Harta Karun! Karhutla Menyingkap Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Lama Tertimbun
08 Oktober 2019 by Muchamad Dikdik R. AripiantoMenguak harta karun peninggalan masa lalu di bekas karhutla
Api yang membakar hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, tidak hanya menerbangkan kepulan asap dan membumihanguskan ruang hidup bagi manusia, hewan, serta tumbuhan, namun juga berhasil menguak harta karun peninggalan kehidupan masa lalu yang selama ini masih tertimbun di lahan gambut.
Sejumlah benda bersejarah berupa perhiasan dan logam mulia ditemukan muncul di sejumlah titik di Kecamatan Cengal, Tulung Selapan dan Air Sugihan setelah kebarakan karhutla di tiga daerah itu padam.
Diduga benda-benda bersejarah yang muncul di lahan bekas kebakaran itu berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang.
Dilansir dari CNN Indonesia (03/09/2019), Retno Purwanti, arkeolog dari Badan Arkeologi Sumatera Selatan, menyebutkan sejumlah 'harta karun' masa lalu, seperti perhiasan emas kuno, berupa kalung mata kucing buatan Mesir dan negara Indopasifik ditemukan di wilayah itu.
Baca juga: Kisah Kelam Zaman Orba hingga Kapal Hantu, 5 Misteri Ini Populer Sampai Mancanegara
Kalau dilihat dari ukiran dan bentuknya, emas itu buatan zaman Kedatuan Sriwijaya abad 9 hingga 14," ujar Retno, Kamis (3/10).
Selain perhiasaan, ada pula artefak kelengkapan kapal, seperti kemudi, papan, serta dayung. Penemuan artefak kapal menimbulkan dugaan bahwa kawasan pesisir timur Sumatera dulunya difungsikan sebagai kawasan perdagangan atau pelabuhan besar Kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang.
Penemuan ini bukan yang pertama kalinya, ketika karhutla paling parah terjadi di Ogan Ilir pada tahun 2015 lalu, sempat ditemukan pula beberapa benda bersejarah lainnya. Berdasarkan hasil identifikasi para arkeolog, peninggalan paling tua yang kala itu berhasil ditemukan di kawasan Karang Agung berasal dari abad ke-7.
Baca juga: Gokil! Sampah Plastik di Madura 'Disulap' Menjadi Solar
Sementara di Air Sugihan banyak ditemukan peninggalan kuno dari abad 9 hingga 12. Di kawasan Cengal ditemukan peninggalan kuno dari abad ke-12 hingga masa Kesultanan Palembang Darussalam. Dari sejumlah penemuan tersebut, diperkirakan terdapat pergeseran wilayah pusat perdagangan dari masa Sriwijaya ke Kesultanan Palembang.
Selain itu, Retno mencoba menghubungkan penemuan sungai-sungai tua di pesisir timur Sumatera, dengan temuan sejumlah peninggalan itu. Dugaan sementara, menurutnya, seluruh aktivitas perekonomian pada zaman itu mungkin dilakukan di atas air.
Semakin meluasnya kebakaran, kemungkinan besar bakal muncul peninggalan-peninggalan lainnya. Hal ini menyedot perhatian warga sekitar. Mereka pun berbondong 'menyerbu' wilayah bekas bakaran gambut untuk mencari 'harta karun' lainnya yang mungkin masih dianggap bernilai dan bisa ditemukan.
Namun, Retno menyayangkan perburuan benda bersejarah oleh warga tanpa dilaporkan terlebih dahulu kepada Balai Arkeologi.
"Kebanyakan warga disuruh kolektor atau pemburu harta karun dari Lampung. Karena benda bersejarah di Lampung sudah habis, mereka geser ke Sumsel. Warga ditawari harga yang cukup tinggi apabila menemukan benda-benda bersejarah itu," pungkasnya.
Hal itu juga dianggap akan menjadi hambatan bagi para peneliti dalam merangkai sejarah masa lampau di kawasan pesisir.