Proyek Jalur Sutra Baru China, Menguntungkan atau Merugikan Indonesia?
29 April 2019 by Talitha FredlinaInisiatif China, benarkah untuk jajah dunia?
Menko Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan, menyatakan bahwa Indonesia akan menandatangani tahap awal proyek One Belt One Road Initiative pada bulan April 2019. Proyek ini merupakan inisiatif China untuk membuka keran konektivitas dagang antara Eropa dan Asia.
Proyek besar yang melibatkan banyak negara berkembang ini memang cukup kontroversial. Terlebih dengan adanya isu Chinese Money Trap atau Jebakan Utang China yang disinyalir akan menjerat negara-negara berkembang yang terlibat dalam proyek tersebut.
Kekhawatiran ini sudah terbukti oleh perjuangan Laos untuk membayar kembali hutang China. Ketidakmampuan Laos dalam membayar itu membuat pemerintah Laos memberikan wilayahnya yang sedang dibangun untuk dikelola China selama beberapa puluh tahun.
Hutang China pun disinyalir dapat membuat bangkrut beberapa negara peminjamnya yang tak mampu membayar seperti di beberapa negara Afrika, termasuk Ethiopia, Djibouti, dan Angola.
Indonesia memang terlambat masuk ke dalam mega proyek jalur sutra baru ini. Namun setelah beberapa saat, akhirnya pemerintah Indonesia melirik kesempatan pembangunan infrastruktur besar-besaran ini dan meyakini hal tersebut akan menguntungkan bagi Indonesia.
Untuk itu, pemerintah Indonesia menyiapkan 28 proyek besar yang akan mendukung terbentuknya jalur sutra bru tersebut. Yakni pembangunan pelabuhan Hub, pembangunan dan pengembangan kawasan industri internasional Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan PLTG di Sei Mangkei.
Pengembangan pun akan dilangsungkan di kawasan industri dan pelabuhan internasional Tanah Kuning, kawasan industri Rangkas Bitung dan Taman teknologi Pulau Kura-Kura. Semua proyek tersebut total bernilai 1.296 Triliun Rupiah.
Meski jumlahnya sangat besar, namun Menko Luhut pastikan mekanisme yang digunakan adalah Business to Business sehingga tidak akan menambah hutang Indonesia ke China dan tidak akan memberi risiko jebakan hutang pada Indonesia.
Pembangunan ini pun dinilai akan membantu perekonomian di Indonesia dan mewujudkan tujuan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Namun apakah benar perjanjian ini tanpa risiko? Apakah Indonesia benar dapat terbebas dari jebakan hutang negara berkembang?
Hal ini dikembalikan lagi pada mekanisme dan strategi Indonesia agar tak mengalami nasib serupa dengan Laos atau kesulitan keluar dari kerjasama proyek pembangunan seperti Malaysia yang dinilai mencekik perekonomian negara.
Lalu bagaimana menurutmu? Apakah proyek OBOR akan menguntungkan atau merugikan Indonesia?