Tak Pakai Jilbab di Sekolah, Siswi Sragen Diteror Pengurus Rohis. Bibit Teroris?
10 Januari 2020 by Titis HaryoViral kasus teror pengurus rohis pada siswi SMA di Sragen gara-gara tak pakai jilbab di sekolah. Hadeh
Kasus intoleransi kembali terjadi, kali ini menimpa seorang siswi SMA 1 Gemolong Sragen berinisial ZDA yang mendapatkan teror dari salah satu pengurus rohani Islam (Rohis) sekolah.
Teror ini muncul karena ZDA menjadi satu-satunya siswi yang tak memakai jilbab di sekolahnya. Aksi intoleransi ini pun sempat membuat korban merasa tertekan dan mengusik orang tuanya.
Lalu, seperti apa kasus intoleransi yang menimpa siswi SMA di Sragen ini? berikut laporannya.
Siswi SMA diteror karena tak pakai jilbab
Dilansir dari iNews.id, Jum’at (10/1), kasus intoleransi yang terjadi di SMA 1 Gemolong ini jadi sorotan setelah orang tua ZDA mengungkapnya ke publik.
Baca Juga: Menhan Minta Damai Soal Polemik Natuna. Emang Kalau Perang sama China, Kita Bisa Apa?
Ayah ZDA, Agung Purnomo mengatakan jika anaknya terus mendapatkan teror lewat pesan singkat WhatsApp dari pengurus rohis. Hal ini lantaran ZDA tidak menggunakan jilbab di sekolah.
Pesan teror tersebut awalnya hanya bernada mengingatkan namun lama kelamaan kata-kata yang diberikan oleh pengurus rohis tersebut mulai semakin kasar.
“Hampir setiap hari pesan itu masuk ke nomor ponsel (ZDA), sehingga anak saya merasa terganggu,”
Agung juga menjelaskan jika pesan yang diterima anaknya hampir sebagian besar berisi peringatan agar menjalankan syariat Islam, yakni mengenakan jilbab.
Baca Juga: Pakai Narkoba dan Nekat Rekam Polwan Mandi, 2 Oknum Polisi Diciduk Rekan Sendiri!
Kepala SMA 1 Gemolong benarkan ada kasus intoleransi
Saat dimintai konfirmasi, Kepala SMA 1 Gemolong Suparno membenarkan adanya kasus teror yang disebabkan karena salah seorang siswinya tak mengenakan jilbab di sekolah.
Namun, Suparno mengaku jika aksi intoleransi tersebut hanya merupakan reaksi dari salah satu pengurus rohis yang ingin mengingatkan tetapi malah kebablasan.
“Benar, ada kejadian yang menurut saya kecil tapi tetap hati-hati dan ditindaklanjuti. Ada siswi kami kelas X yag belum berjilbab, satu dari 946 anak. Setelah itu satu anggota rohis, mengingatkan,”
“Namanya juga anak ya, mungkin awalnya ladakan (ledek-ledekan), lalu njiwit-njiwitan (cubit-cubitan), akhirnya sampai pernyataan yang saya akui agak kemajon, agak terlalu. Anak kami (ZDA) jadi tertekan, galau, resah,” jelas Suparno dikutip dari Detik.com, Kamis (9/1).
Baca Juga: Kasus Perkosaan Reynhard Sinaga Curi Perhatian, Susah-susah S3 Kok Jadi Psikopat?
Suparno pun mengakui adanya kasus ini sepenuhnya merupakan kesalahan pihak sekolah yang teledor dan tidak memantau aktivitas toleransi yang ada pada siswanya.
Dia juga memastikan jika kasus tersebut telah selesai setelah pihak rohis meminta maaf kepada korban dan orang tuanya.
“Masalah sudah selesai, kedua pihak sudah berangkulan. Ke depan sebagai pembelajaran, akan kami evaluasi kegiatan rohis ini supaya bermanfaat, tidak menimbulkan sesuatu yang gempar,” tambahnya.
Kasus teror yang menimpa seorang siswi SMA di Sragen karena tidak memakai jilbab saat berada di sekolah memang sangat menggemparkan publik.
Aksi intoleransi yang ditunjukkan oleh pengurus rohis itu pun menuai banyak kecaman baik dari orang tua maupun masyarakat luas. Pihak sekolah pun langsung mengambil tindakan dan telah mengakui adanya keteledoran sehingga muncul kasus tersebut.
Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua institusi pendidikan maupun pemerintahan bahwasannya Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan keberagaman.