Mau Beli Kendaraan Secara Kredit? Baca Kisahnya Dulu, Agar Tidak Menyesal!

Ilustrasi | Xevathethao.vn

Jauhin kredit, dekatin jodoh!

Untuk membeli sesuatu produk yang kamu inginkan, biasanya ada dua metode pembayaran yang bisa digunakan, yaitu secara tunai (cash) atau kredit. Pembayaran ini punya kelebihan dan kelemahan masing-masing, apalagi kalau harga produknya mahal. Membeli barang secara tunai hanya cocok dilakukan kalau harga produk masih di bawah Rp 500 ribu.

Kalau harga barang udah di atas itu, apalagi udah sampe jutaan rupiah, tentu saja kamu harus membawa uang banyak. Hal ini rentan terhadap pencurian sehingga kamu harus ekstra waspada. Sementara, membeli barang secara kredit artinya kamu membeli dengan berutang kepada pihak bank. Kelebihannya, kamu bisa membayar dengan mencicil. Kelemahannya, kamu juga harus membayar bunganya.

Ilustrasi | Indomoto.com

Nah, pembayaran bunga inilah yang biasanya bikin nyesek, soalnya pembayaran bunga seringkali lebih besar dari biaya pinjaman pokok, apalagi kalau dibayar dalam jangka waktu lama. Misalnya, membeli kendaraan atau membayar kredit rumah yang butuh tahunan untuk melunasinya. Membayar dengan kredit artinya kamu mengeluarkan biaya lebih banyak daripada membayar dengan tunai.

Jadi, sebelum kamu memutuskan untuk membeli sesuatu secara kredit, lebih baik baca dulu kisah seorang bos dengan karyawannya berikut ini. Suatu hari, seorang karyawan yang disebut Rin menghadap bosnya untuk membuatkan slip gaji, tapi nilainya agak dinaikkan. Hal ini membuat bosnya penasaran dan bertanya alasan kenapa dia hendak melakukan hal tersebut.

Usut punya usut, rupanya Rin ingin mengajukan kredit motor, jadi dia minta slip gajinya dinaikkan supaya kredit motor tersebut diterima. Akhirnya, bosnya mengambil selembar kertas dan mengajarkan sedikit hitung-hitungan kepada Rin mengenai bahayanya membeli sesuatu secara kredit. Rin menuturkan bahwa dia ingin membeli sebuah motor Va**o matic dengan harta Rp 17 juta.

"Oke, ini motor harganya 17 juta. DP 2 juta. Ya kan?" Tanya si bos. "Mau ambil angsuran berapa tahun?"

"3 tahun Mas. Sesuai dengan gaji saya." jawan Rin.

"Berarti yang 800rb ya?"

"Sekarang hitung, 800.000 x 36 bulan berapa?"

"28.800.000 Mas"

"Tambah DP 2 juta...?"

"30.800.000 Mas"

Ilustrasi | prokal.com

Jadi, harga Rp 30 juta itu adalah total harga yang harus dibayarkan jika ingin membeli sebuah motor secara kredit. Padahal, harga barang sebenarnya adalah Rp 17 juta. Ada selisih hingga Rp 13 juta yang jumlahnya cukup besar. Nambah Rp 4 juta doang, udah bisa beli dua motor yang sama. Kemudian, bosnya juga mengajarkan mengenai penurunan nilai sebuah barang.

"Trus saya tanya nih. Misal kamu bayar lancar. Trus 3 tahun ke depan motor itu jadi milik kamu. Kira kira kalo kamu jual, itu motor paling tinggi bisa laku berapa?"

"Mungkin sekitar 7 - 8 Mas"

"Oke, kita anggap 7 juta ya. Padahal harga motormu 17 juta kan? Berarti kamu juga mesti perhitungkan kerugian akibat penyusutan nilai barang itu kan?" Kata saya. Rin terdiam dan mulai berpikir keras.

"Dari selisih nilai cash dan kredit tadi, kamu sudah rugi 13 juta, sekarang ditambah lagi 10 juta dari penyusutan barang. Total kerugian sudah 23 juta. Nah, kamu mau bayar 30.800.000 untuk sebuah barang yang nilainya 7 juta saat barang itu sah menjadi milik kamu?"

"Enggak Mas...!"

"Masih mau saya buatkan slip gaji fiktif?"

"Enggak Mas... Permisi Mas..." Jawab Rin sambil berlalu.

3 hari setelah gajian, Rin datang ke kantor dengan mengendarai sebuah motor. Tapi, bukan motor baru melainkan motor bekas. Setelah mendapat pencerahan dari bosnya, Rin akhirnya memutuskan untuk membeli motor bekas dengan harga Rp 3,5 juta yang dibayar secara tunai. Nggak pake berutang ke bank, dan tidak pakai riba. Dia juga lebih tenang karena bisa berhemat banyak.

Itulah ngerinya membeli sesuatu secara kredit. Memang, di awal terlihat mudah karena kita bisa membeli sesuatu cukup dengan membayar DP dan mencicil tiap bulan. Kita juga bisa memenuhi tuntutan gaya hidup kekinian. Padahal, kalau dilihat secara garis besar, membeli sesuatu pakai utang begitu mengerikan. Kamu "dipaksa" membayar sesuatu secara lebih mahal dari seharusnya.

Ilustrasi | kontan.co.id

Nggak perlu deh merasa iri hati melihat teman atau tetangga punya barang-barang baru, dan ingin memiliki benda yang sama juga dengan menghalalkan segala cara. Jangan mendahulukan keinginan di atas kebutuhan. Tinjau dulu kemampuan keuanganmu. Kalau pengen membeli sesuatu yang rada mahal, mending nabung dulu supaya bisa membeli secara cash.

Jangan menjadikan utang sebagai solusi untuk memenuhi gaya hidupmu karena bahayanya bakal terasa setelah beberapa lama. Kalau kamu punya cerita lainnya seputar utang dan kredit, ceritain di kolom komentar, ya.

Tags :