Wanita Hamil Pejuang ISIS Ditemukan Tewas Disiksa, Warga Negara Indonesia?

Ilustrasi
ilustrasi pejuang ISIS | theglobalobservatory.org

Wanita hamil yang diduga WNI ditemukan tewas

Kamp Al-Hol dikenal sebagai tempat para pengungsi militan ISIS yang berada di Kurdi, Suriah. Tenda-tenda tersebut menyimpan kisah sedih dari para militan ISIS yang mengaku kerap menerima tindak kekerasan terutama para perempuan dan anak-anak.

Beberapa waktu lalu seorang wanita hamil ditemukan tewas di tenda pengungsian dan diduga adalah warga negara Indonesia. Wanita itu diketahui bernama Sodermini (Sudarmini) yang ditemukan tak bernyawa dengan kondisi tubuh yang penuh bekas siksaan.

Pemerintah Indonesia dilema untuk memulangkan para mantan pejuang ISIS karena dikhawatirkan masih membawa paham radikal yang bisa membahayakan ideologi Pancasila. Hingga saat ini pemerintah masih membahas solusi pemulangan eks pejuang ISIS.

1.

Ditemukan mayat perempuan yang diduga WNI

Ilustrasi
Kamp Al-Hol di Suriah | www.bbc.com

Dilaporkan oleh kantor berita Kurdi Hawar News Agency, seorang wanita ditemukan tewas di Kamp pengungsian ISIS. Identitas mayat wanita yang tengah hamil 6 bulan tersebut diketahui bernama Sodermini (Sudarmini), seorang ibu dengan tiga orang anak.

Sodermini (30) disebutkan merupakan warga negara Indonesia. Sodermini diduga tewas karena disiksa dan dipukuli. Dugaan itu terlihat dari banyaknya luka lebam di tubuh korban. Pelakunya disebutkan adalah sesama pejuang ISIS.

"Dia meninggal akibat (tindak) kekerasan," tulis kantor berita yang berkantor di wilayah Kurdi, Al Hasaka, Suriah Utara itu mengutip hasil pemeriksaan dokter forensik dilansir dari Detik.com.

Saat ini Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementrian Luar Negeri, Yudha Nugraha masih melakukan verifikasi terkait kewarganegaraan apakah benar yang bersangkutan warga negara Indonesia.

Baca juga: Pendukung ISIS Asal Indonesia Minta Pulang

2.

Kamp Al-Hol rawan kekerasan

Ilustrasi
Maryam pejuang ISIS di Kamp Al-Hol | www.bbc.com

Kamp Al-Hol yang terletak di Suriah barat laut dan berada di bawah administrasi Kurdi ini menampung 70.000 pejuang asing ISIS. Padahal Kamp tersebut didirikan hanya untuk menampung 20.000 pengungsi. Faktor membludaknya pengungsi membuat para pejuang ISIS hidup tak layak dan berdesakan dalam tenda.

Dilansir dari BBC Indonesia, para pengamat mengatakan kamp ini menjadi 'semacam bom waktu' karena sangat rawan kekerasan. Pejabat Kurdi, Mustafa Bali, menyatakan kepada BBC News Indonesia Maret lalu bahwa ia menyaksikan setidaknya ada puluhan WNI yang berada di kamp itu.

Kondisi Kamp Al-Hol yang sangat memprihatinkan membuat banyak warga Indonesia yang menjadi pejuang ISIS ingin kembali ke tanah air. Salah satunya adalah Maryam yang berasal dari Bandung ini menyatakan ingin kembali ke Indonesia.

Maryam bersama keempat anaknya ditemui di Kamp oleh Afshin Ismaeli, seorang wartawan lepas pada bulan Maret lalu.

"Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghuz... kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia," kata Maryam dalam rekaman video yang dibuat Afsin.

3.

Pemerintah bentuk tim khusus pemulangan WNI mantan militan ISIS

Ilustrasi
pengungsi di Kamp Al-Hol | www.bbc.com

Dilema pemerintah untuk memulangkan eks militan ISIS dikarenakan khawatir membawa paham radikal ke tanah air. Setelah melalui proses panjang, akhirnya Menko Polhukam Wiranto membentuk tim khusus untuk mengawal pemulangan WNI eks ISIS.

"Sekarang kita sedang membuat satu tim khusus task force untuk melakukan pendalaman ini. Kita tahu bahwa sekarang kira-kira masih ada 120 yang ditampung di camp-camp perbatasan antara Suriah dan Irak, tapi kebanyakan perempuan dan anak-anak, laki-lakinya nggak ada," kata Wiranto di Kemenko Polhukam, Jumat (19/7/2019) dilansir dari Okezone.com.

Menurut Wiranto, memulangkan eks ISIS bukanlah perkara mudah karena tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. Diperlukan adanya kerjasama antar negara untuk menyelesaikan masalah radikalisme.

Artikel Lainnya

Selain diminta memulangkan WNI eks ISIS, pemerintah juga dihimbau untuk melakukan pengawasan dan juga rehabilitasi untuk menghilangkan paham radikal. Ideologi ISIS yang terkenal keras bisa saja masih tertanam di kepala WNI eks ISIS. Sehingga dibutuhkan pendampingan khusus agar paham radikal tersebut benar-benar hilang.

Tags :