Joshua Beckford, Bocah Autis yang Jadi Mahasiswa Oxford Saat Berusia 6 Tahun!
03 Maret 2019 by Talitha FredlinaKekurangannya nggak jadi hambatan!
Sejak Jumat (1/3) kemarin pendaftaran UTBK SBMPTN tahun 2019 telah dibuka. UTBK ini menjadi mekanisme baru bagi para calon mahasiswa untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) idamannya. Mekanisme ini baru diadakan di tahun 2019 dan menjadi satu-satunya jalur masuk bagi calon mahasiswa.
Di sini, calon mahasiswa Indonesia berebut tempat dan mengadu harapnya untuk dapat menuntut ilmu di tempat yang mereka dambakan.
Tentu saja dalam kompetisi seperti ini pasti tidak semuanya akan sukses. Beberapa harus menerima pahitnya kegagalan. Nggak tanggung-tanggung, bahkan ada yang terus menjumpai kegagalan dalam beberapa kesempatan dan terpaksa harus mengadu nasib lewat mekanisme penerimaan mahasiswa di tahun berikutnya.
Berbeda halnya dengan Joshua Beckford, mahasiswa termuda di Oxford University, Inggris. Sejak kecil, Joshua yang mengidap autis ini sudah menunjukkan tanda-tanda kejeniusannya.
Menurut penuturan Ayahnya, Knox Daniel, Joshua sudah mahir membaca di umur 3 tahun dan pada usia 4 tahun ia sudah gemar bermain laptop ayahnya yang didalamnya ada aplikasi simulator tubuh.
Karena itulah ayah Joshua memutuskan untuk mendaftarkannya di Oxford saat Joshua masih berumur 6 tahun. Memang salah satu kampus terbaik di dunia itu memiliki program untuk anak yang masih berusia delapan sampai tiga belas tahun.
Dilansir dari Kumparan, Joshua mendapat kesempatan menjadi mahasiswa termuda Oxford dan mempelajari sejarah serta filsafat. Ia pun lulus dengan sangat baik dan menguasai berbagai bidang lain seperti matematika, sains dan beberapa Bahasa asing.
Hebatnya lagi, Joshua tidak berhenti di situ. Ia kini memperjuangkan beberapa hal lain seperti impiannya untuk menjadi astronot suatu hari nanti, jalannya untuk menjadi ahli bedah saraf dalam beberapa tahun ke depan.
Joshua juga turut serta terlibat dalam gerakan Black and Minority yang menyoroti hambatan orang-orang kulit hitam yang juga menyandang autisme seperti dirinya. Joshua juga giat menggalang dana untuk tiga badan amal terkait autisme di Afrika dan Inggris.
Autisme yang diderita oleh Joshua ternyata tidak menghalangi dirinya untuk menjadi sosok yang mengagumkan.
Karena itu, kita pun ada baiknya jangan menyerah pada hambatan berupa kegagalan. Berjuanglah sebaik mungkin apa yang bisa kita lakukan. Jika akhirnya kita menjumpai kegagalan, ingatlah bahwa itu hanya hambatan yang perlu kita lewati untuk mencapai tujuan yang lebih besar.