Miris! Nekat Diajak ke Hajatan Desa, Bayi Usai 40 Hari di Kudus Meninggal dengan Gejala Corona
05 Mei 2020 by Mabruri Pudyas SalimMengingat imunitasnya masih dalam perkembangan, bayi memang rentan terserang penyakit.
Di tengah wabah COVID-19 seperti saat ini sangat penting bagi masyarakat untuk mengikuti aturan Pebatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) demi mencegah penyebaran virus lebih meluas. Kendati demikian masih ada saja orang yang tidak taat aturan tersebut.
Bahkan ada beberapa di antaranya yang masih nekat mengadakan acara yang sifatnya mengumpulkan banyak orang. Maka tidak mengherankan jika ada kasus positif COVID-19 semakin bertambah, dengan jumlah kematian yang juga terus naik.
Dilansir dari Kompas.com, Minggu (3/5/2020), seorang bayi berusia 40 hari yang bestatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) akhirnya dinyatakan meninggal dunia di RSUD dr Loekmono Hadi Kudus, Jawa Tengah pada Senin (27/4/2020).
Lebih menyedihkan lagi, sebelum dinyatakan berstatus PDP, bayi tersebut diketahui sempat diajak menghadiri sebuah hajatan di desanya. Alhasil, di sana dia menghadapi risiko tertular virus corona akibat berbaur dengan banyak orang.
Baca Juga: Gara-gara Manuver Tak Terduga Emak-emak Naik Motor, Mobil Polisi Tabrak Pagar Rumah Warga
Menurut juru bicara pencegahan dan pengendalian Covid-19 Kabupaten Kudus, Andini Aridewei, dalam cara hajatan tersebut ada sejumlah orang yang memiliki riwayat perjalanan ke tempat-tempat yang berstatus zona merah COVID-19.
Sejak dibawa ke acara hajatan tersebut, sang bayi mengalami sakit dengan gejala mengarah ke Covid-19.
"Selain sesak napas, bayi ini punya riwayat kontak dengan banyak orang," tutur Andini.
Ia kemudian dirawat di Puskesmas Gondosari, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Loekmono Hadi di Kudus.
Baca Juga: Sempat Menghilang, Heboh Kim Jong-un yang Sekarang Disebut Palsu. Gunakan Tubuh Ganda?
"Sempat ditangani di RSUD dr Loekmono Hadi. Meninggal dunia karena sesak napas," kata Andini.
Karena sebelum meninggal sang bayi mengalami gejala yang mirip COVID-19, bayi tersebut terpaksa harus dimakamkan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemulasaraan pasien terinfeksi COVID-19.
Meski belum menjalani tes swab dan menunjukkan bahwa si bayi positif COVID-19, Dinas Kesehatan Kudus tetap melakukan upaya pelacakan untuk mengetahui dengan siapa saja bayi itu telah melakukan kontak, selain dengan orangtuanya.
Baca Juga: Stres Gara-gara Lockdown, Pria Ini Tega Lempar Istrinya dari Lantai 7
"Belum di-swab. Kami masih tracing ke orangtua dan siapa saja yang kontak dengan bayi tersebut," kata Andini.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, kasus di Kabupaten Kudus, hingga Selasa (28/4/2020) ada 19 kasus pasien positif Covid-19. Dengan jumlah PDP 75 orang dan ODP 146 orang.
Sistem imunitas bayi tentu saja berbeda dengan sistem imunitas orang dewasa. Di fase awal tumbuh kembangnya, sistem imunitas bayi masih belajar mengenali dan melindungi tubuh dari kuman yang masuk.
Sedangkan pada orang dewasa, sistem imunitas tubuhnya sudah langsung mengenali jenis kuman dan segera menyerangnya begitu kuman masuk ke dalam tubuh.
Maka tidak mengherankan jika bayi cenderung lebih mudah terkena infeksi atau sakit, daripada orang dewasa. Oleh karena itu, situasi wabah seperti ini menjadi ancaman serius bagi bayi. Hendaknya orangtua sebisa mungkin untuk tetap menjaga bayinya di rumah saja.