Membaca Tulisan dari Sudut Pandang Penderita Disleksia
10 Januari 2020 by FR LalunaMembaca huruf lewat mata seorang penderita disleksia bernama Daniel Britton
Tidak seperti kebanyakan poster kampanye, desain poster Daniel Britton (25) hampir nggak bisa dibaca. Sebagian dari hurufnya hilang. Lambatnya proses memecahkan kode kata dalam poster tersebut membuat frustasi dan meletihkan. Begitulah rasanya memiliki disleksia menurut Britton yang menciptakan "Dyslexic Typerface" untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi disleksia.
Britton yang berasal dari Hartley, Kent, Inggris, menciptakan poster itu di tahun terakhirnya belajar di universitas. Dia percaya, disleksia telah disalahartikan dan disalahpahami. Dia berkata kalau retorika tentang orang disleksia adalah bodoh, malas, dan nggak mau berusaha.
Sebagian besar kampanye ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran kondisi ini. Ia berusaha menjelaskan seperti apa sih rasanya bagi mereka yang nggak memiliki kondisi ini, supaya mereka cukup menangkap pengalaman orang disleksia. Seperti apa sih rasanya membaca dari mata seorang disleksia? Gambar-gambar ini akan membuka matamu lebar-lebar.
Bisa dilihat jika huruf-huruf terlihat tidak jelas dan tidak utuh dari mata penderita disleksia.
Dengan huruf yang terlihat tidak utuh tersebut sudah pasti semua penderita akan kesusahan membaca tulisannya.
Butuh waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan anak non disleksia untuk bisa membaca sebuah tulisan.
Baca juga: Aplikasi Font Terbaik untuk Android Agar Mudah Diganti
Disleksia adalah kondisi di mana seseorang kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja, dan menyusun kata.
Disleksia nggak hanya memengaruhi keberhasilan akademis, tapi juga harga diri dan perkembangan sosial-emosional seseorang.
Britton didiagnosis dengan disleksia pada usia 18 tahun. Bertahun-tahun dia berjuang di sekolah tanpa bantuan dan gagal dan dalam semua ujian, kecuali desain grafis.
Baca juga: Cara Mudah Mengubah Font WhatsApp Menjadi Lebih Keren
Di tahun terakhirnya di London School of Communication, dia memutuskan membuat desain untuk menyampaikan pengalaman disleksia kepada orang-orang yang nggak menderita disleksia agar mereka memahami gimana rasanya memiliki disleksia.
Dia memakai font standar Helvetica, dan menghilangkan 40% dari garis huruf sehingga memperlambat seseorang ketika membacanya.
Britton mengatakan, dia percaya bahwa sekali disleksia dipahami maka masyarakat bisa menciptakan kondisi belajar yang lebih baik bagi siswa disleksia. Dengan begitu masyarakat juga bisa membuat mereka unggul seperti yang bisa dilakukan oleh orang lain.
Itulah rasanya memiliki disleksia. Susah banget kan bacanya? Makanya, jangan pernah merendahkan orang yang memiliki disleksia. Justru kita harus membangun kepercayaan diri mereka serta nggak menganggapnya bodoh atau nggak bisa sukses. Kenyataannya, banyak kok penderita disleksia yang bisa sukses, seperti Thomas Alva Edison, Eisntein, Leonardo da Vinci, hingga Tom Cruise!