Fotonya Mendunia, Ini Cerita Mahasiswi Muslim Asal Semarang Saat Salaman dengan Paus Fransiskus

Berbincang dan bersalaman dengan Paus Fransiskus | www.voaindonesia.com

Kisah mahasiswi Muslim terima beasiswa di Vatikan hingga bersalaman dengan Paus Fransiskus.

Foto-foto mahasiswi Muslim asal Semarang mendadak mendunia setelah bersalaman dengan Paus Fransiskus. Orang itu adalah Dewi Praswida yang saat itu mendapat beasiswa Nostra Aeteta Foundation di Vatikan. Dewi sendiri tak menyangka bahwa ia bisa bertemu dan bersalaman dengan pemimpin Gereja Katholik sedunia tersebut.

Dewi yang sudah lama belajar tentang toleransi antar umat beragama dalam komunitas Gusdurian, mempunyai impian membawa pesan damai antar umat beragama khususnya masyarakat Indonesia.

Namun tampaknya foto-foto saat Dewi bersalaman dengan Paus Fransiskus menimbulkan pro-kontra. Banyak orang yang mengkritik Dewi karena bersalaman dengan yang bukan muhrim hingga menaruh curiga pada Dewi bahwa ia telah dikristenisasi.

1.

Tak menyangka bisa bertemu Paus Fransiskus

Sempat berbincang dengan Paus Fransiskus | www.voaindonesia.com

Dilansir dari VOA Indonesia, tahun 2018 Dewi pernah bersalaman dengan Paus Fransiskus dalam sebuah pertemuan orang muda sedunia di Vatikan. Pada tahun 2019, Dewi kembali bertemu dengan Paus usai menyelesaikan program beasiswa Nostra Aeteta Foundation beberapa waktu lalu.

“Saya presentasi terakhir di Dewan Kepausan Untuk Dialog Lintas Agama hari Selasa (25/6), ini bagian tugas akhir masa studi saya. Hingga setelah makan siang, tiket untuk bertemu Paus belum juga dikirim ke kantor Dewan Kepausan. Karena selepas makan siang dan kantor tutup jam 5 maka harapan bertemu Paus sangat sedikit. Jadi setelah makan siang, saya putuskan pulang naik bis, eh ternyata di tengah perjalanan Romo Markus WA saya bahwa tiketnya datang. Saya bersyukur sekali,” ujar Dewi dalam wawancara dengan VOA.

Dewi merasa beruntung bisa bertemu kembali dengan Paus bahkan sempat berbincang singkat. Sebelumnya Dewi sudah menghafal apa yang akan disampaikannya saat bertemu Paus dalam bahasa Itali.

Namun karena gugup dan terkesima, Dewi hanya berbincang singkat dengan memperkenalkan dirinya sebagai umat Muslim dari Indonesia dan meminta Paus untuk mendoakan perdamaian di Indonesia.

“Saya Dewi, Muslim dari Indonesia, tolong doakan saya dan perdamaian di Indonesia,” kata Dewi saat itu.

“Ya tentu saya doakan,” jawab Paus pelan-pelan dalam bahasa Inggris.

Para wartawan sempat mengabadikan momen Dewi saat bersalaman dengan Paus. Foto-foto menyentuh tersebut tak disangka bisa mendunia.

Baca juga: Sportif dan Terbuka, Paus Fransiskus Akui Ada Praktik Perbudakan Seks yang Dilakukan Pastur

2.

Tertarik mempelajari studi lintas agama

berteman dengan umat Katholik | www.voaindonesia.com

Setelah menyelesaikan Strata satu di Universitas Semarang, kini Dewi melanjutkan S2 di Unika Soegijapranata. Ketertarikannya terhadap studi lintas agama mengantarkan Dewi mendapat beasiswa di Vatikan.

Selama 6 bulan di Vatikan, Dewi bertemu dengan berbagai pemeluk agama dari seluruh dunia dan menghadiri kelas-kelas dialog lintas agama.

“Beasiswa itu fokus untuk dialog lintas agama, tetapi kita diberi keleluasaan untuk mengambil mata kuliah tersendiri. Saya memilih mata kuliah seperti Sejarah Agama-agama Besar Dunia, Theology in Contrast – yang mempelajari perbedaan pandangan melihat satu peristiwa dari agama berbeda, misalnya soal turunnya wahyu yang dikaji dari sudut pandang Islam dan Kristen. Ini menarik bagi saya dan banyak hal baru yang saya pelajari. Karena difasilitasi oleh pemberi beasiswa dan di sana itu pusat Katholik dunia, maka saya juga tertarik ambil mata kuliah yang berkaitan dengan keKhatolikan. Saya ingin sekali mengetahui persis pandangan mereka sehingga dapat menepis kecurigaan yang sering ada dari masing-masing kalangan,” ujar Dewi.

Dewi mengambil kelas Theology in Contrast yang mana seluruh peserta adalah seorang pastur dan suster. Meskipun satu-satunya orang Muslim di kelas tersebut, Dewi mengaku mendapat perlakuan yang sangat baik. Bahkan saat ini pastur dan suster-suster tersebut menjadi teman dekatnya.

3.

Tak luput dari kritikan masyarakat

Dewi saat bersama Romo Markus | www.voaindonesia.com

Isu-isu studi lintas agama memang masih sangat sensitif di Indonesia. Dewi pun tak luput dari kritikan masyarakat. Banyak orang yang menaruh curiga bahwa Dewi telah dikristenisasi.

Ada pula yang mengkritik Dewi bersalaman dengan yang bukan muhrimnya. Namun daripada menanggapi kritikan tersebut satu per satu, Dewi lebih memilih diam.

“Saya sebenarnya ingin meluruskan mereka, menjawab hal itu dengan apa yang saya tahu dan pelajari. Tapi saya tidak ingin bertengkar dengan teman karena bisa jadi perselisihan panjang, mereka lebih ngeyel. Saya tidak ingin begitu, jadi saya biarkan saja. (Dalam konteks itu, bagaimana kita bisa menjadi jembatan dan membangun dialog ketika tahu persis pandangan kita bakal memicu perdebatan panjang?),” ucap Dewi.

“Saya tunjukkan saja bahwa pertemanan saya dengan orang Kristen atau agama apa pun, tidak akan menggoyahkan keimanan saya pada Islam. Menurut saya dengan menunjukkan hal itu jauh lebih efektif dibanding saya berusaha menjelaskan panjang lebar dan akhirnya berujung jadi perselisihan. Dengan demikian kita bisa menunjukkan bahwa perbedaan iman bukan sekat untuk bersaudara,” tutup Dewi.

Dewi juga berharap untuk bangsa Indonesia supaya selalu menjaga toleransi antar umat beragama. Dan juga menghindari perbuatan-perbuatan yang memicu perpecahan.

Artikel Lainnya

Pola pikir Dewi dalam menyikapi perbedaan patut dijadikan contoh oleh masyarakat Indonesia. Berteman dan berdiskusi dengan pemeluk agama lain lantas tak akan membuat keimanan seseorang goyah.

Tampaknya dialog-dialog lintas agama bisa lebih sering diadakan di Indonesia, supaya masyarakat bisa semakin menjunjung tinggi toleransi antar pemeluk agama.

Tags :