Harga Cabai hingga Kentang Anjlok, Petani Buang Hasil Pertanian ke Jalanan. Begini Solusinya dari Pak Dirjen!
30 Januari 2019 by Muhammad Sidiq PermadiKasian juga para petani
Belum lama ini ini beredar sebuah video yang menggambarkan seseorang tengah membuang hasil pertanian berupa kentang hingga cabai ke jalanan. Diduga video tersebut terkait dengan anjloknya harga dari hasil pertanian mereka.
Menanggapi video tersebut, Suwandi selaku Direktur Jenderal Hortilkultura Kementerian Pertanian menjelaskan jika orang yang ada di video tersebut bukanlah seorang petani, melainkan tukang ojek yang mengantarkan hasil pertanian dari kebun ke pasar.
Selain itu, ia menjelaskan jika sayuran yang dibuang merupakan sayuran reject alias tidak sesuai standar pasar.
"Itu yang dibuang kentang kecil kecil reject dan kol rusak tidak laku di pasar," katanya seperti yang dikutip dari DetikFinance, Selasa (29/1/2019).
Suwandi kemudian menjelaskan jika para pengojek sayur dan pedagang di Kayu Aro Kerinci, Jambi telah meminta maaf atas aksi buang sayuran ke jalanan.
Lalu apa yang menyebabkan harga sayuran menjadi anjlok?
Sekretaris Jenderal Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid menjelaskan jika aksi buang-buang sayuran tersebut dilandasi oleh kekesalan terhadap pemerintah. Pasalnya anjloknya harga sayuran telah terjadi selama dua bulan lamanya. Pemerintah pun seakan kurang peduli terhadap kondisi tersebut sehingga menyebabkan para petani menjadi kesal.
"Kalau dari petani sendirinya tampaknya mereka kesal dengan harga yang sudah lama nggak naik dan lantas harga produksi mahal harga jual anjlok. Nggak naik dan waktunya lama."
"Itu anjlok cabai besar di Rp 10.000 per kg. Seharusnya Rp 18.000 per kg sampai Rp 20.000 per kg. Itu turun banget. Kalau cabai keriting merah itu juga Rp 8.000 per kg dari seharusnya Rp 20.000 per kg," pungkasnya.
Solusi dari Pak Dirjen, Suwandi
Dirjen Hortilkultura Kementerian Pertanian, Suwandi, memberikan beberapa tips kepada para petani terkait anjloknya harga sayuran. Pertama, meminta agar petani menggunakan benih unggul. Itu dilakukan sebagai langkah agar produktivitas meningkat.
Kedua, dengan mengikuti pengaturan waktu pola tanam sehingga kebutuhan di setiap bulannya dapat terpenuhi. Ketiga, memberikan pupuk organik. Keempat, memakai pestisida yang ramah lingkungan.
Kelima, pasca panen yang baik. Keenam, hilirisasi dengan industri olahan skala rumah tangga. Ketujuh, kemitraan dengan pelaku usaha dan eksportir. Kedelapan, membangun tata niaga yang efisien dengan membentuk koperasi," jelasnya.
Kesembilan, membangun pasar lelang di perkebunan. Kesepuluh, mendorong produk agar mampu masuk ke pasar modern, sehingga bisa meningkatkan peluang ekspor sayuran.
"Dengan 10 jurus itu diharapkan produksi dan produktivitas naik, harga bagus dan kesejahteraan petani meningkat," tutupnya.
Wah, kita doakan aja ya semoga segera terselesaikan masalah yang satu ini. Kasian juga para petani jika harga sayuran serendah itu. Belum lagi proses yang dilakukan oleh para petani tersebut. Duh, tetap sabar dan semoga diberikan solusi yang tepat.