Langka, Arab Saudi Kini Buka Wisata Sekuler, Turis Wanita Boleh Berpakaian Terbuka!

Nunggu komentar netizen Indonesia!

Pemerintah Arab Saudi kini tengah berjuang keras keluar dari ketergantungan minyak, keputusan memfokuskan diri kepada sektor pariwisata menjadi pilihan Arab Saudi lantaran cadangan minyak di negaranya dikabarkan semakin menipis.

Dilansir dari Huffington Post dan dilansir The Guardian cadangan minyak mentah di Arab Saudi hanya akan berlangsung selama 15 tahun. Artinya, setelah 2020, induk perusahaan pengelola minyak terbesar di dunia, Aramco, akan mengalami penurunan produksi yang berkelanjutan. Penurunan itu pun tak bisa dicegah.

Demi mencegah kebangkrutan, Arab Saudi, pada Jumat (27/9/2019), resmi membuka diri, mereka mulai membuka sektor pariwisata dengan menawarkan visa turis untuk pertama kalinya.

Langkah kontroversial tentu membuat terperangah semua pihak, pasalnya untuk pertama kalinya kerajaan Islam ultra-konservatif itu mulai memilih sektor pariwisata sebagai bagian dari perekonomian negara. Gilanya lagi, sebagai bentuk konsekuensi dari keterbukaan ini, pihak kerajaan melonggarkan aturan terkait berpakaian bagi turis wanita, yakni mereka tidak diharuskan memakai abaya di tempat umum.

Ditambah lagi Arab Saudi kini tengah mengembangkan proyek pantai Laut Merah yang nantinya akan disulap menjadi kawasan resort mewah. Disana nanti akan ada pantai yang memakai peraturan khusus yang disesuaikan dengan standar internasional, yakni para turis perempuan boleh berbikini. Hal ini tentu bertujuan untuk menggaet wisatawan mancanegara lebih banyak.

Kita membuat sejarah pada hari ini, ujar Kepala Pariwisata Arab Saudi Ahmed al-Khateeb dalam sebuah pernyataan.

Untuk pertama kalinya, kami akan membuka negara kami untuk wisatawan dari seluruh dunia, tambahnya, dikutip AFP.

Total, sebanyak 49 negara nanti akan diperbolehkan mendapatkan visa online maupun visa on arrival, termasuk warga Amerika Serikat, Australia, dan sejumlah negara Eropa.

Baca juga : Nicky Minaj Bakal Gelar Konser Penuh Goyangan di Arab Saudi, Kaum Konservatif Meradang!

ilustrasi | www.dw.com

Program reformasi Visi 2030

Gencarnya program pariwisata Arab Saudi ini tentu menjadi pondasi awal reformasi Visi 2030 dari sang Putra Mahkota Arab, Saudi Mohammed bin Salman. Meskipun telah membuka diri, namun otoritas pariwisata Arab Saudi tetap melarang alkohol.

Jika melihat kebelakang, visa bagi warga asing yang ingin mengunjungi Arab Saudi hanya sebatas untuk pekerja asing dan keluarganya, serta para para peziarah Muslim yang hendak melakukan ziarah ke situs suci di Mekkah dan Madinah, atau untuk ibadah umroh dan haji.

ilustrasi
ilustrasi | www.dw.com

Tapi sejak setahun lalu (2018), otoritas Riyadh telah mengeluarkan visa sementara untuk para turis yang hendak menghadiri acara olahraga dan kebudayaan, menghapuskan sejumlah larangan, seperti bioskop, acara konser.

Hal ini tentu sejalan dengan tujuan sang Pangeran Mohammed, yang berusaha keras mengubah persepsi terhadap negaranya yang dikenal ultra konservatif.

Arab Saudi semakin terbuka. Kami membuka perekonomian kami. Kami membuka masyarakat kami, ujar Khateeb.

Baca juga : Bukti Semakin Kuat, Pangeran Kerajaan Arab Saudi Seorang Gamer?

Artikel Lainnya

Dari keterbukaan ini, pemerintah Arab Saudi berharap sektor pariwisata pada tahun 2030 akan berkontribusi sebesar 10% dari GDP, dan diharapkan dapat mendongkrak satu juta pekerjaan pariwisata bagi warga negaranya, terutama kaum muda yang angka penganggurannya sangat tinggi.

Tags :