkan tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri, karena harus merawat saudara-saudaranya yang mengalami down syndrome.
Oleh karenanya, Emma Lowe (37), ibunya Harry, ingin memberikan sebuah penghargaan dan ucapan terima kasih atas apa yang telah dilakukan putranya tersebut. Bagaimana tidak, sementara anak-anak seusianya memiliki waktunya sendiri untuk menikmati hidup yang mereka inginkan, Harry telah memiliki kewajiban untuk membantu ibunya merawat saudari-saudaranya.
Harry hidup bersama dengan enam saudaranya, yaitu Thomas 20 tahun, Benjamin 13 tahun, kembar Arthur dan Alfie enam tahun, dan Elsie empat tahun. Sebenarnya Harry masih memiliki satu saudara lagi, yakni Molly. Sayangnya Molly, yang juga menderita down sindrome, telah meninggal saat usianya masih 5 bulan.
Kematian Molly jelas menjadi pukulan tersendiri bagi Emma. Ditambah lagi, suaminya kemudian meninggalkannya setelah bayi bungsunya lahir.
Baca juga: Walau Sudah Dibuang, Anjing Ini Tetap Terus Mengikuti Mobil Majikannya
"Itu adalah kemungkinan yang sangat menakutkan, terutama dengan dua anak cacat. Tapi Harry masuk dan memberikan bantuan di rumah. Dia benar-benar luar biasa dan aku tidak bisa mengatasinya tanpa dia," kata Emma, yang merupakan mantan guru, dari Preston, Lancashire, kepada Mirror.
"Sebagian besar anak berusia 14 tahun keluar dengan pasangannya, bersenang-senang, atau bermalas-malasan. Tapi Harry tidak pernah punya waktu untuk dirinya sendiri. Dia tampak seperti aku, hanya seperti orang tua. Aku hanya ingin dia mendapatkan pujian dan pengakuan yang pantas untuknya," lanjutnya.
Penderitaan Emma dimulai ketika putrinya, Molly, yang lahir pada Maret 2011, didiagnosis menderita downs syndrome, jantung berlubang dan paru-paru yang belum berkembang. Dia meninggal lima bulan kemudian.
"Itu memilukan dan sangat sulit bagi anak-anak saya yang lebih tua. Kami menyebut makan Molly sebagai tempat tidurnya selamanya dan kami mengunjunginya sepanjang waktu," jelasnya.
Pada Juli 2012, putra kembar Emma, Alfie dan Arthur. Sayangnya, mereka juga didiagnosis menderita downs syndrome.
"Kemungkinan memiliki tiga bayi dengan downs syndrome adalah sejuta banding satu. Tapi ketika bidan mengangkat Alfie, aku mengenali gejala-gejalanya, seperti halnya Molly. Kondisi itu sendiri tidak berhasil, karena aku tahu aku bisa mengatasinya tetapi aku takut, setelah Molly hilang, hal yang sama mungkin terjadi lagi," ujar Emma.
Syukurlah, Arthur dan Alfie tidak memiliki masalah medis yang sama dengan Molly, meskipun mereka kemudian didiagnosis menderita autisme. Selain itu Mereka juga memiliki kesulitan untuk bicara dan membutuhkan kursi roda.
Kurang lebih dua tahun setelah si kembar lahir, Emma melahirkan putri bungsunya, Elsie. Namun tanpa peringatan apa pun suaminya, David, meninggalkannya. Putra sulungnya, Thomas, juga meninggalkan rumah untuk kuliah.
Kondisi tersebut memaksa Harry untuk menjadi seorang yang bisa diandalkan untuk merawat saudara-saudaranya.
"Harry baru saja mengambil peran sebagai perawat muda. Itu bukan yang saya inginkan untuknya, dan saya jelas tidak mendorongnya ke dalamnya," Emma melanjutkan.
"Tapi dia suka merawat anak-anak itu, dan dia dengan cepat menjadi tak ternilai. Aku benar-benar tidak bisa mengatasinya sekarang. Harry dan Alfie khususnya memiliki ikatan yang sangat istimewa. Alfie sepenuhnya tak bisa bicara, kecuali satu kata: Harry," imbuhnya.
Tidak seperti kebanyakan anak laki-laki seusianya, Harry sudah bangun 5.30 pagi untuk memandikan saudara laki-lakinya dan memakaikannya pakaian. Dia kemudian akan membantu menyuapi mereka sambil sarapan sendiri dan bersiap-siap untuk sekolah.
Itu jelas terlihat begitu merepotkan bagi bocah seusia Harry yang masih memiliki kewajiban untuk sekolah. Namun, kesibukan masih tetap berlanjut pada saat malam tiba. Dia harus mengganti popok bahkan memasak spaghetti.
"Harry akan mengganti popok, mencuci pakaian, memasak makanan. Dia bisa memasak steak dan spaghetti Bolognese. Kami akan menghangatkan makan malam kami dan makan bersama," tutur Emma.
"Bahkan di malam hari, jika si kembar bangun menangis, dia ada di sana bersama mereka. Aku berusaha memastikan dia tidur tetapi dia ingin menjaga mereka," pungkasnya.
Jika kasus melahirkan tiga bayi down syndrome memiliki kemungkinan satu banding sejuta, maka bocah yang memiliki kebaikan hati seperti Harry pastilah orang yang sangat istimewa.