Lebaran Online: Latihan Menuju Era ‘New Normal’?
27 Mei 2020 by Boy N.Sudah siap dengan 'The New Normal'?
Hari Raya Idul Fitri baru saja berlalu. Perayaan akbar umat muslim seluruh dunia kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dan yang paling terasa tentu di Indonesia. Tidak ada pawai takbiran keliling, sholat Ied di masjid hingga lapangan, halal bi halal, dan serangkaian tradisi khas yang barangkali selama ini membedakannya dari perayaan Idul Fitri di negara-negara lain.
Segalanya nyaris berubah sejak Covid-19 menyerang. Ya, di sana-sini memang masih dijumpai kasus pelanggaran masyarakat yang sepertinya masih bersikeras merayakan Lebaran seperti biasanya. Beberapa daerah pun masih menyelenggarakan sholat Ied berjamaah, tentunya dengan protokol yang kita harapkan berjalan sebagaimana mestinya.
Beberapa hari sebelum Lebaran, jagat maya telah dihebohkan serangkaian peristiwa pelanggaran PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di berbagai daerah. Himbauan pemerintah seolah cuma pepesan kosong yang nyaris tidak pernah digubris warganya. Barangkali puncaknya pada saat sebagian masyarakat seakan sudah woles dan melenggang santai berbelanja di pasar hingga mal.
Alih-alih membenturkan peristiwa-peristiwa tersebut dengan sikap sebagian masyarakat yang sampai hari ini masih menaati himbauan stay at home dan menerapkan protokol ketat, kenapa tidak mengamatinya dari dimensi yang tidak sepihak? Kita semua, baik masyarakat pelanggar PSBB dan yang masih menaatinya, sama-sama terjebak dalam posisi yang serba tidak jelas. Mau sampai kapan pandemi ini berakhir dan apakah benar kita nanti mampu bertahan?
Baca Juga: #IndonesiaTerserah: Rakyat Lelah, Pemerintah Kian Nggak Jelas?
Lebaran virtual, sebuah momen untuk masa depan antah berantah
Sejujurnya ga siap sama “new normal” org indonesia bebal susah dibilangin disuruh psbb aja susah ga aneh kurvanya lama untuk landai.
— salted caramel (@windaaruni) May 26, 2020
Tanpa disadari, sudah beberapa bulan menjalani masa karantina mandiri di rumah masing-masing, rela untuk tidak bertemu siapapun jika tidak mendesak, menerapkan work from home, sampai akhirnya menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan.
Sepanjang pelaksanaan ibadah puasa itu tanpa sadar juga telah membuat banyak orang terbiasa dengan gaya beraktivitas dan kehidupan yang makin lama dapat dimaklumi. Sebagian masyarakat mungkin malah menganggapnya tidak ada perubahan; yang membedakan adalah penggunaan masker dan disediakannya tempat-tempat mencuci tangan lengkap bersama sabun dan hand sanitizer.
Cara berkomunikasi di sebagian masyarakat sudah mulai bergeser dan benar-benar memanfaatkan perangkat teknologi serta segala kemajuannya. Rasanya sulit membayangkan jika pandemi ini terjadi 10 atau 20 tahun lalu ketika medsos dan semua pirantinya tidak seperti sekarang; kebosanan dan kejemuan pasti bakal lebih carut marut dari yang kita rasakan akhir-akhir ini.
Bisa dibilang, apa yang saat ini sedang kita jalani adalah pijakan menuju apa yang disebut-sebut sebagai tatanan kehidupan baru atau New Normal.
Baca Juga: McD Sarinah Resmi Ditutup, Beginilah Respons Norak Massa di Tengah Pandemi Covid-19
Apa yang dimaksud sebagai New Normal?
New Normal. Indonesia Nyerah (?) pic.twitter.com/QGvOsNUUQk
— Affan Ghifary (@AffanGhifary30) May 26, 2020
Jumat, 15 Mei 2020, Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan resmi terkait persiapan menuju New Normal. Dikutip dari Tempo, beliau menyatakan;
Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini, itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai New Normal atau tatanan kehidupan baru.
Baca Juga: Sambut “The New Normal”, Desainer Ini Rancang Bikini Bermasker Buat Liburan!
Dari kajian awal Kemenko Perekonomian untuk program pemulihan ekonomi selama masa pandemi, skemanya dibagi dalam 5 fase.
Fase I (1 Juni 2020)
- Industri dan Jasa Bisnis beroperasi dengan praktik social distancing serta persyaratan kesehatan yang sudah diatur.
- Toko, pasar, dan mal belum mendapatkan izin operasional kecuali untuk toko penjual masker atau fasilitas kesehatan.
- Semua sektor kesehatan beroperasi secara penuh seperti biasa, namun tetap mematuhi aturan yang berlaku.
- Jumlah maksimal orang yang berkumpul dalam satu ruangan maksimal 2 orang. Segala aktivitas olahraga luar belum diizinkan.
Fase II 8 Juni (2020)
- Toko, pasar, dan mal sudah diizinkan buka dengan menerapkan protokol ketat.
- Kegiatan usaha yang dilakukan dengan kontak fisik belum diizinkan.
- Segala aktivitas luar ruangan termasuk olahraga belum mendapatkan izin.
Fase III 15 Juni 2020
- Seluruh tempat bisnis seperti toko, pasar, dan mal masih menjalani fase II.
- Mulai dibuka evaluasi pembukaan unit-unit bisnis seperti salon, spa, dan sejenisnya dengan penerapan protokol ketat.
- Aktivitas kebudayaan diizinkan dengan protokol ketat.
- Kegiatan pendidikan sudah mulai diizinkan dengan sistem shift.
- Olahraga di luar ruangan sudah diizinkan dengan protokol ketat.
- Mulai dibuka evaluasi pembukaan tempat pernikahan, ulang tahun, kegiatan sosial, dan lain-lain dengan batasan maksimal 10 orang.
Fase IV 6 Juli 2020
- Mulai dibukanya kegiatan ekonomi seperti di fase III.
- Pembukaan secara bertahap untuk restoran, bar, kafe, gym, dan lain-lain dengan penerapan protokol ketat.
- Untuk aktivitas di luar ruangan dibatasi maksimal 10 orang.
- Kegiatan wisata ke luar kota dengan batasan jumlah penerbangan.
- Penerapan batasan kegiatan berskala lebih dari yang disebutkan.
Fase V 20 & 27 Juli 2020
- Mulai dilakukan evaluasi fase IV serta dibukanya beberapa tempat usaha dalam skala besar.
- Di akhir Juli atau awal Agustus, semua kegiatan bisnis mulai dibuka dengan tetap menerapkan protokol ketat.
- Evaluasi bertahap hingga menemukan vaksin dan dapat digunakan untuk umum.
Apakah sudah ada yang menerapkan New Normal?
Muslims around the world are celebrating a different kind of Eid al Fitr, the festival marking the end of the fasting month of #Ramadan.
— AJ+ (@ajplus) May 25, 2020
Socially-distanced prayers and celebrations on Zoom are the new normal. pic.twitter.com/6TdFirPvuT
Ngomong-ngomong, negara atau daerah mana saja sih yang boleh dibilang sedang menerapkan New Normal ini?
Dilansir dari Tempo, Gubernur Maluku, ada 6 daerah di Maluku yang dianggap cocok sebagai contoh penerapan New Normal.
"Maluku merupakan satu dari empat provinsi yang diprioritaskan sebagai daerah percontohan protokol 'new normal', karena enam dari 11 kabupaten atau kota yang ada telah menunjukkan hasil positif terkait penanganan Covid-19," (Tempo, 22 Mei 2020).
Enam daerah yang dimaksud adalah Kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara, Kepulauan Aru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Maluku Barat Daya (MBD) dan Seram Bagian Timur (SBT).
Beberapa negara seperti Vietnam dan Taiwan pun dinyatakan sudah bebas dari kasus positif dan sejak beberapa waktu lalu telah menerapkan protokol New Normal.
Apakah kita memang sudah benar-benar siap dengan New Normal?
Baca Juga: Para Ahli Prediksi Virus Corona Akan Menginfeksi 70 Persen Populasi Dunia!
Bhima Yudhistira, pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyangsikan hal itu. Menurutnya, kurva kasus Covid-19 di Indonesia masih belum ada tanda-tanda bakal menurun (Jawa Pos, 19 Mei 2020). Ia juga menyatakan bahwa pemerintah kita mesti mencontoh Vietnam yang patut ditiru selama menangani kasus Covid-19 dan penerapan New Normal.
Ia membandingkan Vietnam yang sudah menurunkan kurva positif hingga 0 baru kemudian menerapkan sejumlah pelonggaran namun tetap dengan protokol ketat. Sangat berbeda dari Indonesia yang terkesan memaksakan kebijakan New Normal seolah kasus penyebaran Covid-19 ini benar-benar menurun.
Perayaan Lebaran di tahun ini juga menjadi momen penting untuk benar-benar menyadari dan memahami betapa berharganya jarak dan kebersamaan di masa-masa sulit. Sebagai warga negara, kita hanya dapat menerima segala perubahan kondisi dan mesti dengan cepat beradaptasi.
Toh, bagi yang sudah terbiasa dengan perubahan, apa yang disebut sebagai New Normal ini tidak akan begitu sulit menjalaninya. Hal yang pasti, perubahan itu tentu harus ke yang lebih baik, meskipun situasi kenormalannya sudah berbeda dari sebelumnya.