Makin Panas! Suku Amazon Bersatu Lawan Pemerintah Brasil Terkait Kerusakan Hutan
20 September 2019 by Muchamad Dikdik R. AripiantoKisah di balik kepulan asap hutan Amazon
Sekarang kami hanya memiliki satu musuh, yaitu pemerintah Brasil, presiden Brasil, dan penjajah non-pribumi," tutur salah satu pemimpin suku, Mudjire Kayapo, dikutip dari BBC.
Suku Kayapo dan Suku Panara adalah seteru lama. Kedua kelompok etnis di pedalaman hutan Amazon itu tercatat memiliki sejarah konflik yang lawas. Riwayat perseteruan dimulai sejak 1922. Terparah terjadi pada 1968.
Ketika itu Desa Panara dibantai habis-habisan oleh pihak Kayapo. Kayapo menyerang dengan senjata, sementara Panara kabarnya hanya memiliki panah untuk mempertahankan diri. Serangan tersebut menyebabkan banyak korban tewas dari suku Panara.
Ketegangan terus bergejolak selama bertahun-tahun. Konflik etnis di antara suku-suku Amazon menjadi sebuah kesumat yang berkepanjangan, bahkan hampir menyebabkan kepunahan di antara mereka sendiri.
Baca juga: 4 Suku Pemburu Kepala Paling Mengerikan di Dunia
Kini lembaran sejarah baru tampak tengah dibuka, mereka memilih bersatu, bersekutu menjelang 'peperangan' dengan musuh baru yang dianggap kian serius mengancam hutan dan hidup mereka. Musuh itu adalah pemerintah Brasil dan para pelaku penambang liar yang merusak hutan.
"Kami telah membunuh Kayapo dan Kayapo telah membunuh kami, kami telah berdamai dan tidak akan lagi bertarung," ujar pemimpin Panara, Sinku, dikutip dari BBC.
Sekitar 800 ribu penduduk asli tinggal di 450 wilayah adat. Wilayah adat mencakup 12 persen dari total wilayah Brasil. Sebagian besar terletak di wilayah Amazon. Beberapa kelompok adat masih terisolasi, tanpa kontak luar.
Baca juga: 5 Suku Mitologi dari Penjuru Dunia yang Pernah Diyakini Mereka Nyata
Beberapa waktu lalu, terjadi momen penting bagi banyak suku di Amazon. Sejumlah perwakilan kelompok adat telah mengadakan pertemuan sebagai konsolidasi dan perjuangan bersama untuk menjaga kelestarian hutan.
Pertemuan tersebut berlangsung selama tiga hari, di Desa Kubenkokre yang berstatus tanah milik Kayapo. Melalui pertemuan itu, mereka bersedia melupakan dendam lama dan merumuskan cita-cita yang lebih progresif demi kepentingan hidup bersama di masa depan.
Pemerintahan Brasil dikabarkan semakin gencar membuka pertambangan, penebangan, dan pertanian di sejumlah titik hutan Amazon. Pertambangan merupakan aktivitas terlarang di kawasan suku asli.
Baca juga: Suku di Sudan Selatan Pakai Senjata Api AK-47 untuk Menggembala Sapi
Namun, gambar satelit menunjukkan aktivitas penambang ilegal justru tampak makin giat sejak Januari lalu. Bagi para pemimpin adat hal itu adalah masalah yang mengkhawatirkan. Pemimpin Panara, misalnya, menganggap Presiden Bolsonaro tidak peduli pada kelestarian lingkungan, manusia dan kehidupan di dalamnya.
Presiden lain lebih peduli pada tanah kami. (Bolsonaro) tidak peduli tentang ini, ia ingin mengakhiri apa yang orang-orang miliki dan bagaimana kami hidup," ungkap Sinku, dikutip dari BBC.
"Itulah mengapa kita di sini berbicara satu sama lain," tambahnya.
Pemimpin adat Bepto Xikrin pun angkat bicara, menurutnya lebih dari 400 penambang dan penebang liar telah memasuki wilayah Bacaja secara ilegal sejak awal tahun ini. Berdasarkan kesaksiannya, anggota kelompok pribumi takut, dan bingung harus berbuat apa.
Data lain dari pemimpin jaringan 24 kelompok lingkungan dan adat, Rede Xingu, menyebutkan bahwa wilayah di dekat sungai Xingu yang luasnya setara dengan 69 ribu lapangan sepak bola telah hancur hanya dalam jangka bulan Januari hingga Juni.
Baca juga: Kenalan Sama Guli Nazha, Wanita dari Suku Uighur yang Cantiknya Disebut Setara Bidadari
Mesin-mesin berat telah menyebabkan kerusakan besar. Sementara itu sungai Fresco dan Branco, yang mengalir melalui wilayah tersebut pun tercemari merkuri.
Kebakaran hutan Amazon bukan topik utama perdebatan dalam pertemuan tersebut. Hal itu karena sebagian terjadi di luar cagar alam asli yang dilindungi. Selain itu juga karena mereka menganggap penambangan dan penebangan liar sebagai ancaman yang lebih mendesak.
Meskipun begitu, sejumlah pakar menduga bahwa kebakaran di Amazon ada hubungannya dengan proyek-proyek pemerintah. Bolsonaro dianggap tidak mau dan setengah hati dalam menangani kebakaran tersebut.
Dilasir dari BBC, beberapa aktivis lingkungan dengan tegas menilai kebijakan Presiden Jair Bolsonaro telah memperparah kebakaran hutan. Mereka menuding sang presiden telah mendorong para peternak untuk membuka lahan-lahan di hutan. Diyakini bahwa mayoritas titik api di Amazon tahun ini dipicu aktivitas manusia.
Menyaksikan apa yang tengah terjadi di Amazon belakangan ini, pemimpin Panara, Sinku, sangat mengkhawatirkan nasib hutan dan kehidupan masyarakat adat.
(Saya khawatir) tentang pohon, air, ikan, orang-orang non-pribumi yang ingin memasuki tanah kami. Saya tidak ingin mencemari air dengan (produk beracun dari) penambangan. Itu sebabnya saya di sini," ucapnya dikutip dari BBC.
Adapun komunitas adat yang turut berpartisipasi dalam perkumpulan tersebut kemudian bersepakat membentuk semacam dewan perwakilan untuk memperkuat suara dan kedudukan politik kolektif mereka.
Di hari terakhir pertemuan, terjadi momen simbolik yang mengharukan. Pihak dari Kayapo mengundang perwakilan Panara, sang musuh bebuyutan, untuk menampilkan lagu dan tarian tradisional.
Baca juga: Suku-Suku yang Punya Kekuatan Layaknya Super Hero
Dengan tubuh berhias cat hasil ekstraksi dari buah tropis, para perwakilan Panara pun bernyanyi, dan kemudian mendapat tepuk tangan hangat dari Kayapo. Peristiwa itu dianggap tanda resmi usainya perseteruan lama, sekaligus tanda dimulainya sebuah persatuan baru bagi suku-suku di Amazon.
Sikap mereka kini lantang dan senada: lupakan dendam masa silam, bersatu, dan lawan kebijakan-kebijakan pemerintah Brasil yang mengancam kehidupan.