Gara-gara India Kekurangan Jumlah Wanita, Banyak yang Dipaksa Berpoliandri
14 Januari 2021 by IdhamNahasnya, malah banyak yang diperlakukan seperti budak seks
India merupakan salah satu negara dengan jumlah perempuan yang sangat minim. Bagaimana tidak? Budaya patriarki yang masih melekat kental di sana.
Bahkan hal itu bisa digambarkan melalui pengguguran-pengguguran yang dilakukan terhadap bayi perempuan. Sebab bagi orang India, berkah itu hadir ketika yang lahir di sebuah keluarga adalah anak berkelamin laki-laki.
Beberapa waktu yang lalu juga sempat ada berita tentang sebuah keluarga di India yang tidak mau mendonorkan organ mereka ke salah satu anggota keluarga yang sedang sakit keras hanya karena dia berkelamin perempuan.
Dilansir dari Suar.grid.id, setelah perempuan seolah didiskriminasi sedemikian rupa karena adanya intrik kebudayaan terkait dengan banyaknya bayi perempuan yang digugurkan, kali ini lagi-lagi perempuan harus menerima dampak dari nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat India.
Baca juga: Cuma Ada di Film India, Seorang Komandan Polisi dengan Gaya Super Santai Saat Menghajar Penjahat
Gara-gara banyak bayi perempuan yang digugurkan, akhirnya India menjadi negara yang kekurangan wanita. Mereka akhirnya harus menanggung beban atas hal itu yang ujung-ujungnya adalah perempuan juga.
Dampak dari tidak berimbangnya populasi antara laki-laki dan perempuan di India ternyata mulai memunculkan kecenderungan orang-orang di sana untuk mengampanyekan praktik poliandri sebagai solusi.
Terkait dengan fenomena ini, Guff.com menyampaikan kisah tentang seorang gadis berusia 17 tahun bernama Majida yang dipaksa untuk menikahi seorang supir truk. Profesi pria itu bukan yang menjadi masalah di sini.
Baca juga: Gim PUBG Diwacanakan Haram oleh MUI, Ternyata Sudah Dilarang Lebih Dulu di India
Hal yang jadi masalah adalah Majida dipaksa untuk berperilaku sebagai seorang istri bukan hanya bagi suaminya saja, melainkan untuk saudara-saudara suaminya juga. Saat ini, dia sudah mengandung dua anak yang tidak diketahui identitas ayahnya.
Selain Majida, ada juga kasus menyedihkan yang menimpa seorang wanita bernama Munni. Dia juga dipaksa harus melayani saudara-saudara suaminya. Parahnya lagi, yang memaksakan hal itu bukan hanya suami atau saudara-saudara iparnya, melainkan juga mertuanya sendiri. Menurut mertuanya, dia harus mau 'berbagi diri' dengan saudara-saudara suaminya.
Peristiwa-peristiwa semacam itu menggambarkan bagaimana hak asasi perempuan di India masih sangat minim. Kembali ke soal aborsi anak perempuannya saja, ada 10 juta bayi perempuan yang dibatalkan kelahirannya dalam 20 tahun terakhir di sana, sehingga wajar saja jika jumlah perempuan di India sangat rendah.
Setelah itu, kondisi kurangnya wanita di sana pun dijadikan alasan untuk menghimpit kebebasan wanita dalam bentuk poliandri. Hal ini terkesan dipaksakan seperti yang digambarkan oleh peristiwa yang menimpa Majida dan Munni.