Miris! Kecanduan Game di Ponsel, 3 Anak di Semarang Masuk Rumah Sakit Jiwa
25 Oktober 2019 by IdhamBermain lebih dari delapan jam sehari, tiga anak ini didiagnosis memiliki gangguan mental.
Kondisi mental yang terganggu karena kecanduan game ponsel bukan hal yang baru. Kamu mungkin pernah mendengar atau membaca kisah tentang Wawan “Game”, pasien RS Cisarua yang tangannya sampai tidak bisa berhenti bergerak-gerak seolah sedang bermain game meskipun di tangannya tidak ada gawai apapun.
Kali ini, tiga orang anak dari Semarang juga turut dibawa ke rumah sakit karena mereka mengalami kecanduan bermain game di ponselnya.
Dilansir dari Merdeka.com (18/10/19), tiga pasien tersebut menjalani terapi gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwo Animo Gondohutomo, Semarang. Rata-rata pasien itu berusia sembilan tahun.
"Dua pasien benar-benar murni adiksi (kecanduan) game. Satu pasien dengan diagnosa gangguan jiwa karena dia mainnya game terus," ujar Psikiater RSJ Amino Gondohutomo Hesti Anggriani.
Baca juga: Terlalu Kecanduan Main Game Online di Warnet, Emak-emak ini Terpaksa Menyuapi Anaknya
Hesti juga menyebutkan tanda-tanda seperti apa yang menunjukkan seseorang sudah terjebak dalam adiksi bermain game. Biasanya, anak-anak yang terlalu keranjingan bermain game akan lebih sulit diatur dan agak susah diberitahu oleh orang lain.
Bahkan, menurut Hesti, seringkali ada penolakan terhadap kegiatan-kegiatan pendidikan dari para pasien yang terdeteksi memiliki adiksi terhadap game ponsel.
"Tidak mau sekolah, kalau tidak dipaksa berangkat sekolah. Inginnya main game terus buat orangtua kewalahan," ujarnya.
Baca juga: Main Game Online Sampai Lupa Waktu, Cowok Ini Alami Stroke di Usia 22 Tahun
RS Amino Gondohutomo belakangan ini memang banyak menerima kasus kecanduan gawai seperti yang dialami oleh tiga anak yang disebutkan tadi. Namun, hanya sedikit yang sampai mengalami adiksi seekstrem ketiga anak itu.
Menurut Hesti, mereka bertiga bisa menghabiskan waktu minimal delapan jam sehari hanya untuk berkutat di depan layar gawai mereka. Di bawah durasi itu, penggunaan gawai untuk bermain game masih terhitung di batas wajar.
Baca juga: Keranjingan Main Game, Wanita Ini Menyesal Setelah Didiagnosa Terancam Buta
Lebih dari itu, game gawai akhirnya bukan lagi menjadi sekadar rekreasi, melainkan seolah sudah menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi.
"Kalau adiksi games dia menggunakan waktu dalam sehari di atas delapan jam, setiap hari berkelanjutan terus bukan sekadar buat refresing atau rekreasi," pungkas Hesti.
Mengingat kasus-kasus semacam ini memang sering terjadi, tampaknya orangtua hingga sekolah perlu lebih mengawasi anak-anak dari gawainya. Sebab tanpa adanya pengawasan yang tepat, maka nantinya candu gawai mungkin bisa menjadi masalah yang cukup pelik.