Hendak Rapid Test, Warga Satu Kampung Malah Banyak yang Melarikan Diri

Pelaksanaan Rapid Test oleh petugas di wilayah Serang
Pelaksanaan Rapid Test oleh petugas di wilayah Serang | banten.idntimes.com

Mereka takut tertular kalau alat yang dipakai test tidak steril!

Dalam rangka mengantisipasi penyebaran virus corona , pemerintah mulai mengadakan rapid test di beberapa daerah. Namun ternyata tanggapan masyarakat terhadap adanya rapid test secara masal malah sebaliknya, sebagian besar merasa takut dan khawatir sehingga memilih untuk menghindar.

Sebagaimana yang terjadi di Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, sebagian besar warga desa itu memilih kabur saat ada petugas Puskesmas Kecamatan Serang yang tengah melakukan rapir test masal di Kampung Ciloang, Kompleks Hegar Alam pada Kamis (25/6).

Baca Juga : Aneh! Jalani Rapid Test Corona, Pria di NTT Bingung Hasilnya Malah Positif Hamil

1.

Sudah dilakukan sosialisasi

Pelaksanaan Rapid Test oleh petugas di wilayah Serang
Sebagian warga kampung kabur gara-gara akan diadakan rapid test | banten.idntimes.com

Dilansir dari IDN Times (25/6/2020), menurut keterangan ketua RW 09, Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan Serang, Ma’ruf, ia dan pihak dari petugas kesehatan telah melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sejak Jumat lalu. Ma’ruf juga mengaku tidak mungkin memaksa warganya untuk melakukan rapid test.

Namanya juga masyarakat awam yah. Saya sudah arahin pada warga sudah sosialisasi sejak Jumat kemarin, saya juga bingung yah kenapa mereka pada kabur. Saya juga gak tahu mereka pergi ke mana, ada yang pergi ziarah ke Banten atau pergi ke pasar, jelas Ma’ruf

Kendati demikian, tetap ada warga yang datang untuk melakukan rapid test, ia menambahkan sudah ada puluhan warga yang juga sudah datang lagi.

Baca Juga : Hasil Rapid Test di Sukabumi, 300 Siswa Dinyatakan Positif Corona Bersamaan!

2.

Takut tertular Covid-19

Pelaksanaan Rapid Test oleh petugas di wilayah Serang
Sebagian warga kampung kabur gara-gara akan diadakan rapid test | banten.suara.com

Meski pihak RW telah mengatakan bahwa sudah diadakan sosialisasi, warga mengaku ketakutan dalam menghadapi rapid test lantaran belum adanya sosialisasi. Mereka juga takut jika sedang tes nanti lendir mereka akan diambil dari hidung, apalagi jika alat yang digunakan tidak steril.

“Namanya juga orang kampung yah, jadi harus jelas informasinya. Ini kan warga takut karena di medsos kan banyak video yang diambil lendirnya dari hidung. Dan alat kesehatannya juga belum tentu steril. Katanya itu dipakai beberapa kali. Nanti yang sehat malah ketular lagi, jelas salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Menurutnya, rapid test tidak diperlukan karena mereka baik-baik saja dan dalam keadaan sehat. Kekhawatiran juga muncul jika mereka melakukan rapid test, hasilnya malah positif karena mereka tertular dari yang terinfeksi Covid-19.

Sudah normal geh (segala) dites, kan pada sehat, yang ada setelah dites jadi ketular. Kemudian sakit. Jadi saya mah gak perlu dites-tes lah. Itu kan yang mau aja, lanjutnya.

Baca Juga : Heboh Perempuan Nekat Panjat Atap GOR Ciracas Karena Takut Rapid Test, Petugas Damkar Beraksi!

3.

Warga kabur ke gunung

Pelaksanaan Rapid Test oleh petugas di wilayah Serang
Ilustrasi rapid test | m.ayoyogya.com

Beberapa waktu lalu beredar video penolakan rapid test yang dilakukan oleh sejumlah tokoh agama di wilayah Serang. Hal itu mendorong warga Kampung Cori, Kelurahan Taktakan mengungsi ke perbukitan di sekitar kampung lantaran takut dirapid test.

Informasi tersebut dibenarkan oleh lurah Taktakan, Erlinawati yang mengatakan warganya banyak yang takut rapid test lantaran terlalu banyak menelan kabar hoaks seputar rapid test

Pemukiman warha tadi pagi jadi sunyi-senyap, warung pada tutup, yang lagi sakit stroke lumpuh dibawa ngungsi juga dari kemarin malam. Makanya kita buktikan, bahwa rapid test tidaklah membahayakan, terang Erlinawati pada Rabu (24/6) .

4.

Sarung tangan pertugas medis dianggap tularkan virus

Artikel Lainnya

Mengutip Kompas.com, dr Tinang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD, selaku Wakil Direktur Pendidikan dan Diklat sekaligus Jubir Satgas Covid-19 RS UNS, Solo, petugas kesehatan selalu mengganti sarung tangan saat melakukan rapid test.

Ia mengatakan bahwa petugas medis selalu mengganti sarung tangan, namun jika sedang menghadapi banyak pasien tidak efisien jika langsung ganti sarung tangan. Kendati demikian, ia menjamin para petugas medis pasti telah melakukan standar kebersihan yang sesuai.

Kalau satu pasien dengan pasien lain jedanya cukup panjang, kami istirahat dulu, kami lepas sarung tangan dan kita cuci tangan, ucapnya.

Tags :