Dukung Pengusutan Perang Narkoba di Filipina, Duterte Sebut Islandia Idiot

Rodrigo Duterte
Rodrigo Duterte | www.scmp.com

Hubungan Filipina dan Islandia tengah memanas

Hubungan diplomatik antara Filipina dengan Islandia tengah memburuk. Penyebab dari konflik kedua negara ini adalah Presiden Rodrigo Duterte geram karena Islandia mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengusut kasus dugaan pembunuhan tanpa proses hukum dalam perang memberantas narkoba di Filipina.

1.

Rencana putus hubungan dengan Islandia

Rodrigo Duterte
Salvador Panelo | news.abs-cbn.com

Kekesalan Duterte kepada Islandia rupanya telah memuncak. Duterte pun berencana akan memutus hubungan Filipina dengan Islandia.

“(Duterte) tengah mempertimbangkan dengan serius untuk memutus hubungan diplomatik dengan Islandia,” ujar Salvador Panelo, Juru Bicara Kepresidenan Filipina.

Duterte pun hingga saat ini selalu menampik adanya pelanggaran hak asasi manusia dalam upaya perang melawan narkoba yang ia lakukan sejak menjabat sebagai Presiden Filipina di tahun 2016.

Pemerintah Filipina mencatat sekitar 6.600 orang sudah terbunuh oleh polisi karena perang melawan narkoba. Catatan tersebut berbeda dengan catatan milik kalangan aktivis, mereka mengatakan korban tewas sudah mencapai 27 ribu orang.

Baca Juga: Fakta Polisi Tembak Polisi, Pelaku Tak Terima Keponakan Ditangkap Bripka Rahmat

Artikel Lainnya
2.

Resolusi PBB dinilai berat sebelah

Rodrigo Duterte
Rodrigo Duterte | www.philstar.com

Jatuhnya banyak korban dalam perang melawan narkoba yang dilakukan Filipina akhirnya mengundang resolusi PBB untuk menyelidiki adanya dugaan pelanggaran HAM di dalamnya. Penyelidikan tersebut dipimpin oleh Islandia dan 18 negara lainnya.

Sementara itu, ada pula negara-negara yang menentang resolusi PBB ini. Salah satu dari 18 negara yang menentang adalah China. Sebanyak 15 negara anggota PBB memilih abstain. Salah satu di antaranya adalah Jepang.

“Resolusi yang diadopsi oleh Islandia berat sebelah. Sangat picik dan partisan,” tutur Panelo.

Meski demikian, jaksa penuntut di Mahkamah International (ICC), Fatou Bensouda, juga menyarankan agar diadakan penyelidikan pelanggaran HAM dalam perang melawan narkoba di Filipina. Oleh sebab itu, Filipina pun keluar dari ICC sejak 17 Maret 2019.

Baca Juga: Kasus Novel Akhirnya Dibacakan di Kongres AS, Pakar Hukum: Biar AS Beri Sanksi Ke Indonesia

3.

Duterte menyebut Islandia idiot

Rodrigo Duterte
Rodrigo Duterte | www.scmp.com

Alasan melindungi negara adalah tameng Duterte saat melakukan perang melawan narkoba yang memakan ribuan korban. Meski mendapatkan banyak kritik, Duterte mengatakan ia tidak peduli karena selama ini negara lain pun tidak mempedulikan Filipina. Bahkan, Duterte pun mencibir sikap Islandia atas resolusi PBB.

“Apa sih masalah Islandia? Hanya es. Itu masalah mereka. Mereka kebanyakan es. Mereka idiot. Mereka enggak paham masalah sosial, ekonomi, dan politik Filipina,” ujar Duterte.

Baik Filipina maupun Islandia tidak memiliki kedutaan besar di masing-masing negara. Hubungan keduanya hanya sebatas hubungan ekonomi.

Islandia memberikan modal untuk proyek eksplorasi energi panas bumi (geotermal) di Filipina. Kemudian Filipiina pun mengirimkan beberapa warganya untuk bekerja sebagai buruh pabrik, perawat di rumah sakit, dan pegawai.

Sementara itu, Ellecer Carlos dari kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Manila mengatakan bahwa perang melawan narkoba yang dilakukan Duterte adalah palsu. Carlos menyebut bahwa puluhan ribu orang tewas saat polisi meneror masyarakat miskin. Myca Ulpina, anak berusia 3 tahun, terbunuh pada 29 Juni dan menjadi korban termuda.

Tags :