Bukti Toleransi, Para Pelajar Madrasah Ini Dibolehkan Shalat di dalam Gereja Sambil Ditunggui Pelajar Kristen
29 Mei 2019 by Amadeus BimaSeandainya bisa adem kayak gini setiap hari
Ada yang berbeda pada Senin (27/5/2019) petang, di SD Kristen Petra, Jombang. Kala itu, mereka mendapatkan tamu istimewa yaitu beberapa murid yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Islamiyah Desa Plosogenuk, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang. Dengan ramah, sekitar 100 orang siswa menyambut tamu mereka. Meski berbeda agama, tak menghalangi mereka bermain bersama.
Setelah itu, para siswa dari SD Kristen Petra mengajak siswa MI Islamiyah untuk berkeliling kompleks sekolah, termasuk melihat Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang masih ada di dalam lingkungan sekolah. Saat tiba waktu berbuka, para siswa dan guru kemudian berkumpul di dalam satu ruangan untuk berbuka puasa bersama. Setelah itu, mereka menyiapkan tempat agar para tamunya bisa melaksakan salat Magrib.
Karena di sana tidak ada fasilitas wudhu, akhirnya siswa dari SD Petra memegang selang air agar teman-teman baru mereka bisa berwudhu dengan nyaman. Mereka kemudian menyaksikan teman-teman barunya salat Magrib berjamaah di depan pintu gerbang GKI. Setelah selesai ibadah, barulah mereka kembali bermain bersama. Siswa mengaku sangat senang bisa bertemu dengan yang beda agama dengan mereka.
Pihak sekolah memang sengaja melakukan kegiatan ini untuk mempererat tali silaturahmi dan toleransi beragama di antara murid-muridnya. Selama ini, kerukunan beragama di Jombang memang sudah baik. Tapi, dengan berbagai pemberitaan belakangan ini, sepertinya para murid memang harus dibiasakan untuk berteman dengan mereka yang berbeda suku, ras, dan juga agama.
Para guru sendiri kagum melihat anak-anak didiknya bisa bermain bersama tanpa mempermasalahkan perbedaan di antara mereka. Murid-murid saling mengerti dan menghormati waktu beribadah teman-temannya yang berbeda agama. Guru berharap toleransi ini akan tertanam dalam diri setiap murid sehingga di masa depan tidak ada lagi kasus intoleransi di Indonesia.
Mereka harus diperlihatkan dengan hal yang berbeda. Tetapi tanpa menghilangkan perbedaan, kita masih bisa hidup bersama," kata Pendeta Tri Krida Ningsih dari GKJW Bongsorejo, Jombang.
Sementara itu, Kepala MI Islamiyah Muhammad Sholihun Nadir sangat mengapresiasi kegiatan ini karena bisa menyatukan antarelemen bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Jadi, sikap toleran memang harus ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Bukan hanya lewat pendidikan teori, tapi juga pada prakteknya langsung.
Jadi (siswa) tidak hanya membaca dan membaca, tapi langsung kita praktikkan dengan cara anak-anak berinteraksi langsung dengan saudara-saudaranya yang berbeda agama," kata Nadir.
Adem banget kan melihatnya? Semoga sekolah-sekolah lain di Indonesia bisa meniru hal ini agar di masa depan perbedaan suku atau agama tidak lagi menjadi perdebatan melulu di Indonesia. Generasi masa depan ini harus menyiapkan diri untuk membahas sesuatu yang jauh lebih penting demi kemajuan NKRI. Setuju?