Nggak Nyangka, 5 Barang Feminim Ini Ternyata Dibuat untuk Laki-Laki!

Ilustrasi laki-laki berjas pink | www.indiamart.com

Ternyata awalnya warna pink itu warna laki-laki!

Pernahkah kamu membayangkan bahwa barang-barang yang dianggap feminim dan lazimnya digunakan oleh perempuan ternyata sebenarnya dibuat untuk kaum laki-laki? Tidak ada yang tahu pasti mengapa terjadi perubahan fungsi tersebut.

Mungkin hal tersebut dapat terjadi setelah banyak yang menyadari bahwa barang-barang ini lebih berfungsi dengan baik untuk perempuan. Dilansir dari Listverse, inilah 5 barang feminim yang ternyata dibuat untuk kaum laki-laki.

1.

High heels

High heels untuk pria | www.ancient-origins.net

High heels atau hak tinggi dapat dikatakan sebagai barang yang sangat feminim. Padahal hak tinggi sebenarnya dibuat untuk kaum pria. Para wanita sendiri mulai menggunakan hak tinggi pada abad ke-17.

Benda ini pertama dibuat oleh seorang tentara Persia pada abad ke-10. Tujuannya adalah membantu mereka untuk mengunci kaki pada sanggurdi atau pijakan kaki yang tergantung di pinggiran pelana saat menunggangi kuda.

Baca juga: Terlalu Mabuk, Orang-orang Ini Membuat Tato yang Bikin Mereka Menyesal Esok Harinya

Hak tinggi akan mempertahankan keseimbangan sehingga akurasi mereka saat menyerang atau memanah akan lebih baik. Pada abad ke-17, hak tinggi tiba di Eropa dan digunakan oleh para aristokrat agar terlihat lebih tinggi dan lebih mengintimidasi.

Para wanita sendiri mulai menggunakan hak tinggi agar tidak terkesan memiliki kaki yang kecil. Pada zaman dahulu, wanita kerap menggunakan rok yang panjang hingga batas mata kaki. Hanya sepatu bagian depan yang terlihat sehingga menampilkan kesan kaki kecil.

2.

Pembalut

Ilustrasi pembalut | www.vix.com

Permbalut pada awalnya bukan diciptakan untuk kaum adam, lho! Pada Perang Dunia pertama, beberapa orang dari Kimberly Clark Corporation membuat barang yang mirip seperti pembalut yang terbuat dari cellucotton.

Baca juga: Dikira Kotak Amal, Inilah Bukti Orang Indonesia Suka Kelewat Dermawan

Benda ini diproduksi untuk membalut luka para tentara dan dapat menyerap dengan baik. Bahkan benda ini pernah digunakan prajurit Jerman sebagai masker untuk menutupi mulut dan hidung!

Hingga akhirnya para wanita turut menggunakannya juga sebagai pembalut. Pada tahun 1920, Kimberly Clark mulai memproduksi massal pembalut dengan merek Kotex.

3.

Stocking

Ilustrasi stocking | www.rehabmart.com

Pada abad ke-9, pria mulai menggunakan stocking. Pria kelas atas akan menggunakan stocking berwarna putih, sedangkan kelas bawah akan menggunakan warna hitam. Namun tren tersebut kemudian berubah pada sekitar abad ke-19. Wanita mulai menggunakan stocking hingga benda ini lebih diasosiasikan dengan feminim. Akibatnya, pria kemudian berhenti menggunakan stocking.

Baca juga: 6 Kelakuan Bocah Nyusahin Diri Sendiri Ini Bikin Kesel Sekaligus Geregetan

4.

Tas Tangan

Ilustrasi tas tangan | www.armstreet.com

Pada zaman dahulu, pakaian masih belum dilengkapi dengan kantong sehingga diciptakanlah tas tangan untuk menyimpan barang-barang yang akan dibawa. Biasanya tas ini akan dikaitkan pada sabuk di pinggang para pria.

Lalu kemudian pada tahun 1900-an, tas tangan menjadi sangat berkembang modelnya dan lebih banyak model tas bagi wanita. Desainnya pun dibuat sedemikian rupa feminim. Hingga akhirnya tas tangan beralih menjadi barang feminim bagi wanita.

5.

Barang-barang berwarna pink

Ilustrasi baju bayi | www.visualisingdata.com

Kamu mungkin akan sangat jarang menemui pria yang mau menggunakan barang berwarna pink karena warna ini dianggap sangat feminim. Namun tahukah kamu bahwa sebenarnya warna pink pada awalnya diperuntukkan untuk laki-laki?

Baca juga: Deretan Makanan nggak Seusai Ekspektasi Ini Bikin Sedih Sekaligus Ngakak

Pada awal tahun 1900-an, baju bayi berwarna mulai bermunculan. Kita dapat membedakan gender bayi dengan hanya melihat warna dari pakaiannya. Awalnya warna tidak diasosiasikan dengan gender.

Lalu semua orang setuju bahwa bayi dengan jenis kelamin laki-laki menggunakan warna pink sedangkan perempuan warna biru. Pink terkesan lebih powerful sedangkan biru cenderung menjadi warna yang cantik.

Hingga akhirnya pada tahun 1960-an, sebuah gerakan wanita liberal menginginkan penggunaan warna pink untuk bayi perempuan mereka. Berkat hal ini, para industri garmen mulai membuat strategi marketing dengan membuat pakaian berwarna pink untuk perempuan dan biru untuk laki-laki.

Artikel Lainnya

Nggak nyangka ternyata barang-barang yang dinilai feminim tadi awalnya dibuat untuk laki-laki. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan kamu, ya!

Tags :