Rahasia dan Kunci Sukses dari Howard Schultz, Pendiri Starbucks Coffee
02 November 2019 by FR LalunaMenginisiasi coffee shop terlaris di dunia
Secangkir kopi harganya $1,5? Gila, siapa yang mau? Orang Amerika tidak akan pernah mengeluarkan uang segitu untuk kopi.
Beberapa kalimat di atas adalah sebagian kecil dari sindiran dan penolakan yang diterima Howard Schultz. Sebelum mengeksekusi konsep penjualan Starbucks, ia sempat dianggap gila oleh 217 orang.
Apa saja rahasia sukses dari pebisnis asal Amerika Serikat ini hingga kedai kopinya memiliki franchise di seluruh dunia? Untuk tahu itu, kamu juga harus paham sekelumit proses jatuh bangunnya untuk mempertahankan bisnis perkopian ini.
Masa sulit seorang Howard Schultz
Lahir pada 1953, Howard besar di Perumahan Bay View yang terkenal keras di New York. Ibunya bekerja sebagai resepsionis dan ayahnya adalah pekerja serabutan.
Saat berusia 7 tahun, ayahnya kehilangan pekerjaan sebagai sopir pengantar popok setelah pergelangan kakinya patah. Parahnya lagi, ayah Howard tidak mempunyai uang atau asuransi untuk berobat.
Howard muda bermimpi menjadi orang besar. Ia berjuang keras untuk menjadi atlet saat duduk di bangku SMA. Ia pun mendapat beasiswa atletik di Universitas Northern Michigan.
Setelah lulus sarjana bisnis pada 1975, Howard segera bekerja di divisi penjualan dan marketing Xerox Corp. Karyawan Xerox dikenal jago menjual dan punya sistem penjualan yang bagus. Di usia 26, Howard memutuskan untuk resign dari Xerox.
Setelah itu, ia bekerja di perusahaan perabotan rumah Perstorp AB asal Swedia. Melejit, dia dipercaya menduduko posisi wakil presiden dan manajer di cabang Hammerplast, Amerika Serikat.
Dipercaya sebagai kepala marketing kedai kopi kecil
Selama di Hammerplast, Howard mendapati ada perusahaan kecil di Seattle bernama Starbucks. Starbucks berdiri pada 1971 dan hanya punya satu gerai di dekat Pike Street Market yang terkenal di Seattle. Starbucks menjual biji kopi panggang segar, teh, bumbu, dan aksesoris pembuat kopi yang beragam.
Pemilik Starbucks saat itu Gerald Baldwin dan Gordon Bowker, mengajak Howard bergabung di kedai kopinya. Howard memiliki bagian kepemilikan saham, menjadi kepala marketing dan operasi ritel pada 1982.
Baca juga: Film Tentang Bisnis Terbaik
Eksekusi ide awal
Setahun kemudian, Howard liburan ke Italia. Banyaknya espresso bar yang begitu banyak di Milan menjadi inspirasi baginya untuk membuka bisnis yang serupa di Seattle.
Kembali ke Seattle, Howard bercerita kapada bosnya tentang bar kopi di Italia. Namun kedua bosnya tidak tertarik. Howard meninggalkan Starbucks pada 1986 untuk membuka bar espresso sendiri yang diberi nama II Giornale.
Tak punya cukup uang untuk mengembangkan kedai kopi miliknya, ia mengumpulkan investor di Seattle. Saat itu, Starbucks juga mengalami kesulitan keuangan. Dengan modal dari investor, Howard membeli Starbucks dan menggabungkan dengan kedai kopi miliknya.
Manajemen yang baik
Howard selalu ingat tentang teringat keras orangtuanya. Ia yakin bahwa pelayanan yang friendly dan efisien dapat meningkatkan penjualan. Ia mengadakan training dan menstimulus para karyawan dengan memberi jaminan kesehatan. Baik bagi yang full time dan part time.
Dari sini, Starbucks mengalami pertumbuhan yang belum sangat pesat. Di 1990-an, coffee shop ini berkembang menjadi 425 gerai. Pada 1998, bertambah jadi 2.200 gerai. Perusahaan tersebut memenuhi penjualan mencapai $2 miliar pada 2000.
Baca juga: Punya Sederet Bisnis, Raffi Ahmad Nggak Takut Rugi
Perkembangan bisnis Starbucks
Pada 1992, Starbucks mampu menjual 2,1 juta saham seharga $17 per lembarnya. Menginjak 2002, jumlah gerainya mencapai 5.700 dan tersebar di 28 negara. Kedai kopi ini mempekerjakan 60 ribu pegawai dan tumbuh 20% per tahunnya.
Menurut Howard, tidak ada rahasia terselubung di balik Starbucks. Produknya pun tidak dipatenkan. Lalu ia pun memutuskan untuk pensiun pada 2002. Di Indonesia sendiri, Starbucks sudah banyak bersebaran. Namun untuk bisa menggandeng Starbucks ke Indonesia, perlukan waktu tahunan untuk melobinya.
Tips bisnis sukses ala Howard Schultz
1. Asuransi karyawan
Lahir dari keluarga miskin, membuat Howard lebih melek tentang pentingnya asuransi. Menurutnya, memberikan jaminan kesehatan bagi karyawan jauh lebih murah dibandingkan biaya training karyawan baru. Strategi ini juga bisa membuat pegawainya lebih loyalitas kepada perusahaan.
2. Kualitas terbaik
Di setiap franchise-nya, kualitas dan rasa kopi yang disuguhkan akan sama. Rasa yang ada di Indonesia, New York, bahkan Tokyo dijaga kualitasnya.
3. Lokasi premium
Starbucks tidak segan membuka gerai baru yang dilalui oleh banyak pejalan kaki. Ia menambah gerai yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari lokasi sebelumnya. Ini yang disebut dengan strategi selimut.
4. Promosi dari mulut ke mulut
Starbucks menginvestasikan kurang dari 1% pendapatannya untuk iklan. Sangat jarang promosi kedai kopi ini muncul televisi, koran, dan radio. Starbucks memiliki prinsip iklan efektif dari mulut ke mulut pelanggannya.
5. Menu yang tak sekadar kopi
Starbucks telah menemukan bahwa konsumennya juga menyukai sesuatu yang manis. Tidak hanya menawarkan kopi hitam, Starbucks menawarkan beragam minuman manis. Di antaranya ada Java Chip Frappuccino, Toffee Nut Latte atau mungkin Carmel Macchiato.
Minuman dan makanan yang disediakan membuat banyak betah menghabiskan waktu di kedainya. Kualitasnya juga sudah melewati proses quality control.
Dengan bergabungnya Howard Schultz, ada banyak kemajuan yang telah dilewati oleh Starbucks. Pelayanan dan treatment karyawan yang baik, bisnis bakal berjalan dengan baik dan long lasting. Tertarik dengan strategi marketing ini untuk bisnismu?