5 Sutradara Film yang Tidak Terima Filmnya Dikritik Habis-habisan

Makin pedas, deretan sutradara ini makin menjadi-jadi

Kritik merupakan suatu tindakan yang bisa ditujukkan untuk bermacam-macam hal, salah satunya adalah film. Melalui hadirnya beragam platform kekinian, mengkritik ragam hal mengenai sinema adalah suatu hal yang sangat lazim untuk dilakukan saat ini. Walau begitu, ada beberapa sutradara film yang seakan tidak terima dengan kritik yang dilayangkan pada filmnya.

Seakan melindungi karya yang sudah dibuat dengan susah payah, berbagai sutradara film lokal maupun internasional ini menjadi antikritik terhadap opini dari berbagai orang. Bahkan beberapa di antaranya memicu masalah yang lebih panjang dalam jangka waktu lama.

Sutradara Film yang Tidak Terima Karyanya Dikritik

Berikut ini adalah deretan sutradara film yang tidak terima dengan kritikan terhadap karyanya, beberapa di antaranya bahkan ada yang berasal dari Indonesia.

1.

Tompi (Selesai)

Selesai merupakan film kedua yang disutradarai oleh Tompi setelah Pretty Boys 2019 lalu. Ditayangkan secara eksklusif pada platform OTT Bioskop Online, film dengan genre drama ini justru mendapatkan banyak kritik dari berbagai pihak, baik penonton umum hingga kritikus film ternama.

Melalui banyak kritik ini, Tompi menjadi antikritik dan justru merespon bahwa orang-orang yang memberikan kritik pada film Selesai-nya ini bukanlah sasaran dari filmnya tersebut. Atas tindakan yang diambil Tompi tersebut, satu per satu impresi buruk datang dari berbagai pihak, baik dari kritikus film sampai penggiat sinema lokal itu sendiri.

2.

Deddy Corbuzier (Triangle the Dark Side)

Sebelum Tompi, masih ada berbagai sutradara film Indonesia yang tidak terima bila film buatannya dikritik. Salah satunya adalah Deddy Corbuzier yang men-direct film Triangle the Dark Side pada 2016 lalu. Dibintangi berbagai aktor-aktris lokal ternama, film aksi perdana garapan mantan pesulap ini menarik perhatian dengan berbagai pro dan kontra yang menyelimutinya.

Kontra paling pedas terhadap film arahan Deddy Corbuzier ini datang dari Gareth Evans, sutradara yang populer dari dwilogi The Raid-nya. Sang sutradara asal Inggris ini membeberkan berbagai fakta yang janggal, meski pada akhirnya ia tetap memberi saran pada Deddy supaya lebih berhati-hati dalam memproduksi film, terutama dalam pembuatan adegan laga.

3.

David Ayer (Suicide Squad)

Film bertema superhero maupun antihero kerap menjadi perhatian kala perilisannya, terutama kritikan pedas yang menyelubunginya. Suicide Squad yang disutradarai David Ayer 2016 lalu juga tak luput dari hujatan, utamanya dari berbagai kritikus ternama di dunia.

Kritik paling populer yang dilontarkan terhadap film arahan David Ayer ini datang dari David Ehrlich, salah satu kontributor dari kanal media Indiewire. Ia mengatakan bahwa dirinya menganggap Suicide Squad adalah salah satu film yang paling dibenci di Bumi ketika ada film The Suicide Squad diumumkan akan rilis.

David Ayer yang mulai jengah kemudian membalas perkataan David Ehrlich yang menyakitkan tersebut. Ayer juga menyanggah dengan mengatakan bahwa Ehrlich seharusnya menarik perhatian publik, namun pernyataannya seakan tidak menghargai orang-orang yang telah bekerja susah payah pada Suicide Squad.

4.

James Gray (The Immigrant)

Tidak hanya film jelek, film yang dianggap bagus pun juga tak luput dari kritikan. Seperti halnya The Immigrant yang disutradarai oleh James Gray pada 2013 lalu yang tetap dihujani kritik, salah satunya dari Peter Bradshaw yang merupakan kritikus film pada media The Guardian.

Ada beragam poin yang Bradshaw kritik, beberapa di antaranya adalah adegan konser Caruso yang ia anggap kurang masuk akal dan Gray yang disebut malas dalam membuat skrip. Opini tersebut kemudian direspon oleh Gray, mengatakan bahwa itu merupakan ulasan terbodoh yang pernah ia baca.

5.

Uwe Boll (Postal)

Jauh sebelum deretan film di atas, Uwe Boll yang menyutradarai Postal pada 2007 silam juga menjadi sasaran dari kritik pedas dari para kritikus film di masanya. Sutradara film yang tidak terima dikritik tersebut membalasnya dengan cara yang berbeda, yakni mengundang para kritikus tersebut untuk bertanding dalam laga tinju resmi melawannya.

Hal ini kemudian direspon oleh empat kritikus film yang menyanggupi permintaan Uwe Boll tersebut. Namun, para kritikus film ini pada akhirnya tunduk secara telak dengan kehebatan Uwe Boll di atas ring.

Artikel Lainnya

Kritikan memang hal yang lazim diterima oleh para sineas ini, dan mereka juga berhak untuk merespon balik ragam kritikan atas karyanya tersebut. Akan tetapi, jangan sampai deretan kritikan tersebut mencelakai banyak pihak, yang nantinya akan berbuntut masalah besar di masa depan.