Pakar Psikologi Politik Sebut Hasil Survei Elektabilitas Pancing Emosi Prabowo
14 April 2019 by LukyaniPrabowo dianggap kurang bisa kendalikan emosi
Segala gerak-gerik para capres dan cawapres saat ini tentu akan sangat diperhatikan. Ucapan, sikap, bahkan mimik wajah pun bisa dijadikan bahan perbincangan. Saat ini tengah ramai dibicarakan sikap capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang akhir-akhir ini dianggap emosional.
Apa kata pakar psikologi politik mengenai hal ini?
Hamdi Muluk: Prabowo kurang bisa mengendalikan emosi
Hamdi Muluk, pakar psikologi politik Universitas Indonesia, rupanya menaruh perhatian pada karakter Prabowo Subianto yang akhir-akhir ini terlihat lebih emosional. Menurut Hamdi, dirinya pernah membuat sebuah tulisan mengenai karakter pemimpin di tahun 2014 lalu.
Saat mengerjakan tulisannya tersebut, Hamdi mengaku telah mengidentifikasi karakter Prabowo yang menurutnya kurang bisa mengendalikan emosi. Oleh sebab itu, Hamdi merasa agak pesimis ketika BPN (Badan Pemenangan Nasional) Prabowo-Sandi berupaya untuk mengubah karakter tersebut.
“Karena itu karakter, watak, sifat. Itu sulit diubah. Nah, dia itu muncul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, muncul karakter asli, watak asli. Misalnya dalam situasi kampanye, kan ramai. Ada satu dua tiga orang ngobrol satu sama lain. Oh, itu dianggapnya orang tidak menghargai dia, nah dia marah. Mudah sekali terpancing emosinya karena sulit mengendalikan dalam keadaan-keadaan tertentu” ungkap Hamdi kepada Kompas.com, Rabu (10/4).
Survei elektabilitas diduga memicu emosi Prabowo
Kemudian Hamdi pun membuat dugaan bahwa sifat emosional yang diperlihatkan Prabowo bisa jadi dipengaruhi oleh survei elektabilitas yang dirilis oleh beberapa lembaga. Menurut Hamdi, survei-survei tersebut tetap memberikan tekanan meski Prabowo pernah mengatakan tidak percaya pada survei.
“Prabowo adalah orang yang berpendidikan. Dia mengerti bahwa survei-survei itu fakta. Ya, meski secara retorika politik, dia bilang, itu enggak bisa dipercayalah, itu bayaran semualah. Itu sebatas retorika politik. Tapi secara faktual, dia mengerti bahwa dia ketinggalan. Situasi ini tentu menekan dia,” jelas Hamdi.
Hamdi pun menilai bahwa karakter semacam ini tidak baik untuk elektabilitasnya. Sebab, menampilkan karakter seperti ini hanya akan menguatkan basis elektoralnya dan tidak menguatkan basis-basis yang lain.
Pendapat Fadli Zon tentang karakter emosional Prabowo
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, membantah pernyataan yang menyebut Prabowo akhir-akhir ini lebih emosional. Menurut Fadli, tindakan menggebrak podium yang dilakukan Prabowo saat berkampanye di Yogyakarta adalah hal yang spontan.
“Jadi spontanitas, itu namanya dinamika panggung. Itu berarti Pak Prabowo merasa at home dan merasa komunikatif dengan para audiens. Kan sekarang beliau kalau komunikasi, satu orang saja bisa diajak ngomong di antara puluhan ribu, ratusan ribu orang, bisa begitu,” ujar Fadli, dikutip dari Kompas.com, Kamis (11/4).
Bahkan menurut Fadli, gaya orasi Prabowo sudah satu level dengan gaya pidato Presiden Soekarno. Bagi Fadli, gaya Prabowo dalam berorasi ini penuh dengan semangat dan tidak dibuat-buat. Prabowo baginya bukan orang yang mudah murah, melainkan sosok yang spontan dan responsif.
BPN Prabowo-Sandi mengatakan bahwa hasil survei internal sudah memperlihatkan elektabilitas Prabowo-Sandi lebih unggul dibandingkan Jokowi-Ma’ruf. Versi survei internal BPN, Prabowo-Sandi sudah mendapatkan 62 persen suara dan Jokowi-Ma’ruf hanya 38 persen suara.