Merinding! Ini Alasan di Balik Kemistisan pada Malam Satu Suro

Ini Dia Alasan di Balik Kemistisan Malam Satu Suro!
Ini Dia Alasan di Balik Kemistisan Malam Satu Suro! | www.merdeka.com

Begini sejarahnya malam satu Suro

Dalam kepercayaan masyarakat Indonesia, ada beberapa malam yang dianggap sakral dan kental dengan aura magis. Salah satu malam itu adalah malam satu Suro. Bahkan pada tanggal 1 Suro, masyarakat dihimbau untuk tidak berpergian jauh lantaran konon kecelakaan dapat menimpa. Misalnya saja kasus yang terjadi di tol Cipularang pada beberapa waktu yang lalu yang turut dihubung-hubungkan dengan tanggal 1 Suro ini.

Lantas, mengapa malam satu Suro dianggap seram dan mengerikan oleh sebagian masyarakat Indonesia? Berikut ini penjelasan singkatnya untuk kamu semua, seperti yang dilansir dari laman Aline.id.

1.

Sejarah malam satu Suro

Ini Dia Alasan di Balik Kemistisan Malam Satu Suro!
Sejarah malam satu Suro | www.alinea.id

Berdasarkan catatan Muhammad Sholikhin yang termuat dalam bukunya yang berjudul Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010), kata “Suro” merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab, yakni “asyura” yang bermakna “sepuluh”. Kata ini kemudian digunakan untuk menyebut tanggal 10 Muharram.

Namun, dalam lidah orang Jawa, kata ”assyura” lebih mudah digunakan dengan istilah “Suro” hingga akhirnya kata tersebut digunakan untuk menyebut kata “asyura”. Mulai dari sana, jadilah kata “Suro” sebagai penunjuk bulan pertama dalam kalender Islam maupun Jawa.

Baca juga: Ada di Indonesia, Ini 5 Tempat Ibadah yang Konon Sangat Angker

Istilah “Suro” sendiri pertama kali muncul pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung (1613-1645). Isdiana dalam skripsinya yang berjudul Tradisi Upacara Satu Suro dalam Perspektif Islam menyebutkan bahwa pada waktu itu, Sultan Agung ingin mengganti kalender Saka-yang mana sudah ada sejak zaman Hindu- menjadi kalender Jawa. Sebagai penganut Islam, Sultan Agung ingin menjadikan segala hal yang berkaitan dengan perilaku orang Jawa terikat pada nilai-nilai Islam.

Setelah mendapatkan perintah dari Sultan Agung, kalender Jawa pun dibuat dan dimulai dari tanggal 1 Suro tahun Alip 1555, tepatnya pada tanggal satu Muharram 1043 Hijriah. Kalender Jawa tersebut mulai secara resmi diberlakukan pada tanggal 8 Juli 1633.

2.

Makna bulan Suro

Ini Dia Alasan di Balik Kemistisan Malam Satu Suro!
Makna bulan Suro | bangunharjo.bantulkab.go.id

Wahyana Giri, penulis buku Sesajen dan Ritual Orang Jawa menyebutkan bahwa kalangan Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta memaknai bulan Suro sebagai bulan yang suci. Oleh sebab itu, orang-orang harus melakukan instropeksi dan mendekatkan diri dengan Tuhan pada bulan tersebut.

Baca juga: Misteri Codex Gigas yang Diyakini sebagai Kitab Suci Iblis!

Sementara itu, kalangan Keraton menggunakan momen bulan Suro sebagai momen untuk membersihkan diri dan upaya menghilangkan godaan hawa nafsu. Caranya adalah dengan mengadakan berbagai tradisi tirakat. Salah satunya adalah dengan menggelar selamatan khusus selama seminggu berturut-turut dan tidak boleh berhenti.

3.

Alasan malam satu Suro dianggap mistis

Ini Dia Alasan di Balik Kemistisan Malam Satu Suro!
Alasan malam satu Suro dianggap mistis | wow.tribunnews.com

Salah seorang staf pengajar jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran yang bernama Widyo Nugrahanto mengatakan bahwa tiap awal Suro, orang Jawa sering melakukan sejumlah hal yang oleh masyarakat zaman sekarang dianggap mistis. Misalnya kegiatan memandikan pusaka, seperti keris atau tombak.

Selain itu, ada pula sebagian yang menyambut tahun baru Jawa itu dengan mengadakan berbagai ritual, baik pribadi maupun umum. Ritual umum ini biasanya dimulai oleh pihak keraton. Hal itu sudah dilakukan sejak zaman pemerintahan Sultan Agung di Mataram.

Baca juga: Kisah Kelam Zaman Orba hingga Kapal Hantu, 5 Misteri Ini Populer Sampai Mancanegara

Menurut Anto, panggilan akrab Widyo Nugrahanto, ritual semacam itu sebenarnya dilakukan untuk menyambut tahun baru Jawa dan berbagai upacara adat yang dilakukan itu ditujukan untuk Sang Pencipta. Lanjutnya, banyak ritual yang sebenarnya ditujukan untuk penghomatan kepada Tuhan yang dianggap sebagai upacara hantu-hantuan.

Misalnya saja perihal kemenyan. Orang Jawa dulu menggunakan kemenyan atau hio sebagai pengharum ruangan atau sebagai penguat konsentrasi ketika bermeditasi. Namun, saat ini oleh masyarakat diasosiasikan dengan hal negatif, semisal alat pemanggil hantu.

“Masyarakat modern kan lebih berbudaya, yang sifatnya rasional. Sehingga, mereka memandang, hal-hal yang sifatnya kepercayaan lokal berhubungan dengan mistis, karena dianggap tidak rasional,” beber Anto.

“Semua yang berbau kepercayaan lokal dianggap seram dan mistis. Jadi, dibuatlah film. Agar laku, ya pasti pakai sesuatu yang dipercaya atau beredar di masyarakat,” sambungnya seperti yang dikutip dari Alinea.id.

Baca juga: Kisah Horor dari Rumah Sakit Paling Angker yang Ada di Indonesia

Padahal menurutnya, ritual di keraton merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya Jawa dengan Islam. Sultan Agung menjadi raja Jawa pertama yang berhasil memadukan kalender Jawa dengan kalender Islam sehingga muncullah budaya baru, salah satunya tercermin dalam berbagai kegiatan tiap tanggal 1 Suro.

Masyarakat zaman sekarang, menurutnya, telah berhasil digiring oleh sebuah opini yang menjadikan berbagai ritual yang dilakukan pada satu Suro sebagai ritual mistis dan sesat. Hal itulah yang membuat malam satu Suro kini dianggap sebagai malam yang penuh dengan nuansa mistis yang menyeramkan.

Artikel Lainnya

Itu dia ulasan singkat tentang sebab musabab malam satu Suro dianggap sebagai waktu yang mengerikan dan penuh dengan nuansa mistis. Semoga menambah pengetahuan kamu, ya!

Tags :