UI Rencanakan Parkir berbayar per Jam di Kampus, Penghijauan atau Komersialisasi?

Kebijakan kontroversial UI
Kebijakan kontroversial UI | Keepo.me

Kampus UI terapkan parkir berbayar per jam di kampus, kayak di Mall!

Kampus Universitas Indonesia (UI) sedang merencanakan penerapan kebijakan baru untuk memberi tarif parkir di area kampus per 1 Agustus 2019. Kebijakan yang disebut ‘Secure Parking’ ini mendapat kritikan dan penolakan keras dari mahasiswa.

Dilansir dari Detik, kebijakan secure parking ini dicanangkan oleh UI karena dianggap dapat mengurangi emisi karbon di kampus dan meningkatkan greenmetric kampus. Tarif ini diterapkan pada kendaraan yang berada di area kampus lebih dari 15 menit, dengan biaya sebesar Rp 5.000 untuk motor dan Rp 20.000 untuk mobil. Setiap jam berikutnya akan dikenakan tarif tambahan.

Kebijakan kontroversial UI
Kebijakan kampus UI | Keepo.me

Mahasiswa menilai kebijakan tersebut merugikan dan Rektor UI memiliki logika berpikir yang salah mengenai perbedaan jalan dan parkiran.

“Kami menolak kebijakan Bapak (Rektor) tentang secure parking, salah satu logika berpikir bapak adalah tidak bisa membedakan jalan dan parkiran,” Ucap salah satu orator di aksi penolakan yang digelar oleh BEM UI.

Pihak BEM UI memang sudah dengan tegas menyatakan keberatan dengan kebijakan tersebut. Menurut Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM UI Elang M. Lazuardi, dilansir dari Tirto, kebijakan secure parking merugikan mahasiswa yang sering keluar masuk kampus.

“Ya, kalau kita keluar pagi, lalu keluar sebentar dengan motor atau mobil dan kembali ke UI lagi, pasti kita akan kena [kewajiban] pembayaran [parkir],” ucap Elang kepada wartawan Tirto.

Selain itu, keberadaan mesin parkir dikhawatirkan oleh pihak BEM UI akan memperburuk kemacetan di sejumlah jalan akses masuk ke kampus. Pasalnya antrean kendaraan saja sudah kerap terjadi di beberapa titik.

Baca Juga: Digugat Karena Kualitas Udara, Ridwan Kamil: Saya Yakin Penggugat Juga Sumbang Polusi

Kebijakan kontroversial UI
Mesin Parkir UI | poskotanews.com

Warga sekitar dilansir dari Tirto pun merasa resah dengan kebijakan baru ini. Mereka yang sehari-hari harus melewati UI untuk berbagai kebutuhan merasa dirugikan karena harus membayar meski hanya melintas.

“Kalau kayak di Mal, kan, sekali masuk Rp2 ribu tuh. Nah, kalau saya, kan, bolak-balik, sehari Rp4 ribu cuma untuk numpang lewat doang,” ucap Adam, salah satu warga Tanah Baru yang memang rutin melewati UI setiap harinya.

Menanggapi keresahan mahasiswa, rektor UI Muhammad Anis meminta mahasiswa melihat kebijakan secure parking dengan lebih komprehensif. Menurutnya, kebijakan ini memiliki tujuan ke depan yang bagus dan mewujudkan visi kampus hijau UI.

Baca Juga: Impor Sektor Migas Melonjak, Jokowi Tegur Keras Menteri ESDM dan BUMN!

UI sendiri merencanakan untuk membangun transportasi umum guna menunjang civitas UI, yakni berupa minibus listrik yang akan beroperasi di dalam kampus.

“Tujuannya untuk membuat peningkatan nilai-nilai greenmetric kita. Ke depannya 10 tahun kalau public transportation sudah bagus tidak perlu lagi mobil pribadi masuk kampus, pelan-pelan nanti kita bikin parkir di luar area kampus. Civitas masuk dengan transportasi listrik, minibus yang listrik. Itu salah satu yang ke depan,” ucap Anis dikutip dari Detik.

Meski begitu, BEM UI menyangsikan perbaikan transportasi umum oleh pihak kampus. Pengadaan kendaraan alternatif di kampus ternyata belum berjalan seperti yang dijanjikan. Alternatif kendaraan berupa sepeda listrik pun masih dipungut bayaran.

“Terkait dengan pengadaan alternatif kendaraan, memang benar UI berencana menambah armada bus kuning dan sepeda, namun sampai saat ini belum ada kejelasan. UI justru menyediakan mopet [sepeda listrik], tapi ternyata juga harus bayar,” ucap Elang dikutip dari Tirto.

Artikel Lainnya

Sebelumnya, kebijakan KIK yang serupa sempat diterapkan di lingkungan kampus UGM. Semua civitas akademika boleh masuk dengan menggunakan Kartu Identitas Kendaraan (KIK). Akan tetapi pengendara umum yang hanya lewat atau parkir sebentar dikenai beban biaya Rp 1.000 untuk motor dan Rp 2.000 untuk mobil.

Kebijakan ini diprotes keras dan akhirnya dinilai tak mampu membuahkan hasil yang diinginkan sehingga dicabut kembali.

Nah, kalau menurutmu perlukah kebijakan parkir berbayar dari kampus ini? Apakah kebijakan ini bentuk penghijauan dan pengamanan atau komersialisasi dan mengeksklusifkan kampus?

Tags :