Sportif dan Terbuka, Paus Fransiskus Akui Adanya Praktik Perbudakan Seks Oleh Pastur
29 Desember 2020 by Titis HaryoJadi Paus pertama yang berani mengaku
Sebuah pernyataan cukup mengejutkan dilontarkan Paus Fransiskus saat melakukan kunjungan bersejarah ke Timur Tengah beberapa waktu yang lalu. Beliau mengakui adanya praktik perbudakan seks yang dilakukan beberapa pastur pada biarawati.
Pihak gereja Katolik dan Vatikan diduga juga sudah mengetahui jika praktik tidak terpuji ini terjadi dalam lingkup gereja. Sontak hal ini kembali menjadi perbincangan hangat, setelah beberapa tahun yang lalu beredar berita pelecehan seksual yang dilakukan seorang pastur pada seorang anak di bawah umur.
Lalu apa yang akan dilakukan Paus Fransiskus dan pihak gereja?
Gereja Katolik dan Paus Fransiskus akan segera menyelesaikan kasus ini
Dilansir dari BBC.com, Paus Fransiskus akan segera melakukan pertemuan dengan pihak gereja agar masalah ini segela teratasi dan cepat selesai. Sehingga, kepercayaan masyarakat pada pastur dan gereja tidak luntur.
"Ini adalah jalur yang kamu sedang tempuh,” ucap Paus Fransiskus yang pernah menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aries.
Ingin meniru tindakan tegas Paus Benediktus
Paus Fransiskus ingin mengikuti langkah Paus Benediktus menghadapi masalah amoral yang sedang terjadi dalam lingkup kegerejaan ini. Salah satunya adalah opsi pembubaran ordo yang mungkin saja dia ambil merujuk dari kasus yang pernah terjadi pada masa Paus Benediktus.
“Paus Benediktus punya keberanian untuk membubarkan ordo kesusteran pada tahap tertentu yang tergolong perbudakan, bahkan hingga perbudakan seks yang dilakukan pastur atau pendirinya,” kata Paus Fransiskus.
Hingga kini masalah pelecahan seksual masih kerap terjadi pada para biarawan hingga biarawati
Bukan hanya biarawati yang kerap dijadikan budak seks. Dilansir dari CNNIndonesia.com, ada beberapa biarawan yang juga pernah mengalami pelecehan seksual akibat aktivitas homoseksual pemuka gereja. Paus Fransiskus pun mengakui jika kasus-kasus tersebut masih ada dan terjadi sampai sekarang.
Hal ini tidak lepas dari adanya budaya bungkam dan penuh rahasia yang ada dalam lingkup gereja Katolik. Budaya ini membuat banyak biarawan dan biarawati terbelenggu dan tidak bisa menyampaikan keresahannya secara lantang.
Women Church World melakukan protes terbuka pada Vatikan
Sebuah organisasi kesusteran yang berada di bawah Vatikan, Women Church World melakukan protes terbuka pada Vatikan dan mengecam keras tindakan pelecahan tersebut. Hal ini dikarenakan tindakan tidak terpuji tersebut membuat banyak biarawati terpaksa melakukan aborsi yang seharusnya sangat dilarang oleh agama Katolik.
Dilansir dari majalah internasional The Tablet, para suster tersebut mengikuti gerakan tagar #MeToo untuk menggalang kekuatan agar masalah ini segera berakhir dan mendesak pihak Vatikan agar bertindak tegas pada pelaku.
Tindakan para pastur ini sungguh sangat disayangkan. Namun keberanian Paus Fransiskus mengakui kasus ini dan mengangkatnya ke ranah publik memberikan angin segar agar kasus pelecehan seksual dalam lingkup gereja bisa diputus dan diakhiri sesegera mungkin.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Apakah lembaga-lembaga besar mau dan berani akui terjadinya pelecehan seksual dalam lingkungannya? Atau malah menutupinya dengan 'cara kekeluargaan' dan 'kesepakatan damai' ala adat ketimuran? Semoga tidak.