Pelaku Penusukan Wiranto Ternyata Mantan Bandar Togel, ini Pengakuan Sahabatnya!
11 Oktober 2019 by refa dewa
Waduh kelam banget nih masa lalunya!
Viral penusukan terhadap Menkopolhukam, Wiranto secara langsung melambungkan sosok SA (51), eksekutor yang berani menyobek perut mantan Panglima TNI periode 1998-1999 terset.
Tanpa menunggu lama, penelusuran awak media pun membuahkan hasil, usut punya usut, SA dulunya dikenal pintar, bahkan di masa mudanya, dirinya berhasil menyelesaikan kuliah di fakultas hukum di sebuah universitas ternama di Sumatera Utara.
Meski dari sisi akademik terbilang cemerlang, namun ibarat peribahasa tak ada gading yang tak retak, SA juga sempat terjerumus dalam dunia kelam narkoba.
Usai bertobat dari obat-obatan terlarang, SA ternyata juga pernah berkecimpung di dunia dakwah, ia pernah menjadi penceramah di mushola yang terletak tidak jauh dari rumahnya.
Kesaksian sahabat masa kecil pelaku
Informasi tersebut diperkuat dengan kesaksian Alex (39) rekan korban semasa sebelum SA terpapar paham radikal.
Di temui di sebuah warung kopi di Jalan Alfakah V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, sekitar 500 meter dari bekas rumah SA yang kini telah digusur oleh pembangunan jalan tol.
Alex memulai kesaksiannya dengan kehidupan rumah tangga sahabatnya tersebut, diketahui SA pernah menikah dengan Netta pada 1995, kala itu pernikahan pertamanya tersebut hanya bertahan 3 tahun.
Sahabatnya itu juga sempat menjadi saksi mata bagaimana SA terjerumus ke dalam gelapnya narkoba dengan mengkonsumsi pil kurtak. SA terjerumus narkoba lantaran depresi karena bercerai dengan istri pertamanya.
Kala itu SA menelan 12 butir pil, dan mulai melukai diri sendiri dengan menyudutkan putung rokok ke keningnya berkali-kali.
Sampai hitam keningnya disundutnya dengan api rokok setelah makan 12 butir kurtak. Itu di depanku, katanya, Kamis (10/10/2019).
Baca juga : Resmikan Gedung Kampus, Wiranto Ditusuk Orang Tak Dikenal di Banten!

Sembuh dari depresi, SA juga sempat menekuni dunia pertogelan, hingga bekerja serabutan, mulai dari menjaga depot air isi ulang, penjaga rental PlayStation.
Kehidupan SA mengalami perubahan sekitar tahun 1999, kala SA berangkat ke Malaysia. Sepengetahuan Alex, SA tinggal di Malaysia selama lima bulan.
Sepulang dari Malaysia itulah penampilan SA berubah drastis, terlihat sangat islami.
Sepulangnya dia itu lah, saya bilang oh udah Islam dia. Bercanda aja.
Maksudnya dia sudah pake peci. Ke mushola, ngisi pengajian, ceramah tapi kurang disukai warga.
Akhirnya dia pun tarik diri, katanya.
Menikah untuk ke-2 kalinya
Awal 2000-an, SA berkenalan dengan Yuni, keduanya semakin akrab hingga menikah 'tembak' di Hamparan Perak, Deli Serdang, dari pernikahan itu SA, dikaruniai dua anak perempuan.
Namun perjalanan rumah tangga yang masih seumur jagung itu harus menelan pil pahit, kedua orangtua Yuni tidak setuju dan mengambil paksa Yuni dari SA. Kejadian itu terjadi ketika kedua anak perempuan SA masih berusia 10 hari.
Tak cuma mengambil, orangtua Yuni juga melaporkan SA ke polisi karena telah mengambil anak orang, gara-gara laporan tersebut, SA terpaksa harus mendekam di balik jeruji besi selama tiga bulan.
Orangtua Yuni kan tak setuju dengan hubungan mereka.
Keluarga Yuni berontak. Diambil lah Yuni sama orangtuanya, dikasuskan dia sama orangtuanya karena melarikan orang. Dipolisikan, katanya.
Bibit radikal tumbuh
Awal 2013 bisa dibilang sebagai perubahan drastis dari SA, menurut Alex, SA pada waktu itu sudah berkali-kali bercerita terkait saudara-saudaranya yang ada di Suriah.
Bahkan, SA juga sempat hampir bekerja di sebuah proyek di Sulawesi Selatan, meski ujung-ujungnya batal.
Di depan sahabatnya itu, SA pernah mengatakan jika proyek di Sulawesi Selatan itu berhasil, SA akan memakai penghasilannya tersebut ke Suriah.
Kalau itu jadi, nanti akan digunakannya untuk pergi ke Suriah.
Kalau saya, jihad itu ya untuk keluarga, katanya.
Menolak Pancasila dan Pemimpin Kafir
Terakhir, Alex juga berujar jika sahabatnya, SA juga pernah mengklaim dirinya tidak menyukai Pancasila, pemimpin-pemimpin kafir dan tidak sepakat dengan NKRI harga mati.
Dia nunjukin seperti bendera, panji hitam itu.
Menolak Pancasila, tapi saya berbeda pendapat. Saya tetap NKRI harga mati, katanya.

Baca juga : Selain Wiranto, Kapolsek dan Anak Buah Juga Terluka Kena Tusukan, Pelaku Diduga Simpatisan ISIS!
Di tahun 2015, dia ketemu dengan istrinya yang bercadar, dan berakhir dengan peristiwa penusukan terhadap Wiranto.
Sampai akhirnya sekarang. Tak tahu aku sampai begini.
Berarti tekat dia sudah bulat. Gemblung, katanya.