Sebabkan Eksodus Warga ke Malang Hingga Jual Foto Anti Gempa, Ini Fakta Tentang Thoriqoh Musa!
15 Maret 2019 by Talitha FredlinaPercaya sama Fatwa Thoriqoh Musa ini?
Kabar mengenai warga yang berbondong eksodus ke Pondok Pesantren di Malang karena adanya doktrin kiamat kini masih dalam penyelidikan kepolisian. Fakta-fakta dan desas-desus baru pun terus mencuat, mulai dari warga yang didoktrin bahwa kiamat akan datang hingga foto anti gempa yang dijual.
Dilansir dari Detik.com, pondok pesantren Miftahul Falahil Mubtadin dikabarkan menjual foto pengasuh ponpes seharga 1 juta. Foto itu disebut-sebut sebagai pusaka untuk menangkal gempa sehingga warga memajangnya di rumah.
Meski begitu, Gus Romli selaku pengasuh Ponpes yang fotonya dipajang menyangkal kabar bahwa fotonya digunakan sebagai pusaka anti gempa. Ia juga menyangkal bahwa ponpesnya menyebarkan doktrin kiamat, menurutnya mereka hanya mewartakan tanda-tanda kiamat seperti yang ada dalam Al-Qur’an.
Salah satu tanda kiamat yang dikabarkan oleh Gus Romli adalah jatuhnya meteor pada bulan Ramadhan esok. Ia menghimbau Jemaah untuk bersiap akan peristiwa itu, sehingga perpindahan warga merupakan bentuk persiapan menyongsong salah satu tanda kiamat yakni meteor jatuh.
“Huru-hara itu ya meteor yang jatuh di Bulan Ramadan. Jadi jemaah harus menyiapkan diri sebelumnya, karena itu menjadi 10 tanda besar terjadinya kiamat,” ujar Gus Romli seperti dikutip dari Detik.com.
Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin ini disinyalir oleh kepolisian telah menyebarkan fatwa sesat yang disebut dengan Fatwa Thoriqoh Musa. Bukan hanya menyatakan kiamat sudah dekat, fatwa ini juga menyatakan bahwa akan ada huru hara di bulan Ramadhan esok berupa peperangan dan meteor jatuh.
Lebih lanjut, fatwa tersebut juga mengabarkan kedatangan musim paceklik selama 3 tahun sehingga warga harus menyetor 500 kg gabah per orang untuk menghadapi musim tersebut. Anak-anak pun dilarang sekolah dan warga wajib membeli pedang serta foto pengasuh ponpes seharga 1 juta Rupiah.
Semua fatwa tersebut dibantah oleh Gus Romli. Menurutnya, ponpes yang ia asuh memang mengajarkan Thoriqoh Musa, namun tidak menyebarkan fatwa sesat.
“Foto dijual Rp 200 ribu, bukan Rp 1 juta. Saya tidak minta membeli pedang. Dan apalagi anak memotong dan memakan tangan adiknya, itu semua tidak benar,” tutur Gus Romli, disitir dari Detik.com.
Warga pun membantah bahwa mereka melakukan eksodus, menurut warga yang diwawancarai oleh Detik.com, mereka hanya mondok untuk belajar agama sampai Ramadhan usai alih-alih eksodus dari kiamat.
Gimana menurutmu tentang peristiwa perpindahan massal warga ke pondok pesantren ini?