Duh! Demi Selfie, Wisatawan Rusak Meja Sultan Keraton Yogya dan Cuma Diganti Rp50 Ribu
17 Desember 2019 by Mabruri Pudyas SalimPeristiwa ini langsung mendapat tanggapan dari putri Sri Sultan HB X
Larangan berfoto, menyentuh atau bahkan memegang barang koleksi merupakan aturan yang umum berlaku di museum-museum dan galeri seni. Tentu saja tujuan dari aturan tersebut untuk mencegah barang koleksi tidak rusak. Sayangnya tidak setiap pengunjung bisa menaati peraturan seperti itu, sehingga tak jarang kerusakan barang koleksi museum tidak bisa terhindarkan.
Setidaknya itulah yang terjadi pada meja peninggalan Sri Sultang HB VIII yang ada di meseum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Meja tersebut mengalami kerusakan setelah ada salah seorang pengunjung yang nekat naik ke podium untuk berfoto selfie. Padahal tepat di atas podium sudah ada peringatan bagi para pengunjung untuk tidak naik di atasnya.
Peristiwa ini awalnya diunggah oleh Putri Sri Sultan HB X, GKR Hayu di akun Twitter-nya @GKRHayu. Di dalam posting-annya, GKR Hayu juga mengunggah video kondisi meja dan kursi peninggalan Sri Sultan HB VIII yang ada di museum.
Dalam unggahan tersebut, GKR Hayu menulis: "Katanya tulisan dilarang pegang dilarang foto itu mengurangi keindahan museum/pameran. Tp utk menghadapi jenis orang butuh konten tp ndak bisa baca gini gimana? Ada yg mau duduk di pelenggahan dr HB VIII dan selfi, sukses nyamplak meja marmer."
Baca juga: Viral Emak-emak Nekat Keluar Mobil untuk Petik Bunga di Jalan Tol
Di posting-an berikutnya, GKR Hayu menulis: "Orangnya sudah menyatakan akan mengganti kerugian. Tp intinya kan bukan itu, barang2 di @kratonjogja tidak semua gampang diganti."
Peristiwa tersebut juga disampaikan oleh salah seorang Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta, Mas BekelPurakso Wirjo, kepada Kompas.com, Senin (16/12/2019). Mas Bekel Purakso Wiarjo menuturkan kejadiannya di museum meja dan kursi Sri Sultan HB VIII.
Saat itu, dirinya tengah bertugas di Museum Batik yang tidak jauh dari museum meja dan kursi Sri Sultan HB VIII. Ketika itu, dirinya mendengar suara seperti benda jatuh. Saat dicek ternyata ada seorang wisatawan yang terjatuh.
Baca juga: Aksi Dosen UGM Gendong Bayi Mahasiswi Saat Ngajar Ini Bikin Haru, Ternyata Ini Alasannya
"Kejadianya itu sekitar pukul 12.00 WIB," ujar Mas Bekel Purakso Wiarjo.
"Ada salah satu kaki meja yang kondisinya patah dan alas (podium) kursi HB VIII jemblong (berlubang)," lanjutnya.
Baca juga: Salut! Bocah Ini Langsung Labrak Pengendara Mobil yang Tabrak Ibunya
Lebih lanjut, Mas Bekel Purakso Wiarjo mengatakan bahwa wisatawan yang terjatuh tersebut naik ke podium untuk berfoto selfie di atas kursi peninggalan Sri Sultan HB VIII. Padahal, di sana sudah tertulis larangan untuk tidak naik di atas podium.
"Ternyata itu ada pengunjung dari Bandung, masuk situ (naik podium), duduk langsung selfie. Ya tanpa sepengetahuan penjaga," ucapnya.
Karena dinaiki, podium tempat kursi berada menjadi berlubang dan membuat si wisatawan terjatuh. Saat terjatuh itulah dia tidak sengaja menyenggol meja, hingga menyebabkan salah satu kaki mejanya patah dan marmer di atasnya terjatuh. Beruntung batu marmer tersebut tidak pecah.
Baca juga: Warga Bali Digegerkan Temuan Jejak Kaki Diduga Tuyul di Rumahnya
Saat ini meja yang rusak sudah diamankan untuk diperbaiki. Sedangkan wisatawan tersebut dibawa ke ruang keamanan untuk dimintai keterangan dan dimintai pertanggungjawabannya.
Baca juga: Mahasiswi UIN yang Dibunuh Pacar Sempat Tulis Puisi dan Gambar Pilu
"Tadi sama security sudah diproses dan disuruh ninggal alamat," kata Mas Bekel Purakso Wiarjo.
Berdasarkan keterangan dari tukang yang memperbaiki meja tersebut, biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp400 ribu. Kendati demikian, ibu-ibu yang telah merusak meja bersejarah itu tak mampu membayar seluruh biaya perbaikannya.
"Ibu-ibu itu hanya bisa bayar Rp 50 ribu," ungkap Mas Bekel Purakso Wiarjo.
Sementara itu, Pengageng II Purokoyo Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Danu Kusumo mengatakan, pihak Keraton Yogyakarta tidak memberikan sanksi kepada pelaku. Namun wisatawan tersebut diminta untuk meninggalkan alamat sebagai bentuk pertanggungjawaban.