Nggak Kaleng-Kaleng, Ini Alasan Ilmiah Manusia Mudah Menyukai Kucing!

Ilustrasi suka kucing
Ilustrasi suka kucing | keepo.me

Ternyata memang sudah respons alamiah, lho

Kucing merupakan salah satu hewan yang paling banyak dipelihara. Sifatnya yang jinak, wajah yang menggemaskan, dan bulu-bulu halus yang sangat hangat untuk dipeluk adalah beberapa alasan seseorang memelihara kucing. Tidak hanya itu, banyak juga alasan ilmiah lain yang membuat seseorang sangat ingin memiliki kucing di rumahnya.

Ilustrasi suka kucing
Ilustrasi suka kucing | keeppo.me

Mulai dari menurunkan risiko penyakit jantung, membawa energi positif, hingga membuat mental menjadi lebih sehat adalah beberapa hal yang kerap dibahas jika kita membicarakan manfaat memelihara kucing.

Dilansir oleh Mental Health Foundation, pada tahun 2011 sebuah studi melibatkan 600 responden, pemilik kucing dan bukan. Sebanyak 87 persen pemilik kucing mengaku mendapatkan energi positif, dan 76 persen mengaku bahwa kucing bisa membantu aktivitas keseharian mereka menjadi lebih baik.

Tidak perlu disangkal lagi, memiliki hewan peliharaan memang bisa membuat kita menjadi lebih sehat dan bahagia. Bahkan, hewan peliharaan diklaim bisa melatih kemampuan sosial pemiliknya, dan 148 studi sudah menunjukkan bahwa orang dengan kemampuan sosial 50 persen berpotensi hidup lebih lama. Luar biasa bukan?

Ilustrasi suka kucing
Ilustrasi suka kucing | keepo.me

Khusus untuk kucing, ada alasan tersendiri mengapa kita sangat mudah menyukai kucing. Bahkan para pecinta kucing kerap menyapa dan mengelus kucing-kucing yang mereka temui di jalan. Seolah-olah hati terasa hampa jika tidak menyentuh kucing.

Dikutip dari CNN, pada tahun 1940, pakar zoologi Austria dan pakar etologi Konrad Lorenz menetapkan beberapa karakter atau ciri fisik yang ia kategorikan sebagai sisi imut. Ciri-ciri tersebut adalah kepala besar, dahi tinggi, mata besar, hidung kecil, mulut kecil, dan pipi tembam.

Karakteristik ini dikenal dengan istilah kindchenschema atau kinderschema. Biasanya yang memiliki karakter tersebut dengan lengkap adalah para bayi. Saat kita melihat bayi dan mempunyai karakteristik tersebut, otak secara otomatis akan “mengkomputasi” dan kamu akan merasa gemas serta ingin merawat si bayi.

Tidak hanya pada bayi, otak manusia juga akan bereaksi demikian pada hewan atau bahkan benda mati. Misal, kucing mempunyai mata yang lebar dan kerap menunjukkan “puppy eye”, otak kita akan langsung bereaksi dan kita tidak akan bisa menolak kelucuan kucing tersebut.

Ilustrasi suka kucing
Ilustrasi suka kucing | keepo.me

Kemudian para pecinta kucing pun sangat hobi menonton video-video kucing atau bahkan mengoleksinya. Pada tahun 2015, perusahaan riset ReelSEO melakukan penulusuran terkait video kucing di YouTube. Berdasarkan temuannya, sejak tahun 2006 ada lebih dari 2 juta video kucing dan sudah ditonton lebih dari 24 miliar kali.

Dr. Jessica Gall Myrick pernah melakukan survei yang melibatkan 7000 pengguna internet sebagai respondennya. Ternyata 37 persen dari responden adalah pecinta kucing. Kemudian Dr. Myrick menyimpulkan bahwa menonton video kucing memiliki beberapa manfaat.

Para responden mengaku merasa lebih semangat dan termotivasi setelah mereka menonton video-video kucing. Beberapa responden juga merasa lebih berani berinteraksi dengan orang lain dengan video kucing sebagai perantaranya. Dengan demikian, Dr. Myrick menyebut bahwa menonton video kucing adalah salah satu cara untuk terapi hewan.

Artikel Lainnya

Ternyata ada penjelasan secara ilmiahnya ya terkait alasan manusia mudah gemas dengan kucing. Memang pada dasarnya manusia suka dengan hal-hal yang lucu dan imut, sementara kucing memenuhi kriteria tersebut. Jadi, sangat wajar jika ada orang yang tergila-gila dengan kucing.

Tags :