Hampir Punah, Yuk Intip Cara dan Bahan Utama Pembuatan Koteka khas Papua
04 April 2021 by Mabulla MaimunahKoteka patut dilestarikan, tapi sesuai acara dan tempatnya ya!
Tahu koteka, 'kan? Itu lho pakaian tradisional Papua yang berfungsi untuk menutupi alat vital pria. Bentuknya sendiri lonjong panjang, dan dihiasi dengan ornamen-ornamen khas Papua. Misalnya bulu burung di bagian ujungnya, serta lukisan-lukisan etnik khas dari Tanah Mutiara Hitam.
Menurut peneliti dari Balai Arkeologi Papua, koteka merupakan salah satu pakaian tradisional yang terancam punah. Hal ini disebabkan karena para pengguna koteka sekarang ini sudah mulai berkurang, apalagi di kalangan anak muda. Mereka sudah mulai malu menggunakannya.
Baca Juga : Bukan Cuma Alat Pertahanan Diri, Hingga Kini 4 Senjata Tradisional Indonesia Ini Masih Dianggap Sakti!
Tentu ini jadi hal yang cukup membingungkan bagi pria Papua. Di satu sisi mereka sangat ingin menjaga dan melestarikan budaya yang ditinggalkan para leluhur. Di sisi lain, dengan menggunakan koteka, mereka akan sulit berbaur di lingkungan luas.
Alhasil, pakaian tradisional yang bagi suku Dani disebut dengan Holim ini hanya muncul sesekali saja, yakni saat ada upacara atau festival lembah Baliem. Di luar acara tersebut, koteka hanya dijadikan sebagai hiasan saja.
Di luar fakta koteka yang kini sudah mulai terpinggirkan, bahkan sudah mulai terlupakan, ternyata masih banyak orang yang tidak tahu bahan pembuatan koteka. Termasuk kamu juga, 'kan?
Dilansir dalam Detik.com, koteka merupakan pakaian tradisional yang terbuat dari buah labu (lagenaria siceraria). Berbeda dengan labu orange yang bisa digunakan untuk perayaan Halloween, labu yang jadi bahan baku koteka ini bentuknya memanjang, bahkan ada juga yang berlekuk.
Proses pembuatan koteka sendiri sebenarnya cukup mudah, hanya saja prosesnya memang cukup panjang. Labu yang sudah tua akan dipetik, kemudian dipotong ujungnya sesuai dengan ukuran si penggunanya. Setelah itu, labu akan dipanaskan dengan cara ditaruh di atas bara api.
Setelah buah labunya terlihat lunak, isi buah labu akan dikeluarkan hingga habis. Kemudian kulit labu yang keras tersebut akan dijemur untuk mengeringkan semua bagiannya, terutama bagian dalamnya hingga berubah jadi berwarna coklat keemasan. Proses ini biasanya memakan waktu cukup lama.
Saat proses pembuatan koteka sudah hampir selesai, sekarang tinggal proses finishing, yakni dengan melukis koteka dengan berbagai motif khas Papua. Beberapa orang pun ada yang memutuskan untuk menempelkan bulu burung cendrawasih di ujungnya.
Selain dijadikan sebagai pakaian tradisional, koteka juga jadi simbol prestise dan status si pemakai. Makin bagus kualitas koteka dan lukisannya, makin tinggi status sosial si pemakainya.
Zaman sekarang kotek kerap dijual sebagai souvenir khas Papua. Kamu bisa mendapatkan benda unik ini di pasar-pasar atau tempat wisata di Papua, terutama saat ada festival lembah Baliem. Gimana, tertarik untuk mencobanya?