Pertemuan Jokowi dan Prabowo Dikomentari Tokoh, Tuai Polemik Baru?
15 Juli 2019 by Talitha FredlinaRekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo tuai pujian dan kritikan
Pertemuan pertama Jokowi dan Prabowo di MRT Lebakbulus pada Sabtu (13/7) pagi menuai banyak respons dari masyarakat dan politisi. Telah lama dinanti dan dibicarakan, pertemuan keduanya melambangkan bentuk rekonsiliasi kedua kubu dan upaya menyejukkan suasana.
Meski bertujuan baik, ternyata pertemuan ini tak hanya menuai komentar positif saja. Prabowo mendapatkan berbagai serangan dan ungkapan kekecewaan dari pendukungnya atas pertemuan tersebut. Berikut berbagai komentar tokoh politisi atas pertemuan heboh Jokowi dengan Prabowo.
Sebagai tokoh yang sering menyuarakan kritik keras terhadap Jokowi dan menjadi ‘lingkaran dalam’ Prabowo, sudah sewajarnya Amien Rais angkat suara. Namun ternyata dilansir dari Tempo beliau mengaku tidak mengetahui rencana pertemuan tersebut dan enggan memberi komentar lebih lanjut.
"Saya hanya akan memberikan pernyataan setelah saya membaca surat Pak Prabowo," ucap Amien Rais dikutip dari Tempo.
Amien Rais mengaku menerima surat yang agak tebal dari Prabowo di rumahnya di Gandaria, Jakarta. Tapi ia belum membacanya karena belum menerima surat tersebut secara langsung. Karena itu beliau enggan memberi komentar sebelum membaca surat tersebut dan bertemu dengan Prabowo langsung.
Baca Juga: Akhir Rivalitas Pilpres 2019, Jokowi dan Prabowo Berpelukan di MRT!
Berbeda dengan Tsamara Amany yang langsung memberikan komentar dan apresiasinya di twitter pada hari yang sama. Terpantau Tsamara melalui akun twitternya @TsamaraDKI menyebut hari pertemuan Prabowo dan Jokowi sebagai hari yang bahagia untuk Indonesia.
“Hari ini adalah hari bahagia untuk Indonesia. Pak Jokowi bertemu Pak Prabowo. Kontestasi usai. Kita kembali menjadi Indonesia. Ini waktunya kerja!” Cuit Tsamara
Masih di hari yang sama, cuitan ini disambung dengan kritikan Tsamara terhadap pendukung Prabowo yang tak terima keduanya melakukan pertemuan.
“Pak Prabowo menjadi negarawan dan bertemu Pak Jokowi tapi sebagian pendukungnya justru mencaci maki. Jadi pertanyaan besar. Mereka pendukung Pak Prabowo atau murni pembenci Pak Jokowi? Move on! Pilpres sudah selesai.” Tulis Tsamara.
Apresiasi senada terhadap pertemuan kedua negarawan yang sempat berkontestasi di laga Pilpres 2019 ini juga digaungkan oleh politisi Golkar, Rizal Mallarangeng. Ia menyatakan pertemuan itu justru menunjukkan demokrasi di Indonesia sudah matang.
“Bagus, itu kan sebuah cara untuk menunjukkan demokrasi Indonesia itu demokrasi yang matang dengan segala kelemahan kita yang harus kita perbaiki” Tutur Rizal dikutip dari Detik.
Baca Juga: Jokowi Berhasil 'Damai' di MRT, PA 212: Selamat Tinggal Prabowo Subianto!
Tentu saja pertemuan ini tak lepas dari kritikan dari para tokoh. Salah satunya adalah politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera. Menurut beliau, pertemuan ini kurang lengkap karena tidak diikuti pernyataan Prabowo yang menegaskan posisinya sebagai oposisi pemerintahan.
"Jika pertemuan tidak diikuti dengan deklarasi #KamiOposisi, akan membuat kekecewaan pendukung. Dan PKS yakin Pak Prabowo dan pendukungnya akan bersama #KamiOposisi, karena oposisi itu baik dan oposisi itu mulia," Tutur Mardani pada Sabtu (13/7) lalu dikutip dari Detik.
Salah satu kritikan paling keras datang dari PA 212 yang langsung menyatakan dengan tegas mereka tak lagi mendukung Prabowo. Kadiv hukum PA 212, Damai Hari Lubis pun dilansir dari CNN Indonesia menyatakan dengan tegas tidak lagi tunduk pada Kertanegara dan meninggalkan Prabowo.
“Kami PA 212 serta alumnus dan simpatisan 212 tidak tunduk apalagi patuh kepada Kertanegara. Kami hanya tunduk kepada imam besar Rizieq Shihab yang saat ini berada di kota suci Mekkah, Atas peristiwa pertemuan Prabowo Subianto dan Presiden Jokowi, kami sampaikan selamat tinggal Prabowo Subianto,” Kata Damai dikutip dari CNN Indonesia.
Berbeda dengan Juru Bicara PA 212 Novel Bamukmin yang menyatakan tidak pernah merestui rekonsiliasi dan belum memutuskan sikap politik terkait perkembangan yang ada. Menurut Novel, PA 212 akan menunggu arahan dari Ijtimak Ulama 4 yang mungkin akan digelar.
“Kami PA 212 akan tunggu arahan ulama mungkin melalui Ijtimak Ulama ke-4 untuk ambil sikap atas musyawarah para ulama, tokoh, dan aktivis sehingga arah ke depan jelas untuk disikapi oleh umat Islam,” Tutur Novel dikutip dari CNN Indonesia.
Pertemuan kedua negarawan besar yang menjadi bahan pergesekan masyarakat di Indonesia ini memang menimbulkan polemik tersendiri bagi pendukung 02 yang menolak rekonsiliasi. Mereka beranggapan rekonsiliasi berarti membenarkan kecurangan dan kebohongan yang diklaim telah terjadi.
Terkait perkembangan ke depan, mari kita simak bersama akankah perdamaian benar-benar tercipta dari pertemuan keduanya?