Kemunculan Oarfish Disebut Pertanda Tsunami, Kenapa sih Kita Hobi Percaya Mitos?

Bencana alam | www.greeners.co

Mengapa sih hobi sekali percaya mitos??

Kemunculan ikan oarfish yang merupakan jenis ikan laut dalam di Selayar beberapa waktu lalu menggemparkan masyarakat. Oarfish sepanjang hampir 4 meter ini ditangkap di permukaan air oleh seorang nelayan yang sedang melaut.

Konon, menurut mitos orang Jepang yang juga dipercaya masyarakat Indonesia ini, kemunculan oarfish menjadi pertanda terjadinya gempa bumi besar.

Penelitian telah memastikan mitos tersebut tidak benar. Naiknya oarfish ke permukaan dilatarbelakangi berbagai faktor salah satunya adalah oarfish yang mengikuti arus yang lebih dingin hingga naik ke permukaan.

Namun tetap saja banyak yang percaya dengan mitos tersebut meski secara ilmiah sama sekali tidak benar. Mengapa demikian?

1.

Mitos mengakar kuat di kehidupan masyarakat Indonesia

Bencana alam | bangka.tribunnews.com

Sejak lahir, sebagai orang pribumi kita selalu erat dengan hal-hal berbau mitos. Tak heran, mitos sudah mengakar kuat di kehidupan masyarakat Indonesia. Mempercayai mitos adalah hal yang biasa dan menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Hal ini pernah dituliskan Mochtar Lubis dalam buku Manusia Indonesia.

Baca Juga: Ulama Aceh Larang Ucapan Salam Pada Non-Muslim, Ini Penjelasan Fatwanya

Salah satu sifat dasar manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis adalah percaya Takhayul atau yang biasa disebut mitos. Dilansir dari Lsfcogito.org, Selasa (2/12/15), betapa luar biasa masyarakat Indonesia yang religius namun bisa berdampingan dengan mitos-mitos. Entah ini sifat yang buruk ataupun baik.

Bukankah hebat saat rakyat Indonesia mampu menjalankan solat 5 waktu namun juga menyiapkan sesajen pada malam jumat kliwon atau hari-hari tertentu?

Saya setuju dengan pendapat Mochtar lubis bahwa manusia Indonesia hidup berdampingan dengan mitos. Di era seperti saat ini di mana radikalisme digembor-gemborkan mengancam persatuan bangsa, di era yang apapun selalu dikaitkan dengan musyrik dan kafir, namun tanpa disadari mitos masih hidup subur di Indonesia. Agak lucu tapi benar adanya.

2.

Mitos-mitos pertanda bencana alam

Bencana alam | www.greeners.co

Mitos memang tak bisa dijauhkan dari kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah mitos-mitos datangnya bencana alam. Hidup di negara Ring of Fire atau rawan bencana seperti Indonesia membuat masyarakat diharapkan selalu waspada setiap kali bencana datang.

Hadirnya Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) tampaknya bagi masyarakat Indonesia tak pernah cukup untuk menjadi peringatan datangnya bencana alam. Manusia Indonesia butuh sesuatu yang tak bisa dijangkau nalar. Untuk itu, mitos-mitos bencana alam masih dipercayai sampai saat ini.

Baca Juga: FPI Ogah Bocorkan Rahasia Cara Temukan Kondom Bekas DWP!

Kemunculan oarfish hanyalah satu dari banyaknya mitos bencana alam yang hidup di masyarakat Indonesia yang disebut sebagai pertanda gempa. Gempa bumi adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Ancaman pergerakan lempeng-lempeng yang mengelilingi Indonesia ini kerap membuat masyarakat ketakutan dan panik.

Salah satu mitos yang kerap dihubungkan dengan gempa bumi adalah munculnya awan yang katanya berbentuk tak lazim. Awan ini biasanya dijuluki sebagai awan gempa. Kemunculan awan tak lazim yang berbentuk garis ini pernah muncul di Yogyakarta pada tahun 2006 silam. Saat itu masyarakat percaya bahwa penampakan awan tersebut adalah pertanda bencana alam.

Benar saja, 3 minggu kemudian terjadi gempa besar di Yogyakarta hingga memakan banyak korban jiwa. Tapi apakah gempa yang terjadi ini menjadi pembenaran munculnya awan-awan dengan bentuk aneh sebagai pertanda bencana alam?

Ternyata awan tersebut hanyalah sebuah fenomena langit biasa yang kebetulan setelahnya terjadi gempa besar. Awan serupa kembali muncul di Bandung pada bulan Agustus lalu dan berhasil membuat warga Bandung dan sekitarnya geger. Setelahnya, tak terbukti gempa besar terjadi di Bandung.

Selain kemunculan awan dengan bentuk tak lazim, masih banyak mitos pertanda bencana alam lainnya yang hidup di masyarakat. Di antaranya adalah ayam kampung yang tak mau bertelur dalam waktu yang lama, sekawanan burung laut yang terbang rendah menuju daratan, petir di hari yang cerah, hewan laut atau yang terdampar di pantai, hingga kumpulan semut yang berjalan beriringan menjauh dari habitatnya. Sampai saat ini mitos-mitos tersebut tak terbukti secara ilmiah namun masih saja kita percaya.

Baca Juga: Dua Wajah Jakarta: Beri Penghargaan Diskotek Hingga Jadi Calon Wisata Terbesar Umat?

3.

Kesampingkan kajian ilmiah bencana alam

Bencana alam | bangka.tribunnews.com

Kosmologi pikiran masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat Jawa tak bisa dilepaskan dari mitos. Di zaman kerajaan dahulu, bencana alam adalah sebuah pertanda dari lahirnya pemimpin besar. Berbeda dengan saat ini, mitos lah yang justru dipercayai sebagai pertanda bencana alam.

Setiap kali muncul mitos pertanda bencana besar, masyarakat akan cenderung percaya dengan mitos tersebut. Parahnya di zaman sekarang, manusia yang telah hidup berdampingan dengan teknologi canggih seperti smartphone justru disalahgunakan untuk menyebarkan mitos yang belum tentu benar. Tentu saja dampaknya sangat besar yang bisa membuat masyarakat khawatir.

Seperti yang terjadi di Ambon beberapa waktu lalu setelah diguncang gempa besar. Setelah gempa terjadi, masyarakat Ambon enggan kembali ke rumah karena banyak tersebar kabar akan terjadi tsunami besar dan gempa susulan. Akibatnya, masyarakat Ambon lebih memilih tinggal di bukit atau pengungsian.

Salah satu penyebab menumpuknya pengungsi di Ambon adalah maraknya hoax yang tersebar dengan cepat dan mudahnya melalui aplikasi chat. Hoax ini biasanya dibumbui dengan mitos-mitos yang menjadi pertanda gempa besar.

Baca Juga: Anies Izinkan DWP dan Dukung Diskotek, FPI: Kami Sarankan Konsultasi ke Alim Ulama!

Mitos terdamparnya ikan dan hewan laut lainnya hingga gambaran dari orang “pintar” yang percaya di Ambon akan terjadi banjir air mata karena tsunami ini tentu saja membuat masyarakat Ambon semakin panik. Perpaduan hoax dan mitos inilah yang membuat masyarakat semakin percaya akan terjadi bencana alam besar.

Dilansir dari Detik.com, Jumat (27/12/19), Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly meluruskan soal adanya isu akan terjadi gempa besar dan tsunami di wilayah Ambon, Teluk Piru dan Saparua. Dia meminta masyarakat tidak percaya karena itu hanya kabar bohong belaka.

Mereka para pengungsi tetap saja tak mempercayai pernyataan BMKG. Mereka akan cenderung takut dengan kemunculan hoax yang tersebar. Dan adanya mitos-mitos yang kebetulan muncul dijadikan sebagai bumbu hoax dan pelarian sekaligus pembenaran bahwa bencana itu akan terjadi.

Hal ini tak hanya terjadi di Ambon namun juga di daerah lain di Indonesia setiap kali usai terjadi bencana alam. Kepanikan masyarakat ini saat tak menemukan pembenaran atau verifikasi dari kajian ilmiah BMKG, manusia Indonesia akan cenderung berlari ke mitos agar merasa puas. Entah mengapa.

4.

Memang kalau percaya mitos, apa dampaknya?

Ilustrasi gunung meletus | news.okezone.com

Jika dipikir-pikir, munculnya pertanda bencana alam yang dipercayai masyarakat meski belum tentu benar ini ada dampak positifnya juga. Sudah seharusnya sebagai warga yang tinggal di daerah rawan bencana harus memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk mengantisipasi datangnya bencana kapan pun.

Terlebih gempa bumi yang sampai saat ini belum ada alat yang bisa mendeteksi datangnya gempa bumi. Dengan munculnya mitos pertanda bencana alam, masyarakat bisa lebih waspada untuk menghadapi bencana alam.

Tapi dibanding dengan manfaat percaya hal-hal yang belum bisa dibuktikan, mitos pertanda bencana alam ini jauh lebih banyak mudharatnya. Bagaimana tidak? Di zaman yang dibanjiri hoax ini semakin mempermudah membuat masyarakat menjadi panik dan khawatir. Cukup sangkutpautkan saja kabar bohong dengan mitos pertanda bencana alam. Otomatis masyarakat akan dibuat heboh dan khawatir dengan kabar tersebut.

Baca Juga: Berubah Total, Kebijakan Ekspor Lobster Bakal "Dihapus" Sepengganti Susi!

Kita harus belajar dari negara Jepang. Meskipun masyarakat Jepang ini masih menjunjung tinggi cerita rakyat maupun legenda, masyarakat jepang lebih percaya dengan pemerintah terkait peringatan bencana. Dengan percaya terhadap kajian ilmiah yang dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga khusus pengkaji bencana alam, masyarakat Jepang tak akan mudah panik dan menghadapi bencana alam dengan sebaik-baiknya dan penuh kesiapan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.

Artikel Lainnya

Boleh dibilang di Indonesia saat ini marak orang-orang yang lebih relijius dengan mendalami agama. Namun tetap saja, masalah bencana alam harus selalu dihubungkan dengan mitos.

Padahal kata sobat gurun percaya mitos itu syirik lho. Percaya mitos boleh-boleh saja, asal jangan sampai membuat khawatir apalagi dibesar-besarkan. Tapi yang lebih tak menyenangkan dari percaya mitos adalah bencana alam di Indonesia yang sering dikaitkan karena memiliki pemimpin kafir. Lebih tak masuk akal!

Tags :