Unik Sekaligus Aneh, Inilah Bentuk Mata Uang Tertua di Indonesia!
03 Juni 2021 by Muhammad Sidiq PermadiMata uang zaman dulu bentuknya gak karuan!
Uang adalah alat yang digunakan untuk bertransaksi. Sedari dulu uang sudah beredar di masyarakat. Akan tetapi memang uang pada zaman dulu berbeda dengan uang pada zaman sekarang. Di Indonesia sendiri penggunaan uang sudah diberlakukan sekitar tahun 850/860 Masehi pada saat masa Kerajaan Mataram Syailendra berkuasa.
Pada saat itu, uang masih berupa koin yang dicetak dalam dua jenis, yakni emas dan perak. Setelah itu, bentuk uang pun semakin berkembang hingga ada yang berbentuk kertas seperti sekarang ini.
Nah, kira-kira seperti apa sih bentuk uang yang berkembang di Indonesia dari masa ke masa? Penasaran, kan? Langsung aja yuk, kita simak ulasannya bersama-sama!
Uang Syailendra (850 M)
Seperti yang telah disebutkan di atas kalau mata uang mulai diberlakukan sebagai alat tukar pada masa Kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah.
Mata uang yang beredar berbentuk koin yang dicetak dengan menggunakan dua jenis bahan, yakni emas dan perak. Uang koin ini memiliki berat yang sama dan memiliki beberapa nominal:
- Masa (Ma) memiliki berat 2.40 gram dan sama dengan 2 Atak atau 4 Kupang
- Atak memiliki berat 1.20 gram dan sama dengan ½ Masa atau 2 Kupang
- Kupang (Ku) memiliki berat 0.60 gram dan sama dengan ¼ Masa atau ½ Atak.
Koin emas pada zaman Syailendra berbentuk kecil seperti kotak yang mana satuan terbesar (Masa) hanya berukuran 6 x 6/7 mm saja. Pada bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta”.
Pada bagian belakangnya terdapat lekukan ke dalam yang terbagi ke dalam dua bagian yang mana masing-masing terdapat semacam bulatan. Dalam bahasa numismatik, pola yang demikian disebut dengan “Sesame Seed”.
Sementara itu pada koin perak Masa memiliki diameter antara 9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari pula, yakni huruf “Ma” yang mana singkatan dari Masa. Kemudian pada bagian belakangnya terdapat lekukan ke dalam dengan pola “Bunga Cendana”.
Baca juga: Black Dahlia, Teka-teki Kasus Pembunuhan Paling Misterius di Dunia
Uang Krishnala, Kerajaan Jenggala (1042 – 1130 M)
Pada masa Kerajaan Jenggala, uang-uang yang berbahan emas dan perak dicetak dengan berat standar meski mengalami proses perubahan bentuk dan desain.
Koin emas yang semula berbentuk kotak kemudian didesain menjadi bundar, sedangkan koin perak didesain dengan bentuk cembung yang memiliki diameter antara 13-14 mm.
Pada masa kerajaan ini pula mata uang kepeng China berdatangan yang mana menggusur fungsi secara total dari mata uang lokal emas dan perak.
Uang “Ma” (abad ke-12)
Setelah peredaran mata uang kepeng asal China, akhirnya mata uang lokal pun kembali ditemukan. Kebanyakan berasal dari situs Kota Majapahit dan berupa uang Ma dalam huruf Nagari atau Siddham, kadang pula dalam huruf Jawa Kuno.
Di samping itu beredar pula mata uang emas dan perak dengan satuan tahil yang ditemukan dengan tulisan ta dalam bentuk huruf Nagari.
Masih ada beberapa uang emas dan perak yang beredar dengan bentuk yang beragam, seperti berbentuk segiempat, ½ atau ¼ lingkaran, trapezium, segitiga, bahkan gak berbentuk sama sekali.
Meski dibuat asal-asalan, tapi yang dipentingkan di sini adalah cap yang menunjukkan benda tersebut bisa digunakan sebagai alat tukar. Tanda atau cap yang dimaksud bergambar sebuah jambangan dan tiga bingkai tumbuhan atau kuncup bunga dalam bidang lingkaran atau segiempat.
Baca juga: Daftar Orang Ini Masuk dalam Orang Paling Dicari di Seantero Dunia
Uang Gobog Wayang, Kerajaan Majapahit (abad ke-13)
Pada masa Kerajaan Majapahit dikenal koin-koin yang disebut “Gobog Wayang” yang pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Raffles dalam bukunya yang berjudul “The History of Java”. Uang koin ini berbentuk bulat dengan lubang pada bagian tengah (dipengaruhi dari uang Cina).
Koin Gobog Wayang merupakan koin asli buatan lokal, namun tidak digunakan sebagai alat tukar. Koin-koin ini digunakan untuk kegiatan persembahan di kuil-kuil seperti yang dilakukan di China atau Jepang sehingga disebut sebagai koin-koin kuil. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh di Jawa Timur (1528), wilayah Banten muncul sebagai kota dagang yang baru.
Uang Dirham, Kerajaan Samudra Pasai (1297 M)
Mata uang emas ini pertama kali dicetak oleh Sultan Muhammad dari Kerajaan Samudra Pasai yang berkuasa antara tahun 1297 hingga 1326 Masehi. Mata uang yang dicetak disebut Dirham atau Mas dan memiliki berat standar sekitar 0.60 gram.
Namun, ada pula koin-koin Dirham Passai yang sangat kecil dengan berat yang hanya 0.30 gram. Uang Passai ini memiliki diameter 10-11 mm, sedangkan bagian tengahnya memiliki diameter 6 mm. Hampir semua koin bertuliskan nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.
Itu dia bentuk dari beberapa mata uang tertua di Indonesia. Bentuknya sangat berbeda dengan mata uang kita yang sekarang. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan kamu, ya!