Sedih! Pengungsi Muslim Rohingya di Myanmar Kini Terancam Virus Corona!

ilustrasi | google.com

Bahkan satu toilet digunakan bergantian oleh 40 orang di dalam pengungsian

Sebagai negara yang yang memiliki 51 juta penduduk, Myanmar masih tergolong negara yang belum mempunyai sistem kesehatan yang baik. Menurut Profesor Nehnginpao Kipgen dari Jindal School of Internationl Affairs kepada BBC News, mayoritas penduduk Myanmar bahkan tidak memiliki layanan kesehatan dasar, apalagi bagi mereka yang tinggal di daerah pengungsian, mereka harus berjuang keras hanya untuk mendapatkan akses air bersih.

Ketika membahas kamp pengungsian di Myanmar, mungkin beberapa dari kita akan teringat kamp pengungsian etnis minoritas di Myanmar yaitu Muslim Rohingya, mereka harus tinggal di Kamp pengungsian yang kotor.

Dilansir dari vivanews.com (02/04/2020) Human Rights Watch (HRW), sebuah organisasi hak asasi manusia menyatakan bahwa warga yang berada di kamp pengungsian sangat mudah tertular virus corona, sebab mereka tidak bisa menjaga jarak satu sama lain karena adanya pembatasan gerak, belum lagi sanitasi buruk dan rumitnya izin jika ingin berobat keluar.

Jika sebelumnya Zaw Htay yang merupakan juru bicara pemerintah Myanmar mengatakan bahwa tidak adanya kasus Covid-19 di Myanmar disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang sehat, serta penduduk yang tetap menggunakan uang tunai dibandingkan kartu kredit. Pada Senin (30/3/2020) kasus kematian pertama akibat Covid-19 telah terjadi di negeri tersebut. Korban yang meninggal merupakan seorang pria 69 tahun yang sempat bepergian ke Australia dan Singapura, ia juga seorang penderita kanker. Menurut Kantor berita Reuters, Sampai akhir Maret lalu, 300 tes dinyatakan telah dilakukan di seluruh negeri. Hingga saat ini sudah ada 14 korban Covid-19 yang dilaporkan di Myanmar, kebanyakan dari mereka adalah penduduk yang suka bepergian ke luar negeri.

Myanmar sendiri dikritik karena dianggap lambat dalam melaporkan wabah Covid-19 di negaranya. Pihak-pihak berwenang pun seakan mengabaikan ratusan wargnya yang setiap hari menyeberang perbatasan untuk bekerja di China.

Myanmar berbatasan dengan China sepanjang 2.200 km. Mereka menerima sekitar 750.000 warga China di tahun 2019 dari sumber utama pendapatan negara mereka yaitu pariwisata, terang Profesor Kipgen.

Bagaimana Dengan Nasib Para Pengungsi di Kamp Pengungsian?

Sekali lagi, kamp pengungsian dianggap sebagai tempat yang sangat rentan dalam penyebaran corona. Puluhan ribu orang mengungsi setelah kejadian kekerasan yang sempat terjadi di Myanmar. Kebanyakan dari para pengungsi adalah etnis Muslim Rohingya.

Kondisi kesehaatan sudah sangat buruk bagi para pengungsi di kamp-kamp di Rakhine, Kachin, dan bagian utara Shan, dan kini Covid-19 mengancam komunitas yang retan ini, ucap Direktur Asia HRW, Brad Adams.

Dilaporkan oleh HRW bahwa ada sekitar 130.000 Muslim di Rakhine yang hidup di kamp pengungsian tersebut, mereka tidak memiliki akses layanan kesehatan aplagi fasilitas tes Covid-19. Bahkan satu toilet digunakan bergantian untuk 40 orang dengan satu akses air bersih bagi 600 orang. HRW mengatakan bahwa mereka seperti berada di penjara, ya, mereka memang tinggal di tahanan terbuka.

Kamp ini sangat padat dimna-mana, tak mungkin orang saling jaga jarak di sana dan akan meningkatkan secara signifikan resiko penularan, lapor HRW

Laporan tersebut bermaksud agar pemerintah Myanmar bersedia meniadakan pembatasan di kamp-kamp itu dan memberi ruang tambahan agar para pengungsi bisa saling menjaga jarak.

WHO menambahkan sistem layanan kesehatan di Myanmar sebagai salah satu yang terburuk di dunia akibat diabaikan pada masa pemerintahan junta militer, ucap Prof Kipgen

Ia jug menambahkan bahwa kota Yangoon dan Mandalay memiliki fasilitas kesehatan yang lumayan baik, namun di beberapa tempat lain di Myanmar, sekedr layanan kesehatan dasar pun mereka tidak mempunyai.

Baca Juga : Jangan Mudah Terhasut, Foto-foto Hoax ini Sering Diklaim Sebagai Foto Umat Muslim Rohingya, Ini Fakta Dibaliknya

Artikel Lainnya

Kemanusiaan memang tidak memandang Suku, Agama, Ras maupun Budaya. Semoga para pengungsi di kamp-kamp Rakhine segera mendapat perhatian dari pemerintah Myanmar, agar mereka juga mendapat pelayanan kesehatan yang semestinya.

Tags :