Deretan Film Adaptasi Game yang Dicap Jelek dan Mengecewakan
25 April 2021 by Galih DeaFilm Adaptasi Game yang Gagal
Film merupakan salah satu media hiburan yang mengusung beragam cerita unik pada setiap judulnya. Di satu waktu, sinema juga dapat mengadaptasi berbagai jenis karya ke dalam layar lebar. Salah satu di antaranya adalah video game. Oleh karena itu, hadirlah berbagai film adaptasi dari game yang membawa cerita seperti pada sumber aslinya atau tampil dalam semesta yang sama.
Akan tetapi, tidak selamanya mengadaptasi video game ke dalam film juga menjamin kesuksesan saat dirilisan. Berikut ini adalah deretan film game yang dianggap dan mengecewakan bagi para penontonnya. Dijamin bikin fans bisa kesal.
Mortal Kombat: Annihilation (1997)
Film game yang kerap dicap gagal sebagai pembuka dalam daftar ini adalah Mortal Kombat: Annihilation. Sinema yang tayang pada 1997 silam ini datang dari seri permainan Mortal Kombat dengan kesadisan dan komedi kelam sebagai aspek uniknya.
Layar lebar ini merupakan sekuel dari Mortal Kombat yang sudah dirilis pada 1995 lalu dengan torehan respon yang bercampur. Akan tetapi, film adaptasi dari game ini justru lebih banyak meraih impresi negatif bagi para penikmatnya. Hal ini dikarenakan adanya penurunan kualitas dari prekuelnya.
Hal pertama yang terlihat adalah pada pengembangan plot-nya yang dianggap buruk dan terkesan tidak memperbaiki apa yang ditampilkan di sinema sebelumnya. Ditambah dengan karakter nan dangkal, beragam special effect yang tampak murahan, hingga adegan laga nan minim keseruan. Hal tersebut menjadi alasan mengapa film adaptasi game tidak mendapat respon baik.
Baca juga: Film Adaptasi Anime Terbaik
Resident Evil (2002)
Resident Evil sendiri merupakan salah satu waralaba permainan konsol yang terkenal dengan elemen horor mencekam yang dibarengi dengan puzzle sulit. Karena kesuksesan dari seri yang digawangi oleh Shinji Mikami ini, muncul film adaptasi game berjudul sama yang pada 2002 yang mengusung Paul W.S Anderson sebagai sutradara dan penulis.
Tidak seperti seri gim di konsolnya yang banyak menuai pujian, Resident Evil yang rilis 2002 silam ini justru lebih banyak meraih respon negatif dan tidak disukai. Dikarenakan film game satu ini lebih banyak memunculkan hal buruk dari sumber aslinya.
Hal pertama muncul dari deretan karakternya yang semuanya original dan tidak membawa satu karakter pun dari semesta gim Resident Evil. Keputusan ini bukanlah suatu hal yang buruk. Namun eksekusi aspek tersebut dalam film tentang game horor ini membuatnya cukup dibenci.
Belum lagi dengan kehadiran plot yang terkesan tidak spesial dan dialog yang kelewat cheesy. Walaupun begitu, film ini tetap meraup keuntungan dan berlanjut menjadi semesta sinema Resident Evil yang sedikit memperbaiki keburukan pembukanya dan berakhir pada 2016 lalu.
Baca juga: Film Adaptasi Novel Ini Berhasil Mendulang Sukses
Tekken (2009)
Jika termasuk penyuka gim pertarungan, rasanya tidak mungkin bila tidak tahu Tekken. Seri permainan konsol garapan Bandai Namco ini menjadi salah satu judul yang dianggap mengubah ekosistem fighting game. Terutama karena mekanisme pertarungan ala dunia nyata dan komunitasnya yang bergengsi. Tak heran jika film tentang game ini kemudian dirilis pada 2009 lalu.
Namun, pohon yang bagus tak selalu menghasilkan buah yang baik. Film laga tersebut justru menjadi kekecewaan terbesar bagi para penikmat film dan gim di seluruh dunia, terutama bagi penggemar setianya.
Banyak kekurangan yang muncul dalam sinema bertema laga ini. Ceritanya yang original dengan minim elemen dari sumber asli terkesan dieksekusi dengan malas-malasan. Karakternya yang dibawa dari gim Tekken juga tidak tampil dengan baik bak tubuh kosong tanpa jiwa di dalamnya.
Fakta mengejutkan mengenai Tekken ini tidak berhenti sampai situ. Sang kreator gimnya Katsuhiro Harada bahkan membencinya. Makin jelas alasan kenapa film adaptasi game ini dicap memalukan.
The King of Fighters (2010)
Sebelum hadir seri gim Tekken, ada The King of Fighters yang lebih dulu digandrungi karena pertarungannya. Walaupun mengusung konsep 2D, permainan ini mampu membuat para gamers ketagihan dengan sekelumit mekanisme menariknya. Ini jadi alasan utama untuk kehadiran film game berjudul sama yang tayang pada 2010 lalu.
Film yang satu ini dibintangi oleh ragam aktor dan aktris papan atas. Di antaranya adalah Sean Faris, Maggie Q, dan Will Yun Lee. Respon yang didapat dari The King of Fighters ini juga terbilang buruk.
Kisah yang ditampilkan oleh sinema satu ini sedikit mengambil dari sumber aslinya yang mengajak penonton untuk melihat aksi dari trio karakter utama dalam melawan musuh. Sayangnya, ini bukan pengalaman yang menyenangkan.
Penceritaan yang diusung dalam film The King of Fighters bertele-tele dan seakan memaksa penontonnya untuk tahu segala yang ditampilkan pada film adaptasi game ini. Walaupun karakternya terbilang baik, tetap saja plot-nya tidak membuat penikmat merasanya tertarik untuk menonton kembali.
Baca juga: Drama Korea Adaptasi Novel yang Lampaui Ekspektasi
Silent Hill: Revelation (2012)
Silent Hill dikenal sebagai game bertema horor dengan fantasi nan kelam. Dengan kisahnya yang menarik, hadir film dengan judul sama pada 2005 yang tidak terlalu dicerca dan tetap memberikan keuntungan bagi sineas. Untuk melanjutkannya, hadir sekuel yang diberi judul Silent Hill: Revelation yang dirilis 2012 dalam format 3D.
Di atas kertas, Silent Hill: Revelation adalah adaptasi yang setia dengan sumber aslinya. Akan muncul berbagai monster seperti versi game seperti Pyramid Head dan para suster yang selalu mengancam karakter utama. Hal membanggakan itu yang didapatkan.
Selain itu, hanya aspek buruk yang tampil di dalamnya. Berdurasi setengah jam lebih cepat dibanding prekuelnya, kisah yang diusung terasa tidak menggugah. Penceritaan ini juga diperparah dengan karakternya yang kelewat dangkal.
Bila prekuelya masih lebih berkesan dengan momen menegangkan yang dibangun dengan apik, berbeda dengan Silent Hill: Revelation. Walaupun sudah membawa para monster yang menjadi mimpi buruk pada game-nya, film ini tetap tidak mampu membuat penikmatnya tegang sedikit pun.
Baca juga: Film Adaptasi Novel Nicholas Sparks
Need for Speed (2014)
Untuk yang suka dengan balapan, Need for Speed adalah gim yang bisa memuaskan hasrat tersebut. Dengan segudang mobil berkecepatan tinggi yang dibarengi dengan aksi berkendara yang memukau, Electronic Arts selaku pemilik dari waralabanya menghadirkan film berjudul serupa pada 2014 lalu.
Disutradarai oleh Scott Waugh dan dibintangi oleh aktor Hollywood ternama seperti Aaron Paul, Dominic Cooper, hingga Michael Keaton, Need for Speed mampu menyuguhkan aksi mengendarai mobil mahal performa tinggi dengan memukau. Berbagai adegan yang bikin melongo saat balapan juga dapat membuat penonton geregetan saking tegangnya.
Walaupun begitu, hal baiknya hanya berhenti sampai di situ. Berbagai karakternya yang dangkal dan ditambah dengan penceritaannya yang tidak menarik tetap tak dapat menghindari Need for Speed dari cercaan para moviegoer dan penggemar seri racing game tersebut.
Baca juga: Film Adaptasi Novel Haruki Murakami yang Mindblowing
Hitman: Agent 47
Agent 47 adalah karakter utama yang gamer temukan pada seri Hitman. Terkenal dengan aksi untuk membunuh para targetnya yang senyap dan mematikan, dibuat film terbaru dengan judul Hitman: Agent 47 yang tayang pada Agustus 2015 lalu.
Layar lebar ini sejatinya adalah reboot dari Hitman yang tayang 2007 silam dengan raupan keuntungan yang cukup besar. Film terbaru ini tetap membawa Agent 47 melalui misi untuk membunuh targetnya dalam organisasi kriminal.
Premis seperti ini sebenarnya muncul pada berbagai film laga jauh sebelum Hitman: Agent 47. Akan tetapi, kadar violence-nya yang tidak sehebat pendahulunya membuat sinema yang dibintangi Rupert Friend ini tak terasa spesial.
Deretan film game di atas dapat jadi contoh bahwa kesuksesan waralaba gim tidak selalu mendulang respon positif dan keuntungan bagi para sineas. Apalagi jika layar lebar tersebut datang dari gim yang dielu-elukan para gamers, bisa jadi bulan-bulanan jika hasil adaptasinya mengecewakan.