Pilu! Ayah Di-PHK Gara-gara Corona, Keluarga di Solo Bersama Balitanya Tinggal di Becak

Pilu! Ayah Di-PHK Gara-gara Corona, Keluarga di Solo Bersama Balitanya Tinggal di Becak
Pilu! Ayah Di-PHK Gara-gara Corona, Keluarga di Solo Bersama Balitanya Tinggal di Becak | www.instagram.com

Sempat berpikir untuk pulang kampung, tapi menunggu masa karantina usai.

Tidak diragukan lagi banyak orang hidupnya berubah semenjak wabah COVID-19, termasuk kehidupan keluarga yang satu ini. Dul Rohmat (30) beserta istri, Fatimah (33) dan anaknya yang masih berusia 13 bulan bernama Dafa, sekarang terpaksa harus tidur di becak setiap hari.

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (6/5/2020), warga asal Desa Asemrundung, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah tersebut sudah menjalani kehidupan seperti itu selama satu bulan. Semenjak kehilangan pekerjaannya, Dul Rohmat dan keluarga mulai hidup menggelandang dan sering berpindah tempat.

Meski begitu, mereka sering berada di kawasan Jalan Adi Sucipto Karangasem, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah. Kawasan tersebut mereka pilih sebagai tempat tinggal sementara karena nyaman dan tidak banyak nyamuk, sehingga anak semata wayangnya itu bisa tidur dengan nyenyak di becak.

Pilu! Ayah Di-PHK Gara-gara Corona, Keluarga di Solo Bersama Balitanya Tinggal di Becak
Pilu! Ayah Di-PHK Gara-gara Corona, Keluarga di Solo Bersama Balitanya Tinggal di Becak | media.suara.com

Jika cuaca hujan, mereka akan berpindah ke tempat yang lebih aman dan teduh agar, Dafa, putra Dul Rohmat yang masih bayi tidak kehujanan. Untuk bisa makan, mereka masih mengandalkan kedermawanan orang lain.

Baca Juga: Gokil! Koleksi 700-an Trofi, Gadis Cilik di Sragen Sudah Jadi Guru di Sekolahnya

Pernah suatu ketika, mereka terlihat sedang berada di depan kantor DPRD Solo. Di sana mereka sedang menunggu para dermawan memberikan takjil berbuka puasa.

"Alhamdulillah, ada yang ngasih (makan). Entah dari mana, tahu-tahu datang ngasih makan. Kaya ini tadi tahu-tahu ada yang ngasih," kata istri Dul, Fatimah.

Perempuan yang akrab disapa Imah itu mengatakan bahwa dia dan suami meninggalkan kampung halaman karena di sana sulit untuk menemukan pekerjaan.

Baca Juga: Geger Suara Dentuman Misterius Hebohkan Beberapa Warga Jateng, Ini Kata BMKG!

"Di sana tidak ada pekerjaan. Karena tempatnya pelosok untuk cari uang tidak bisa. Bisanya di sawah. Kalau tidak panen ya tidak bisa dapat penghasilan," kata dia.

Dul dan keluarga kemudian memutuskan merantau ke Solo. Selain mengajak anak dan istrinya, Dul juga mengajak adiknya bernama Listiyowati (22).

Selama di Solo, mereka sempat tinggal di rumah di kawasan Jagalan, Kecamatan Jebres. Ada pun biaya sewa setiap bulannya sebesar Rp600 ribu.

Baca Juga: Viral Video Gadis Kecil Malam Hari Berdiri di Depan Sekolah Sambil Menangis, Faktanya Bikin Sedih

Karena biaya sewanya dirasa terlalu mahal, mereka memutuskan untuk pindah. Akhirnya mereka mendapat rumah kos dengan biaya sewa Rp400 ribu per bulan.

Baru beberapa bulan ditempati, Dul terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) dari tempat kerjanya akibat wabah COVID-19.

Pilu! Ayah Di-PHK Gara-gara Corona, Keluarga di Solo Bersama Balitanya Tinggal di Becak
Pilu! Ayah Di-PHK Gara-gara Corona, Keluarga di Solo Bersama Balitanya Tinggal di Becak | cdn2.tstatic.net

"Karena suami tidak kerja karena PHK ada virus corona tidak ada penghasilan. Uang sewa indekos juga tidak bisa bayar. Terpaksa sewa becak Rp5.000 per hari untuk tidur di jalan," ungkap Imah.

Sejak di-PHK, sampai saat ini Dul belum mendapatkan pekerjaan. Pernah suatu kali, suaminya ditawari pekerjaan oleh seorang kenalan. Namun karena masih berlangsung wabah corona, sampai sekarang belum mendapat kepastian kapan mulai kerja. Sementara ini mereka bertahan hidup mengandalkan sumbangan dari para dermawan.

Baca Juga: Meski Wabah Corona Melanda, Tak Surutkan Niat Siswa Ini untuk Cari Pahala kepada Sesama

"Kalau dapat sembako seperti beras, minyak gitu saya jual karena tidak bisa masak di jalan. Uangnya buat bayar sewa becak sama buat beli pampersnya adik. Penting peralatan adik tidak ada yang kurang," terang Imah.

"Kalau mi instan dan telur kita bisa minta dibuatkan di hik (angkringan) paling nambah uang berapa bisa buat makan. Terus kalau teh dan gula bisa buat minum sendiri karena punya termos berisi air panas," sambung dia.

Artikel Lainnya

Sebenarnya, Dul pernah berpikir untuk pulang ke kampung halamannya. Namun karena mendengar kabar bahwa pemudik yang pulang kampung harus menjalani isolasi mandiri 14 hari, Dul memutuskan untuk tidak pulang.

"Dulu mau pulang ke kampung. Denger kabar dikarantina selama 14 hari karena ada virus corona ini, terus takut mau pulang kampung," ucap Dul.

"Nanti kalau situasi sudah reda kalau kita punya rezeki lebih, Insya Allah kita pulang jenguk ibu," timpal Imah.

Tags :