Dibuat Demi Menjaga Bumi, Ini Kisah 'Tembok' Besar Hijau di Afrika
27 Maret 2021 by Muchamad Dikdik R. AripiantoTembok besar hijau demi peradaban dunia yang lebih baik
Dari tujuh kejaiban dunia, satu di antaranya adalah Tembok Besar Cina. Tembok terpanjang yang pernah dibuat manusia itu dibangun pada zaman Dinasti Han. Kala itu, tembok tersebut difungsikan sebagai benteng pertahanan untuk melindungi kekaisaran Cina dari musuh abadi mereka, pasukan Mongolia.
Pada tahun 1987, Tembok Besar Cina kemudian terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Kini, Afrika perlahan tengah 'membangun' sebuah tembok yang ditaksir tak kalah krusial dari tembok yang pernah dibuat Cina.
Tidak seperti Tembok Cina yang dibuat hanya demi melindungi sebuah kekaisaran, 'tembok' Afrika diniatkan untuk melindungi seluruh kehidupan dunia. Tembok itu dinamai, Tembok Raya Hijau, atau Great Green Wall (GGW).
Dilansir dari Bright Side, kabarnya tembok yang tengah dibangun di Afrika itu akan menjadi keajaiban dunia selanjutnya. Tembok semacam apa yang tengah mereka bangun?
Baca juga: 5 Lokasi Mengerikan yang Ada di Jepang
Program pembangunan GGW Afrika secara resmi dideklarasikan pada tahun 2007 oleh Uni Afrika. Pembangunan 'tembok' ini merupakan gerakan besar-besaran, mencakup lebih dari 20 negara di benua itu, dan akan langsung membentang melintas sejumlah negara.
Pembangunan ini adalah bagian dari persiapan 'perang' yang akan dihadapi tidak hanya oleh Afrika, tapi seluruh dunia. Yakni, sebuah peperangan melawan kerusakan iklim, kerusakan lingkungan, lonjakan populasi, degradasi lahan, krisis air dan pangan, kemiskinan, serta kelaparan.
Namun, GGW Afrika berbeda dengan Tembok Cina. Ia tidak dibangun dari sekian juta ton material bebatuan dan tebangan berjuta-juta pohon, tapi GGW Afrika membentangkan jutaan barisan pohon dari aneka ragam tanaman.
Baca juga: Fenomena Alam Misterius yang Terekam Lensa Kamera
Sebagaian besar dataran benua Afrika yang selama ini kita ketahui sebagai wilayah 'cokelat' yang gersang dan tandus, akan disulap menjadi sebuah benua hijau yang subur.
GGW Afrika adalah semacam gerakan penghijauan raksasa. GGW adalah proyek jangka panjang. Diperkirakan membutuhkan lebih dari satu dekade untuk menyelesaikannya.
Dalam laporan Bright Side, kabarnya GGW Afrika diusulkan pertama kali oleh rimbawan dan aktivis Inggris, Richard St. Barbe Baker. Pada tahun 2007 proyek ini mulai benar-benar dijalankan.
Baca juga: Seorang Istri Rela Kepalanya Terpenggal Demi Atraksi Sang Suami
Sejauh ini, 40 juta hektar lahan kosong telah dihidupkan kembali dan memberikan tambahan 500.000 ton biji-bijian per tahun yang cukup untuk memberi makan 2,5 juta orang.
Jika proyek ini terus berkembang, GGW akan menawarkan garis hidup bagi beberapa daerah termiskin di Afrika sekaligus menghidupkan kembali kehidupan di gurun pasir. Tembok Besar Hijau diperkirakan akan mencapai 1.927.421.975 miliar hektar dan merupakan rumah bagi 232 juta orang.
GGW ditargetkan akan rampung pada 2030. Untuk mencapai tujuan itu, 10 juta hektar perlu dipulihkan setiap tahunnya. Setelah selesai, Tembok Raya Hijau akan menjadi struktur hidup terbesar di planet ini dan membangun dunia yang lebih baik untuk generasi baru. Great Green Wall ditakdirkan untuk menjadi keajaiban kedelapan dunia.
Dalam situr resminya, Greatgreenwall.org, Tembok Raya Hijau berambisi untuk menjadi solusi bagi ancaman mendesak yang tidak hanya terjadi di Benua Afrika, tetapi komunitas global secara keseluruhan, yakni perubahan iklim, kekeringan, kelaparan, konflik dan migrasi.
Tembok Raya Hijau dibentang bukan hanya untuk kepentingan dan kebanggaan Afrika semata. Ini adalah simbol global bagi umat manusia untuk mengatasi dampak dari kerusakan lingkungan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.