Sederet Fakta Suram "Kebun Binatang Manusia" Di Era Kolonial. Tak Berperikemanusiaan!
13 April 2021 by Ike DewiBenar-benar tak berperikemanusiaan ya.
Kebun binatang merupakan tempat wisata yang berisi hewan-hewan. Biasanya, tempat wisata ini banyak disukai oleh para orang tua sebagai wisata edukatif untuk anak-anaknya.
Tapi ternyata ada sebuah catatan kelam mengenai kisah kebun binatang yang isinya adalah manusia. Masa kemenangan masyarakat Eropa dan Amerika saat itu membuat mereka ingin melihat kehidupan yang dijalani berbagai ras lain, tentu saja dengan cara yang tidak patut dibenarkan alias tak berperikemanusiaan.
Orang-orang yang dipertontonkan adalah ras kulit hitam atau mereka yang budayanya berbeda dengan barat.
BACA JUGA: Bukannya Terlihat Glowing, Krim Pemutih Ini Malah Bikin Kulit Kayak Vampir
Konsep pertama human zoo
Mengutip Popbela, Kaisar Aztec Montezuma merupakan orang pertama yang membuat pameran besar berisi orang-orang dan hewan. Ia berpikir bahwa kebun binatangnya yang berada di Mexico City akan semakin menarik dengan adanya manusia-manusia yang dipamerkan.
Berdasarkan buku Social Pzychology and Human Nature, Montezuma tertarik utnuk menampung orang-orang kerdil, albino, dan orang kifosus di dalam kebun binatangnya bersama hewan-hewan.
BACA JUGA: Tak Sengaja Temukan Tengkorak di Belakang Rumah, Pernyataan Sang Istri Bikin Merinding
Columbus menculik Suku Indian
Penduduk asli benua Amerika adalah suku Indian. Ketika Columbus berhasil menjajahi pulau-pulau di Amerika, ia menemukan penduduk asli dan banyak emas. Ia mencuri emas-emas tersebut dan menculik suku Indian untuk diarak berkeliling Eropa dan ditampilkan. Sama kejamnya kan dengan kebun binatang manusia?
BACA JUGA: Sadis! Gara-Gara Film, 5 Orang Ini Tega Lakukan Berbagai Aksi Kejahatan Keji
Amerika membawa Suku Igorot
Amerika Serikat yang menang melawan Filipina memutuskan untuk membawa suku Igorot yang kalah dan mempermalukan mereka di depan umum. Berdasarkan laman National Public Radio, suku Igorot yang ada di pameran dipaksa untuk membunuh dan menyembelih anjing untuk menghibur penonoton. Pertunjukkan berlangsung tahun 1905 sampai 1914.
Perempuan Afrika dengan steatopygia
Sartje mengalami nasib yang benar-benar kelam dan kejam. Pada abad ke-19, ia dibujuk untuk ikut seorang dokter bernama William Dunlop ke Inggris. Di sana, nama Sartje diubah menjadi Sarah Bartman. Ia memiliki kondisi steatopygia, kondisi di mana ada penumpukan lemak di sekitar alat kelamin dan pantatnya.
Sarah tampil di seluruh Eropa dalam keadaan telanjang untuk diperlihatkan kepada para penonton. Bahkan setelah meninggal akibat cacar, tubuhnya dibedah untuk diambil tengkorak dan beberapa bagian lain sebagai koleksi. Benar-benar tak berperikemanusiaan.
Anak-anak kecil ditampilkan
Pendeta kulit hitam, James H. Gordon yang merupakan pengawas Horward Colored Orphan Asylum di Brooklyn, New York, menentang pameran manusia dan anak-anak tersebut.
"Ras Kami, Kami pikir, sudah cukup tertekan, tanpa memperlihatkan salah satu dari Kami bersama kera," tulisnya.
"Kami pikir Kami layak dianggap manusia, dengan jiwa,".
Pada tahun 1958, Brussels World's Fair di Belgia menampilkan pertunjukkan mengenai Desa Kongo. Saat itu, peminat kebun binatang manusia telah dianggap membosankan karena munculnya film dalam televisi. Akhirnya tindakan itu dilarang dan dikecam di sebagian besar negara. Kabar buruknya, 297 orang Kongo asli tewas dalam Brussels World's Fair.