Tak Gunakan Kertas Suara, Pemilihan Umum Di Daerah Ini Gunakan Kelereng
24 April 2021 by Didot SanjayaKelereng Menentukan Suara Wakil Rakyat Yang Terpilih
Pemilu adalah proses memilih seseorang untuk mengisi jabatan politik tertentu, mulai dari jabatan presiden/eksekutif, hingga wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan.
Jika Pemilu serentak 2019 di Indonesia yang baru saja berlangsung pada tanggal 17 April 2019 menggunakan media kertas untuk pemungutan suaranya, yaitu lima kertas suara untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kota/kabupaten.
Beda di Indonesia, beda pula pemilu di Gambia, di daerah ini pemungutan suara yang di adakan pada April dan Mei 2018 lalu dengan cara unik.
Warga di Gambia sisi barat Afrika ini melakukan pemungutan suara tak menggunakan kertas suara melainkan menggunakan kelereng sebagai media untuk memilih anggota dewan dan wali kota itu.
Namun pemungutan suara pada tahun 2018 lalu adalah yang pemungutan suara yang menggunakan media kelereng untuk terakhir kalinya.
Karena, pemerintah setempat berencana melakukan perubahan dengan menggunakan surat suara sesuai standar internasional dan tak lagi menggunakan kelereng pada tahun-tahun berikutnya.
Dikutip dari Euronews, Ketua Komisi Pemilihan Umum, Alieu Momar Njai mengatakan bahwa sistem pemilihan umum menggunakan kelereng ini digunakan untuk memilih calon anggota DPR.
Prosedurnya setiap pemilih nantinya akan diberikan kelereng oleh para petugas TPS, setelah dilakukan verifikasi mengenai data identitas mereka, pemilih diminta menuju ke bilik suara.
Di dalam bilik suara tersebut terdapat sebuah drum berisi foto beberap kandidat, begitu mereka memutuskan untuk memilih salah satu kandidat, mereka harus memasukkan kelereng pada ke lubang kecil.
Setelah semua telah selesai, giliran petugas pemungutan suara yang akan mendengarkan dengan hati-hati dentang lonceng sepeda yang melekat pada ujung tabung di dalam drum, hal ini dilakukan untuk mencegah para pemilih memilih lebih dari satu kali.
Serbuk gergaji atau pasir ditaburkan di bagian bawah lubang sehingga tidak ada suara kedua yang terdengar.
Untuk cara penghitungannya kelereng yang ada di dalam drum dituangkan ke dalam nampan kayu dengan 200 atau 500 lubang dan kemudian dihitung. Suara yang dihitung segera diumumkan di tempat pemungutan suara.
Menurut Momar, perubahan sistem dalam pemerintahan dan banyaknya orang yang kini berpastisipasi dalam pemungutan suara, menyebabkan ketidakmampuan menyiapkan banyak drum dan melukisnya dengan warna-warna yang berbeda. Pemakaian drum ini hanya akan memboroskan anggaran yang ada.
“Kami tidak mampu melanjutkan dengan sistem pemungutan suara ini. Dengan perubahan sistem dalam pemerintahan, orang-orang Gambia sekarang berpartisipasi dalam politik dalam jumlah dan itu berarti dalam setiap pemilihan, kita harus membuat banyak drum dan melukisnya dengan warna yang berbeda.
“Ada negara-negara yang menggunakan surat suara yang memiliki tingkat melek huruf lebih rendah dari kami ... Drum ini tidak hanya mahal untuk dibuat tetapi Anda harus melukisnya dengan warna-warna pesta dan di mana Anda memiliki kandidat independen, Anda harus memberikan masing-masing warna.
"Kami sedang berupaya memastikan bahwa ini dilakukan sebelum pemilihan pemerintah daerah karena kelereng praktis dan mudah ketika Anda memiliki sedikit peserta politik."
Tahun ini kemungkinan para warga di Gambia sisi barat Afrika akan melakukan pemungutan suara dengan menggunakan surat suara dan bukan dengan kelereng lagi. Mudah-mudahan para pemilihnya tak kaget dengan pergantian media yang digunakan nantinya.