Bikin Terharu, Geng Motor Selandia Baru Akan Menjaga Masjid dan Umat Muslim Saat Ibadah Jumat
21 Maret 2019 by Talitha FredlinaIslamophobia itu nyata adanya
Hampir seminggu pasca tragedi berdarah Selandia Baru, kini datang Jumat pertama di mana umat muslim akan kembali bertandang ke Masjid guna menunaikan ibadah salat Jumat.
Menghadapi kejadian traumatis pekan lalu, rasa takut pun hadir di kalangan umat Muslim Selandia Baru untuk melaksanakan ibadah di Masjid.
Namun umat muslim Selandia Baru tidak sendiri. Masyarakat Selandia Baru telah menunjukkan dukungannya sepanjang minggu muram ini untuk melindungi umat muslim dan masjid mereka. Tak terkecuali beberapa geng motor Selandia Baru.
Dilansir dari Stuff.co.nz, Sonny Fatu, pemimpin dari geng motor Waikato Mongrel Mob telah berjanji akan melindungi masjid Jamia di Hamilton, Selandia Baru bagian utara.
“Kami akan membantu dan menemani saudara-saudari muslim kami, sampai berapa lama pun mereka membutuhkan kita,” Tutur Fatu seperti dikutip dari Stuff.co.nz
Pihak kepolisian Selandia Baru pun juga telah menawarkan penjagaan mereka di Masjid agar umat muslim Selandia Baru dapat beribadah dengan aman dan lancar. Penjagaan polisi ini juga merupakan bagian dari perintah PM Selandia Baru Jacinda Ardern.
Meski begitu ketua asosiasi muslim Waikato, Dr Asad Mohsin, justru menyatakan bahwa umat muslim tidak akan tunduk pada terorisme dan mereka tidak takut. Sehingga alih-alih berjaga di luar masjid, Dr Mohsin justru meminta mereka untuk masuk ke dalam masjid dan ikut duduk di belakang jamaah.
“Tidak ada rasa ketakutan, kami tidak takut. Mereka tidak perlu berdiri di luar masjid, mereka dapat masuk ke dalam, tepat di belakang jamaah yang mendengarkan ceramah,” Ucap Dr Asad Mohsin, dilansir dari Dailymail.
Dukungan dari masyarakat Selandia Baru dan Australia mengalir deras bagi para muslim di kedua negara tersebut. Bukan hanya dari pemerintah dan rakyat biasa, berbagai geng motor yang dikenal dekat dengan kekerasan pun memberikan dukungan dan penjagaan bagi umat muslim.
Penyerangan di Christchurch menjadi momentum bagi kita untuk memahami betapa islamophobia telah banyak berkembang di negara dengan muslim sebagai minoritas. Jika di Indonesia umat muslim bisa beribadah dengan mudah, mereka membutuhkan aparat keamanan untuk menjaga masjid mereka.
Hubungan represif dan penuh kebencian antara mayoritas dan minoritas ini harus dihentikan. Bersama, kita harus memerangi radikalisme dan menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Semua umat agama berhak untuk melaksanakan ibadahnya dengan tenang tanpa rasa takut.