Bocah 10 Tahun Gantung Diri Setelah Temannya Bilang: "Bunuh Diri Aja Sana!"

Bocah 10 Tahun Bunuh Diri, setelah Penindasnya Bilang: "Bunuh Diri Aja Sana!" | cerebralpalsynewstoday.com

Bullying tentu tidak bisa disebut sebagai kenakalan biasa.

Perundungan atau yang lebih dikenal sebagai bullying memang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja yang bisa ditoleransi. Bagaimana tidak, perlakuan seperti itu dapat mengakibatkan seseorang mengalami masalah serius pada kesehatan mentalnya.

Yang lebih buruk lagi, hal seperti ini lebih sering terjadi pada anak-anak, yang mana sedang dalam masa pertumbuhan. Bukan tidak mungkin jika efek dari bullying bisa memberikan dampak jangka panjang, bahkan sampai seseorang tumbuh dewasa.

Tidak jarang depresi yang ditimbulkan dari tindakan bullying yang diterima akan membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Setidaknya itu yang terjadi pada seorang bocah berusia 10 tahun bernama Kevin Reese Jr., yang gantung diri setelah dibully temannya, yang mengatakan padanya untuk bunuh diri.

Bocah 10 Tahun Bunuh Diri | thephiladelphiacitizen.org

Kevin mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya yang terletak di Houston, Amerika Serikat pada tanggal 21 Januari 2019.

Baca juga: Jadi Korban Bully Teman Sekelas, Netizen Terharu dengan Perkataan Anak Ini

Dilansir dari stasiun berita KTRK oleh New York Post, akibat peristiwa menyedihkan itu, pihak keluarga lantas mendesak pihak sekolah untuk mengatasi masalah penindasan yang terjadi di lingkungan sekolah.

Mengenai kejadian tersebut ibu Kevin, Crystal Smith mengatakan jika sebelum putranya memutuskan untuk bunuh diri, penindasnya di sekolah menuliskan kalimat yang bisa dibilang sangat keji. Kalimat tersebut mengatakan jika lebih baik Kevin bunuh diri.

"Mereka menulis di tabletnya, 'Bunuh dirimu, kamu tidak seharusnya berada di sini,'" kata Crystal, seperti dikutip dari New York Post.

Kevin mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya di Houston, Amerika Serikat. | lh3.googleusercontent.com

"Ketika dia kembali secara fisik pada bulan November, dia pulang sambil menangis karena dia tidak bisa melawan dan salah satu anak laki-laki memukulnya beberapa kali saat jam istirahat," Crystal menambahkan.

Setelah itu, dia kemudian melaporkan kejadian itu kepada pejabat sekolah. Namun mereka mengatakan jika tidak ada bukti perkelahian fisik, sehingga tidak ada penyelidikan lebih lanjut.

"Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak pernah menemukan intimidasi yang terjadi," kata Crystal mengenai sikap pihak sekolah yang terkesan abai dengan kejadian yang dialami putranya.

Kevin Reese Jr. | thenypost.files.wordpress.com

Si ibu menambahkan jika putranya masih terus ditindas di sekolah. Hingga dua bulan berlalu, akhirnya bocah laki-laki yang masih duduk di kelas 5 sekolah dasar itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, saat ibunya berada di luar kota untuk bekerja.

"Dia sudah tidak tahan lagi. Dia sudah tidak tahan dan dia merasa bahwa dia sudah terpojok," kata Crystal.

Crystal kemudian memberi peringatan kepada semua orangtua untuk terus memperhatikan anak-anaknya, karena menurutnya sekolah tidak akan bisa mengatasi masalah siswanya satu per satu.

“Perhatikan anak Anda, jangan menganggap bahwa semua hal ditangani di sekolah, tetap di sampingnya sampai Anda melihat sesuatu menjadi jelas pada akhirnya,” kata Crystal mengingatkan.

Artikel Lainnya

Ini pasti bukan satu-satunya kasus bullying yang memakan korban hingga meninggal. Oleh karena itu kita harus meningkatkan kesadaran untuk bisa mencegah agar hal seperti ini tidak terulang lagi.

Tags :