Kiprah Emirsyah Satar Menyelamatkan Garuda Indonesia dari Bangkrut
11 September 2019 by Talitha FredlinaEmirsyah Satar disebut sebagai sosok yang berhasil menyelamatkan Garuda Indonesia
Siapa yang tidak tahu maskapai flag carrier Indonesia, sih? Maskapai itu adalah Garuda Indonesia. Berdiri pada tahun 1949, maskapai ini mengalami kejayaan pada era Wiweko Soepono dalam kurun waktu 1970-1980an.
Hal ini membuat Garuda begitu disegani di kancah dunia. Bahkan, Garuda pernah menjadi maskapai terbesar kedua di Asia Pasifik setelah Japan Airlines dari segi ukuran armada.
Setelah Wiweko pensiun, Garuda tidak sehebat dulu. Perlahan, maskapai ini susut dan merana pada saat Krisis Moneter 1998. Utang menumpuk, armada menua, dan sederet masalah lainnya. Kini, Garuda merupakan salah satu World Most Improved Airlines oleh Skytrax pada tahun 2010.
1. Awal Karir
Siapa yang berada di balik kisah sukses Garuda? Siapa yang berhasil menyelesaikan masalah utang Garuda yang konon mencapai triliunan Rupiah? Adalah Emirsyah Satar, seorang ekonom berdarah Minangkabau kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959 yang berhasil melakukannya.
Ia dibesarkan dalam keluarga diplomat, sehingga keluarganya harus sering pindah negara mengikuti pekerjaan ayahnya. Lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1985, ia memulai karir sebagai Auditor di PricewaterhouseCoopers, Jakarta 1983.
Dua tahun kemudian, bergabung dengan Citibank Jakarta sebagai Asisten Vice President of Corporate Banking Group. Kemudian, dari 1990-1994 menjabat General Manager Corporate Finance Division Jan Darmadi Group di Jakarta.
2. Hengkang dan Kembali
Saat Krisis Moneter 1998, Emirsyah Satar yang bekerja di Hongkong sebagai CEO Niaga Finance Co. Ltd. dipanggil pemerintah untuk kembali ke tanah air untuk menjadi direktur keuangan Garuda Indonesia pada tahun 1998-2003.
Beliau berperan secara instrumental dalam perbaikan keuangan Garuda pada tahun 2001 sehingga berhasil menyelamatkan Garuda dari kebangkrutan karena utang yang menggunung, 1,8 Miliar Dolar AS bersama Abdulgani, CEO Garuda tahun 1998-2002. Atas jasanya tersebut, Emirsyah Satar mendapat penghargaan Financial Restructuring of The Year pada tahun 2001 oleh majalah Travel Finance.
Ia pun hengkang dari Garuda dan hijrah ke Danamon dan menjabat sebagai Deputy CEO Bank Danamon dari tahun 2003-2005.
Tapi, Emir tak lupa akan maskapai yang pernah ia terlibat membenahinya. Pemerintah pun memanggilnya kembali untuk menjadi Direktur Utama Garuda Indonesia pada Maret 2005 karena karir gemilangnya di bidang keuangan yang dapat menolong Garuda yang saat itu hampir dihadapkan pada kebangkrutan.
Babak baru Garuda pun dimulai. Saat pertama Emirsyah Satar menjabat sebagai CEO GA, yang ada hanyalah kerugian Rp618 Miliar pada tahun 2004. Konon, kerugian per harinya bisa mencapai Rp61 Miliar pada tahun 2005. Beban ini ditambah akibat kebijakan open sky policy sehingga Garuda sulit mencari pendanaan.
Terlebih, kenaikan harga bahan bakar yang mencapai 30% turut membuat manajemen keleyengan. Bayangkan,85% dari rute penerbangan yang dilayani Garuda merugi. Rute Jakarta-Darwin telah beroperasi 15 tahun dengan hasil merugi. Oleh pemerintah, Garuda disebut-sebut sebagai BUMN yang gemar ‘bakar uang’ karena tetap membuka rute penerbangan yang tidak menguntungkan.
3. Restrukturisasi
Emirsyah Satar pun mencanangkan perbaikan di 3 bidang. Pertama adalah organisasi dan manajemen. Aset yang banyak tak pelak membebani perusahaan. Kedua adalah masalah keuangan. Dengan latar belakang bankir, Emir melakukan negosiasi untuk pembayaran utang dan berhasil meyakinkan kreditur akan melunasi seluruh utangnya.
Terakhir adalah operasional. Garuda meninjau ulang rute-rute yang diterbanginya saat itu. Perbaikan yang tidak membutuhkan dana semakin digalakkan Emir, seperti meningkatkan keramahan petugas dan menghapus kebiasaan menunggu penumpang terlambat. Hal ini dilakukan karena Garuda memang tidak punya banyak uang. Alhasil, tahun 2006, Garuda berada dalam masa survive.
4. Kebangkitan
Pada tahun 2007, keuangan Garuda mulai positif dengan keuntungan Rp221,2 Miliar, tahun 2008 dengan keuntungan Rp1,187 Triliun, dan pada tahun 2009 menjadi Rp1,2 Triliun. Laporan keuangan 2012 menyatakan Garuda Indonesia memperoleh keuntungan Rp1,411 triliun dan mengangkut 20,4 juta penumpang.
Mulai tahun 2009, Garuda mulai mengganti armada usangnya, seperti B737-300/400/500 dengan B737-800NG. Urusan pesawat berbadan lebar, Garuda tidak main-main. Garuda mendatangkan A330-200 untuk mendampingi 6 unit A330-300 yang telah beroperasi sejak 1996.
Manajemen Garuda juga berencana mengganti ketiga B747-400nya yang telah berdinas sejak 1994-1995 dengan B777-300ER. Garuda juga mulai berkiprah di bidang penerbangan <100 penumpang dengan mendatangkan pesawat CRJ-1000NexGen buatan Bombardier, pabrikan asal Kanada.
Baca Juga: Ustaz Abdul Somad Viral Lagi, Kali ini Sebut Orang yang Nonton Drama Korea Bagian Dari Kafir
5. Quantum Leap
Di tahun 2009 pulalah Garuda berhasil meluncurkan program Quantum Leap 2009-2014. Program ini berisi peningkatan jumlah armada dari 62 unit menjadi 116 unit, menaikkan jumlah penumpang menjadi 27,6 juta, dan penambahan rute dari 41 menjadi 62.
Garuda meluncurkan program Garuda Indonesia Experience yang menggabungkan Indonesia Hospitality dalam pelayanan. Hal ini mencakup peluncuran seragam baru pramugara/i dan mengganti logo perusahaan.
Logo perusahaan yang dirancang Landor Associates sejak 1986 diganti dengan mempertahankan logo Garuda dan tulisan ‘Garuda Indonesia’ dengan bentuk penulisan lebih elegan serta menambahkan corak di ekor pesawat.
Sebelumnya, pada tahun 2008, Garuda menandatangani pembelian 10 unit pesawat B777-300ER dari The Boeing Company sebagai pengalihan dari jenis B787-8 Dreamliner yang beberapa kali mengalami keterlambatan produksi. Penandatanganan pembelian B773ER ini dilakukan pada saat Singapore Airshow 2008. Rencananya, pesawat akan dikirim pada tahun 2011. Namun, pengiriman tertunda sehingga B773ER baru akan tiba pada tahun 2013.
6. Awal Terbaharukan
2010 adalah tahun pembaharuan Garuda Indonesia. Pada 1 Juni 2010, Garuda kembali membuka rute Jakarta-Amsterdam via Dubai menggunakan A330-200 dengan frekuensi 7x sepekan setelah ditutup pada bulan Oktober 2004 karena kekurangan penumpang.
Namun, tahun 2011, Garuda harus mengurangi frekuensi Jakarta-Amsterdam menjadi 4x sepekan karena penurunan jumlah penumpang diakibatkan krisis Eropa. Di tahun 2010 juga Garuda membuka direct flight Jakarta-Tokyo dengan frekuensi 3x sepekan untuk mengangkut pebisnis antarnegara tersebut.
Karena permintaan yang tinggi, Garuda turut menambah frekuensi menjadi 7x sepekan CGK-NRT ( Tokyo Narita ) Pada saat RUPS tahun 2011, disepakatilah strategi Quantum Leap yang jauh lebih besar. Garuda akan memiliki 144 armada pada 2015+50 armada untuk Citilink, anak usaha Garuda Indonesia.
Strategi baru GA 2015 ini akan menerapkan kebijakan lebih besar dalam bidang operasional, manajemen, finansial, layanan, pengembangan dan pembaharuan armada, pengembangan jaringan penerbangan, dan human capital. Frekuensi penerbangan akan meningkat 300% menjadi sekitar 1.100 penerbangan/hari. Penumpang yang diangkut juga ditargetkan menyentuh angka 45,4 juta penumpang.
Tahun 2012, maskapai ini membuka kembali penerbangan Jakarta-Taipei yang sempat ditutup. Penerbangan menggunakan B737-800NG sebanyak 1x sehari. Garuda juga merayakan 50 tahun penerbangan perdana Jakarta-Tokyo pada April 2012.
Akhir 2012, Garuda menandatangani perjanjian codeshare dengan Etihad Airways. Garuda juga memindahkan tempat transit menjadi di Abu Dhabi seiring perjanjian ini. Perjanjian codeshare dengan Etihad memungkinkan penumpang GA terbang dari Jakarta menggunakan Etihad/GA menuju Abu Dhabi dan melanjutkan penerbangan dengan destinasi London, Manchester, Moskow, Muscat, Athena, dan Paris.
Kini, Garuda sedang menunggu datangnya B777-300ER pertama dari 10 pesanannya pada bulan Juli 2013. Rencananya, pesawat ini akan berkapasitas 8 First Class, 38 kursi Business Class, dan 268 kursi Economy Class.
Rute pertama yang dilayani menggunakan pesawat ini adalah Jakarta-Jeddah. Ke depannya, pesawat jenis serupa milik GA juga akan menerbangi rute Jakarta-Denpasar, Sydney-Jakarta-London, Denpasar-Tokyo Haneda, dan Denpasar-Tokyo Narita. Armada ini akan menggantikan B747-400 GA yang telah menua. Kelak, B773ER akan menjadi tulang punggung perusahaan.
Baca Juga: Ingin Menarik Perhatian Publik, Demonstran Hong Kong Lakukan Aksi di Bandara Internasional
7. Rencana Selanjutnya
Emirsyah Satar juga menargetkan pada tahun 2014-2015 Garuda sudah dapat memperoleh predikat World 5 Star Airline dari Skytrax karena ketersediaan kabin First Class dalam B777-300ER milik GA. Hal ini juga berusaha diwujudkan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan dengan memegang prinsip “Garuda Indonesia Experience”. Tahun 2014, Garuda ditargetkan sudah dapat bergabung dengan salah satu aliansi penerbangan terbesar dunia, SkyTeam. Semoga maskapai kebanggaan Indonesia ini dapat berkiprah lebih baik di kancah dunia.
8. Fakta Emirsyah Satar
Emirsyah Satar dipilih menjadi CEO Garuda Indonesia selama 2 periode, yaitu 2005-2010 dan 2010-2015. Hal ini sesuai dengan aturan pemerintah bahwa tiap pemimpin BUMN dapat dipilih selama 2 periode.
Kiprahnya yang gemilang dalam menangani maskapai kebanggaan Tanah Air menyebabkan pemerintah berencana untuk menugaskan Emir memimpin BUMN lainnya, yaitu Pertamina.
Ia mendapatkan gelar Diploma ketika mengenyam pendidikan program khusus di Universitas Sorbonne, Prancis tahun 1978. Saat ia memimpin Garuda, ia menetapkan rencana strategis berupa transformasi tahap pertama pada tahun 2006-2010.
Tahapan pertama adalah ‘Survival’ dalam kurun waktu 2006-2007, berikutnya adalah ‘Turn Around’ pada tahun 2008-2009, dan terakhir ‘Growth’, dimulai dari tahun 2010. Hasilnya adalah laba bersih, pelayanan, dan kualitas maskapai GA meningkat pesat.
9. Penghargaan
- Financial Restructuring of The Year tahun 2001 oleh majalah Travel Finance.
- Best of The Best CEO tahun 2009 yang diselenggarakan oleh majalah WartaEkonomi tahun 2009.
- CEO inovatif untuk Negeri oleh GATRA.
- Indonesia Most Admired CEO 2013 oleh Warta Ekonomi.
- Orient Aviation Person of the Year 2010 dari Association of Asia Pacific Airlines tahun 2011.
- Best of The Best CEO 2013 oleh majalah SWA.
- CEO BUMN Inovatif Terbaik 2012 dalam acara Anugerah BUMN 2012.
- Corporate Cracker dari Fakultas Ekonomi UI tahun 2010.
- People of The Year 2010.
Sosok Emirsyah Satar dan kiprahnya yang gemilang ini sayangnya harus tercoret. Pada tahun 2017, ia ditetapkan sebagai tersangka kasus suap pengadaan pesawat oleh KPK. Ia dicurigai menerima suap hingga jutaan dollar dari perusahaan asing Rolls Royce. Kasus ini masih terus bergulir hingga tahun 2019 Emirsyah ditahan di Rutan C1 KPK.
Tak berhenti di situ, Emirsyah pun ditetapkan sebagai tersangka pada kasus pencucian uang. Kedua kasus yang menimpanya ini diduga terjadi selama masa jabatan Emirsyah yakni dari tahun 2004-2015.