Bikin Ngilu! Seorang Pria Hidup Selama 26 Tahun dengan Pisau Berkarat di dalam Kepalanya
20 Agustus 2021 by Mabruri Pudyas SalimSampai tidak bisa tertawa, bersin, bahkan batuk.
Bisa dibayangkan, mengalami benturan ringan di kepala saja sudah bisa membuat orang hilang keseimbangan dan jatuh, apalagi mengalami benturan yang keras. Pastinya hal itu berpotensi membuat orang mengalami gegar otak atau bahkan kerusakan saraf.
Namun seorang pria di Tiongkok mengalami hal yang jauh lebih mengerikan dengan kepalanya. Membayangkannya saja bisa membuat Anda merasa ngilu. Bagaimana tidak, pria bernama Duorijie ini telah hidup selama 26 tahun dengan sebilah pisau yang tertanam di kepalanya.
Dilansir Metro.co.uk (13/04), pisau tersebut sudah ada di dalam kepalanya sejak dia mengalami peristiwa perampokan yang terjadi pada 1994. Hingga akhirnya Duorijie merasakan sakit kepala kronis pada 2012. Pria berusia 76 tahun itu kemudian meminta bantuan medis untuk menangani sakit kepalanya.
Meski dokter yang menangani Duorijie tahu bahwa ada pisau yang tertanam di kepala pasiennya, namun dia tidak mengambil tindakan pengangkatan. Mencabut pisau yang ada di dalam kepala Duorijie dikhawatirkan dapat mengancam jiwanya.
Baca Juga: Nggak Konsisten! Sempat Pamer Foto #DiRumahSaja, Wanita Ini Malah Kepergok Lagi Mudik
Beruntung baginya, ada seorang petugas medis keliling yang sedang bertugas di Desa Haiyan, Provinsi Qinghai, untuk membantu warga desa yang membutuhkan bantuan medis.
Pada saat menjalankan tugas tersebut, dokter yang bernama Zhang Shuxiang menemukan kasus Duorijie, yang tidak mendapatkan perawatan layak karena minimnya fasilitas medis setempat.
"Ketika kami menemukannya ketika sedang dalam perjalanan medis ke Qinghai, kami mengetahui bahwa para ahli telah memutuskan perawatan yang lebih konservatif, hanya meresepkan obat penghilang rasa sakit," kata dokter Zhang.
Baca Juga: Kisah Romantis Pria di Pekalongan Nikahi Wanita dengan Kelainan di Wajah: Cintaku Tak akan Luntur
Kemudian pada akhir Maret, Duorijie diterbangkan ke Rumah Sakit Shandong Qianfoshan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
"Tetapi gejalanya mulai semakin parah dan tak tertahankan. Karena keterbatasan rumah sakit setempat, kami memutuskan untuk membawanya ke Shandong untuk perawatan terbaik," lanjut dokter Zhang.
Dokter Zhang juga mengatakan bahwa pisau yang tertanam di kepala Duorjie ternyata telah mengakibatkan gangguan pada saraf.
Baca Juga: Baru Bebas 10 Hari, Napi Asimilasi Corona Dibunuh Tetangga karena Masalah Sepele
"Gejala neurologis Duorijie termasuk kehilangan penglihatan di mata kanannya, serta kelumpuhan hampir penuh di lengan dan kaki kirinya. Operasi penyelamatan dua bagian ini dirancang oleh kepala spesialis telinga, hidung dan mulut Rumah Sakit Shandong Qianfoshan, Wang Qiron dan wakil kepala Wang Baodong," kata dokter Zhang menjelaskan.
Sementara itu kepala dokter mata Dang Guanfu mengatakan, hasil CT scan dan rontgen menunjukkan bahwa pisau bersarang di rongga mata, dan telah menekan saraf optiknya.
Maka tidak mengherankan jika kepala ahli bedah saraf Liu Guangcun setuju bahwa pengangkatan merupakan satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan Duorijie.
Baca Juga: Ngeri! Viral Foto Korban Corona Dibakar Warga, Ini Kata Pemerintah Ekuador
Hingga pada akhirnya diputuskan bahwa Duorijie akan menjalani dua prosedur operasi pengangkatan yang dilakukan pada tanggal 2 dan 8 April 2020.
"Selama operasi dua jam, ahli bedah melepaskan pisau berkarat 10 sentimeter. Pada tanggal 8 April, ia menjalani operasi kedua untuk membersihkan lukanya," kata dokter Zhang mengenai proses operasi Duorijie.
Baca Juga: Upacara Pemakaman Sudah Siap, Keluarga Ini Malah Terima Jenazah Orang Tak Dikenal
Setelah menjalani dua prosedur operasi yang cukup berisiko itu, akhirnya Duorijie sudah pulih. Sakit kepalanya tidak hanya sembuh, tapi dia juga sudah bisa berjalan sendiri. Bahkan pengelihatan mata kanannya juga pulih.
Dourijie pun tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang begitu bahagia karena sakit kepala yang selama ini dideritanya telah sembuh.
"Sebelumnya ku tidak bisa tertawa, menguap atau bahkan batuk. Para dokter telah memberi saya kesempatan kedua dalam hidup dan mengakhiri mimpi buruk saya lebih dari 20 tahun," katanya.