Belajarlah dari Jepang! Menteri Ini Minta Maaf di Depan Umum Karena Terlambat Rapat 3 Menit
30 Januari 2021 by Ardina BarataManteri ini sebelumnya sudah terkenal dengan pendapatnya yang kontroversional
Jepang adalah sebuah negara yang dikenal dengan ketertiban untuk masalah waktu. Selain itu kedisplinan menjadi hal penting di sana dan sudah biasa saat orang bercerita tentang Jepang. Sepertinya kita bisa belajar lebih banyak tentang hal itu di negeri Sakura.
Misalnya baru-baru ini ada menteri Jepang yang sampai meminta maaf karena terlambat 3 menit untuk menghadiri rapat. Coba bayangkan hal itu terjadi di Indonesia, tentu rakyat akan semakin percaya dengan kinerja orang-orang penting dalam pemerintahan itu.
Di Indonesia sendiri, banyak yang tertangkap kamera sedang tertidur saat rapat di DPR. Belum lagi para koruptor yang tidak malu mengenakan rompi warna orange. Sungguh miris, bukan?
Walaupun sebenarnya Menteri Olimpiade Jepang Yoshitaka Sakurada ini dipandang kontroversial sebelumnya, dia masih mau meminta maaf secara publik atas tindakan-tindakannya yang keliru seperti ketidaktepatan waktu dalam menghadiri rapat yang tentunya itu mencakup kepentingan hidup orang banyak.
Padahal dia hanya terlambat tiga menit, bayangkan di Indonesia jam karet pun masih terus mengaret. Jangankan tiga menit, menunggu satu jam saja sudah hal biasa.
Akibat keterlambatannya itu kelompok oposisi sampai menyebut sikapnya tak menghormati institusinya. Sungguh keras di sana. Bahkan, sempat melakukan boikot hingga pada akhirnya rapat pembahasan anggaran sampai tertunda selama lima jam.
Kontroversi-kontroversi menteri berusia 69 tahun itu dikritisi oleh para politikus. Hal itu karena tidak lepas dari serangkaian blunder saat memberi komentar. Pernah terlontar dari mulutnya pekan lalu, Sakurada merasa kecewa setelah Rikako Ikee yang merupakan bintang renang Jepang didiagnosis terkena leukemia.
Dilansir dari Kompas.com, Sakurada mengungkapkan bahwa Ikee adalah andalan Jepang untuk meraup emas saat Olimpiade Tokyo yang diselenggarakan tahun 2020.
"Saya sangat kecewa. Sebab kami berekspektasi besarnya kepadanya," ucapnya.
Akhirnya dia pun dibanjiri kritikan dan kemudian dia meminta maaf atas kata-katanya itu. Tidak hanya itu saja, pada 2016, menteri tersebut juga menyinggung tentang jugun ianfu (wanita penghibur).
Sakurada menyebut bahwa para perempuan yang dipaksa untuk memberi layanan seksual pada Perang Dunia II kepada tentara Jepang tersebut merupakan PSK yang profesional. Bahkan baru-baru ini dirilis oleh harian Asahi Shimbun awal pekan ini, 65 persen responden merasa bahwa Sakurada tidak cocok dengan pekerjaannya saat ini.
Walaupun memang banyak yang mencoba mencari-cari kesalahannya. Dia juga pernah mengungkapkan pernyataan unik kalau tidak pernah menggunakan komputer.